Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
NTT tidak sendiri. Muramnya dunia pertanian di masa lalu, menerbitkan simpati berbagai pihak. Salah satunya, Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur. Mereka merangkul PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa yang berkantor di Yogyakarta.
PT Mitra merupakan perusahaan pelopor 4.0. Mereka berinovasi memanfaatkan internet of things di bidang teknologi pertanian.
"Program efisiensi budi daya tanaman pertanian ini berupaya mengajak petani mulai memanfaatkan dunia digital. Kami sudah mengimplementasikan teknologi ini di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, selama dua tahun terakhir," ujar, staf PT Mitra Sejahtera, Rizal Dwi Prasetyo.
Sejak September lalu, peranti bernama RiTx Bertani sudah dipasang di persawahan Air Bauk, Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Peranti ini berfungsi sebagai sensor tanah dan cuaca.
Dia mendeteksi, mengukur, serta mencatat data secara akurat terkait dengan kondisi cuaca pertanian dan tanah pertanian. Dengan aplikasi, petani dapat mengakses dan memantau kondisi tanah dan cuaca di lahan mereka setiap saat.
Data yang terekam diteruskan ke pakar teknologi pertanian. Mereka akan memberikan saran dan manajemen budi daya yang harus dilakukan petani. Mulai pilihan tanaman, pemupukan, juga kebutuhan air.
Di Malang, Jawa Timur, RiTx Bertani diterapkan untuk pertanian bawang merah. Hasilnya, produksi petani meningkat hingga 20%-30%. Sementara itu, petani jeruk di Banyuwangi, Jawa Timur, juga mampu meningkakan produksinya.
"Kami datang ke sana, produksi lahan belum optimal. Petani berkomitmen menggunakan teknologi secara optimal dan hasilnya terbukti," lanjut Rizal.
Deputi Kepala Perwakilan BI NTT, Eddy Junaedi, mengaku tergerak membantu memajukan pertanian karena sektor ini masih menyumbang PDRB terbesar daerah ini, yang mencapai 30,1% pada triwulan II 2020. "Implementasi pertanian digital bakal mendorong kapasitas produksi pertanian dan mengakselerasi digitalisasi industri pertanian."
Ke depan, tambahnya, dengan bersinergi bersama dinas dan otoritas terkait serta penguatan kapabilitas kelompok tani, diharapkan dapat mengoptimalkan peran sektor pertanian sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Lebih hemat
Air Bauk merupakan kawasan persawahan seluas 258 hektare. Dia menjadi bagian dari ribuan hektare lahan pertanian di Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Sama seperti kawasan di sekitarnya, kemarau yang berlangsung delapan bulan tiap tahun membuat petani Air Bauk tidak mengolah lahan karena keterbatasan air. Tanah di sawah retak-retak, tegakan hijau tetumbuhan pun jarang ada.
Namun, itu terjadi sebelum September lalu. Dalam tiga bulan terakhir, tidak kurang dari 20% persawahan Air Bauk yang tadinya dibiarkan meranggas di musim panas, kini sudah hijau. Lahan bisa diolah dengan memanfaatkan air dari sumur bor yang dibangun di persawahan.
Salah satu pemilik lahan ialah Christofel Ullu. Ia memiliki dan menggarap lahan seluas 5 hektare. Seluas 4 hektare di antaranya dimanfaatkan untuk budi daya bebek dan peternakan kambing, menanam pepaya, pisang, dan apel. Sementara itu, untuk padi, ia menanamnya di areal seluas 1 hektare.
Di lahan inilah RiTx Bertani ditempatkan. "Meski udara panas, saya disarankan untuk menanam padi. Ternyata hasilnya bagus," ujar Christofel.
RiTx Bertani mengolah data mulai arah angin, kecepatan angin, kekeruhan air, curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, hingga keasaman tanah. Dengan data itu, Ritx Bertani memberi masukan ke petani kapan mulai menanam, apa jenis tanamannya, berapa banyak pupuk dan air yang dibutuhkan, hingga bagaimana memperlakukan tanaman.
"Aplikasi RiTx Bertani membuat kami bisa berhemat. Tidak hanya pada biaya produksi, tapi juga pengeluaran lain yang sebenarnya tidak diperlukan karena salah menentukan musim tanam," tambah Ketua Kelompok Tani Kaifo Ingu itu.
Dalam pemakaian pupuk, misalnya, secara turun-temurun petani menghabiskan 300 kilogram pupuk kimia untuk lahan padi seluas 1 hektare. Dengan pestisida, pengeluaran total Christofel pada satu musim tanam bisa mencapai Rp7 juta lebih.
Sementara itu, hasil panen padi bisa menghasilkan dana Rp42 juta. "Pendapatan sebesar itu masih rendah. Kami disarankan efisien memakai pupuk dan obat-obatan sehingga hasil panen bisa maksimal hingga 10 ton per hektare," lanjutnya.
Teknologi RiTx Bertani, ujar Christofel, sangat menolong petani. Mereka mengubah kebiasaan memulai masa tanam, dari sebelumnya pada Desember-Januari, ketika hujan menggenangi persawahan. Dengan menanam tepat waktu, produksi meningkat dan ancaman serangan hama jadi kecil.
"Selama ini petani di NTT terbiasa membuka lahan dengan cara membakar. Dengan peranti ini, petani akan mendapat pengetahuan yang cukup bahwa membakar merusak tanah," tambah Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTT, Yandri Lusi. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved