Tiga Seri Pamungkas Penentu Gelar

MOTO-GP musim ini akan segera berakhir. Dengan termasuk GP Eropa di Valencia, Spanyol, yang akan berlangsung Minggu (8/11), berarti ada tiga seri balapan yang tersisa. Persaingan untuk merebut gelar juara dunia pun kian sengit karena ada lebih dari banyak pembalap yang punya peluang untuk mendapatkannya.

Pembalap Suzuki Ecstar Joan Mir masih jadi yang teratas di klasemen. Enam kali berdiri di atas podium pada musim ini, konsistensi pembalap asal Spanyol itu dalam setiap balapan telah membuatnya bisa mengoleksi 137 poin.

Di musim ini, Mir tampil luar biasa di delapan balapan terakhir. Dia selalu berdiri di podium dan hanya gagal di GP Prancis pada pertengahan Oktober kemarin.

Uniknya, sepanjang musim ini, Mir sama sekali belum pernah menjadi juara atau mendapat podium pertama. Tapi, dari poin demi poin yang diperolehnya di setiap seri, membuat Mir duduk di puncak klasemen.

Torehan Mir masih bisa disalip pembalap Petronas Yamaha SRT Fabio Quartararo yang tertinggal 14 poin. Saingan juga datang dari Maverick Vinales (Monster Energy Yamaha), Franco Morbidelli (Petronas Yamaha SRT), dan Andrea Dovizioso (Ducati). Selain mereka, rekan setim Mir, Alex Rins, pun masih berpeluang merusak mimpinya.

Tiga seri tersisa masing-masing dua di Spanyol dan satu di Portugal pun harus dimaksimalkan Mir demi perlebar jarak poin. "Saya pikir sekarang ini lebih dari sebelumnya, akan jadi kesalahan besar jika mengubah strategi. Tapi kami tetap harus cepat dan selalu ketika kau ingin cepat maka kau akan mengambil risiko. Kau tetap bisa membuat kesalahan. Hal terpenting adalah mencari keseimbangan soal risiko tersebut," kata Mir.

Terpisah, Dovizioso sependapat dengan Mir. Dia menilai kemenangan tidak terlalu penting pada musim ini. "Saya tidak berpikir itu (kemenangan) sangat penting apalagi pada musim yang aneh, seperti ini. Pada akhirnya, yang terpenting adalah poin. Itu saja. Semua orang ingin menang, tetapi bukan itu intinya. Jadi, tidak penting, saya tidak berpikir dia (Mir) harus menang (untuk menjuarai Moto-GP 2020)," kata Dovizioso.

Pembalap berusia 34 tahun tersebut itu sendiri mengaku peluangnya hampir nol untuk bisa memangkas selisih 28 poin dari puncak klasemen. "Strateginya adalah mengambil apa yang bisa kami maksimalkan, peluang kami untuk memenangkan gelar sekarang adalah nol, hampir nol," lanjut Dovizioso.

Quartararo sebagai rival terberat Mir menegaskan, dua balapan di Spanyol jadi kunci mengamankan gelar. Pembalap asal Prancis itu pun bertekad mengulang hasil manis di Sirkuit Ricardo Tormo. Dia finis di belakang Marc Marquez (Repsol Honda) yang yang menjadi pemenang. "Saya tak sabar berada di Valencia karena tahun lalu saya memiliki performa luar biasa di sana. Kami juga menunjukkan kecepatan yang benar-benar bagus saat tes ban belakang baru dari Michelin di sana, tahun lalu," ujarnya.

Rebut podium pertama

Jelang GP Eropa, Mir mengaku kini dirinya makin mengincar gelar juara dunia dan akan berjuang menampilkan yang terbaik di Valencia. "Aku tidak tahu sebenarnya bagaimana motor ini akan bekerja di Valencia. Satu-satunya hal yaitu aku tidak ingin berekspetasi tinggi saat ini, kita lihat saja nanti bagaimana motor ini bekerja," ucap Mir. "Aku hanya berharap Valencia akan menjadi trek yang baik untuk kami," jelasnya.

Mir mengaku sebenarnya dia ingin sekali mendapatkan podium pertama di setiap balapan. Namun, takdir berkata lain. Dia pun berusaha cuek jika menjadi juara dunia meski belum pernah meraih podium kesatu.

"Bagaimana pun, jika Anda mendapatkan gelar, itu menunjukkan bahwa anda adalah yang tercepat di Moto-GP. Tak masalah apakah Anda memenangkan GP atau tidak," tegasnya.

Selain Mir dan Quartararo yang mantap dengan niatnya untuk merebut 25 poin di Valencia, juga ada Franco Morbidelli yang pastinya bernafsu untuk mendapat gelar juara dunia. Apalagi dirinya hanya selisih 25 poin dari Mir.

"Rasanya menyenangkan bisa menjalani tiga balapan terakhir tahun ini, setelah kemenangan kedua saya pada musim ini," sebut Morbidelli. "Valencia bisa menjadi trek yang rumit ketika Anda duduk di Moto-GP, tapi itu adalah tempat yang saya sukai karena di situ lah saya mengambil langkah pertama saya ke dunia sepeda motor yang sebenarnya, di kejuaraan Spanyol," imbuh dia.

Di luar prediksi

Musim ini dapat dikatakan di luar prediksi bagi sebagian pihak. Bukan hanya gelar juara dunia bisa diperebutkan lebih dari dua pembalap, juga terkait masa depan mereka.

Tengok saja pembalap asal Jepang, Takaaki Nakagami, yang belum lama ini resmi meneken kembali kontrak baru dengan LCR Honda. Kontrak dia sebetulnya berakhir tahun ini, namun kemudian mendapatkan perpanjangan setelah performa impresifnya sepanjang musim di tengah pandemi covid-19.

Musim ini Honda memang pincang akibat absennya pembalap utama mereka, Marquez, sejak balapan seri kedua akibat cedera serius di balapan perdana musim ini. Namun, performa Nakagami dan Alex Marquez mampu memberikan warna baru bagi pabrikan asal Jepang tersebut. Nasib berbeda dialami pembalap asal Inggris dari Tim LCR Honda, Cal Crutchlow. Dia terancam tidak akan dapat berlaga pada musim 2021 karena belum mendapatkan tim baru seusai kontraknya habis di musim ini.

Di sisi lain, Rossi memutuskan untuk tetap bersama Yamaha setelah 15 tahun bekerja sama. Rossi yang musim ini menjalani musim ke-25 masih akan berlaga di Moto-GP 2021, meski ia tidak lagi di Monster Yamaha dan akan berlaga di tim satelit Petronas Yamaha SRT. Posisi Rossi di Monster Yamaha akan digantikan Quartararo. Rossi pun akan bermitra dengan didikannya, Morbidelli.

Berbeda lagi dengan nasib Dovizioso. Dia tidak lagi mendapatkan perpanjangan kontrak setelah musim 2020 selesai. Performa melempem sang pembalap diduga menjadi salah satu faktor tidak diperpanjangnya kontrak oleh pabrikan.

Dovizioso pun ditengarai akan kesulitan untuk mencari tim baru yang membuatnya kembali berlaga pada musim besok. Sebab saat ini tim-tim pabrikan utama seperti Honda, Yamaha, dan KTM rata-rata sudah memiliki pembalap. (Rif/Dro/Speedweek/Crash/Gpone/Motorsport/R-3)