AS Naikkan Bunga, RI tak Gentar

GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengungkapkan, berdasarkan perkembangan terakhir dari Bank Sentral AS (The Fed), kenaikan Federal fund rate (FFR) tampaknya bakal terjadi bulan ini.

"Kita mengikuti perkembangan terakhir dari pidato Janet Yellen (Gubernur The Fed). Minggu depan di saat FOMC (Federal Open Market Committee) Meeting, kansnya FFR itu dinaikkan di atas 90%," jelas Agus di Jakarta, kemarin (Selasa, 6/3).

Meski itu tetap perlu diwaspadai, Agus menilai pelaku pasar sudah memperhitungkan kenaikan suku bunga AS. Ia juga melihat bahwa Indonesia secara umum akan dapat merespons dengan baik.

Terkait dengan menguatnya nilai tukar dolar AS sebagai impak kebijakan FFR, Agus menyebut pemerintah AS sudah menyatakan tidak ingin dolar menjadi terlalu kuat. Pasalnya, itu akan membuat produk mereka menjadi tidak kompetitif di pasar global.

"Kita juga akan jaga (rupiah) agar volatilitasnya terjaga. Kalau terjadi volatilitas tinggi, BI akan merespons," imbuhnya. Saat ini, kurs rupiah terhadap dolar AS ada di kisaran 13.300-an.

Senada, Menko Perekonomian Darmin Nasution mengaku tidak cemas andai suku bunga AS benar naik. "Ada dampaknya, tapi tidak besar. Selama ini semua perekonomian itu sudah mengantisipasi bahwa itu akan terjadi dan sudah di-price in. Ada ya naik beberapa hari, seminggu, habis itu tenang lagi," ujar Darmin di kantornya, Jakarta, kemarin.

Ia menambahkan, fundamen ekonomi Indonesia saat ini juga relatif baik dan neraca pembayarannya juga positif. Hal itu dinilai membantu mengatasi tekanan pada rupiah dari faktor eksternal. "Itu juga sebabnya kurs kita tidak melemah terus, malah ada naiknya. Mungkin next-nya malah menguat sedikit," kata dia.

FOMC dijadwalkan menggelar pertemuan pada 14-15 Maret 2017. Pada pertengahan bulan lalu, Gubernur The Fed Janet Yellen mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan penaikan suku bunga pada pertemuan-pertemuan mendatang. Kini, suku bunga acuan The Fed ada di level 0,5%-0,75%. (Dro/Ant/E-1)