Kilang Minyak bagi Pembangunan

Micom
30/3/2017 20:50
Kilang Minyak bagi Pembangunan
(MI/LILIEK DHARMAWAN)

BAHAN bakar minyak (BBM) yang digunakan dalam menunjang aktivitas perekonomian dihasilkan dari kilang minyak. Minyak mentah yang berasal dari sejumlah lapangan minyak diolah menjadi BBM, seperti premium, pertalite, pertamina dex, pertamax, biosolar, avtur, dan lain-lain.

Tidak hanya BBM yang dihasilkan dari kilang minyak. Ada produk lain seperti paraxylene yang sangat diperlukan oleh industri petrokimia.

Saat ini, ada enam kilang yang dioperasikan oleh PT Pertamina (Persero), yakni RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. Sebetulnya ada satu kilang lagi, yaitu RU I Pangkalan Brandan. Hanya saja, dengan pertimbangan pengoperasian RU I tidak ekonomis lagi, pada 2007 RU I Pangkalan Brandan sudah tidak beroperasi lagi.

Kapasitas terpasang dari keenam kilang minyak ini sebanyak 1,05 juta barel per hari. Namun, dalam pelaksanaannya, produk BBM yang dihasilkan dari keenam kilang minyak ini sekitar 800-950 ribu barel per hari.

Dalam satu tahun, dibutuhkan sekitar 72 juta kiloliter BBM. Sementara, Pertamina, sebagai BUMN migas dapat memberikan kontribusi sekitar 39 juta kilo iter. Tidak ada jalan lain. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, Pertamina melakukan impor minyak mentah dan BBM dari luar negeri.

Rasio ketergantungan akan impor minyak mentah dari tahun ke tahun semakin tinggi antara 33–44%. Hal ini tentu mengakibatkan devisa negara terkuras. Di sisi lain, kenaikan ini memperlihatkan bahwa kegiatan perekonomian Indonesia sedang tumbuh.

Atas pertimbangan perkembangan ekonomi Indonesia dan menyelamatkan devisa negara, Pertamina mengambil inisiatif untuk membangun infrastruktur yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama dilakukan pengembangan empat kilang minyak yaitu RU V Balikpapan, RU VI Balongan, RU IV Cilacap, dan RU II Dumai.
Program kerja ini dikenal dengan Refinery Development Master Plan (RDMP) dan kelompok kedua dibangun kilang minyak baru, New Grass Root Refinery (NGRR) di Tuban dan Bontang.

"Tujuan dari pengembangan dan pembangunan kilang minyak adalah agar nantinya di 2023, Pertamina bisa mewujudkan swasembada BBM seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah Jokowi-JK (Joko Widodo dan Jusuf Kalla) dalam Nawacita," ujar Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia, PT Pertamina (Persero), melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (30/3).

Ditambahkan Rachmad, dengan keenam proyek ini, kapasitas produksi kilang minyak yang dioperasikan oleh Pertamina nantinya menjadi 2,2 juta barel per hari. Megaproyek enam kilang minyak ini diperkirakan akan membutuhkan dana sekitar Rp500 triliun. Ada yang dikerjakan oleh Pertamina sendiri, ada pula yang bekerja sama dengan perusahaan migas yang sudah mempunyai reputasi internasional.

"Tantangan terbesar Direktorat Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia adalah mewujudkan semua ini dalam kurun waktu 7 tahun dan selesai di 2023. Dua tahun lebih cepat dari target pemerintah. Untuk itu, dukungan dari semua pihak sangat kami perlukan," pungkas Rachmad. (RO/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya