Kapal Listrik Perkuat Hubungan Indonesia-Turki

DUTA Besar Turki Mehmet Kadri Sander Gurbuz mengatakan kontrak pembelian listrik dari lima kapal pembangkit antara Turki dan Indonesia memperkuat hubungan ekonomi kedua negara.

Ia mengatakan Turki dan Indonesia mempunyai hubungan hubungan kerja sama ekonomi dan politik yang sangat baik.

"Saat ini yang perlu dilakukan ialah menaikan hubungan ekonomi ke level yang lebih tinggi, seperti proyek (pembelian listrik) ini sangat baik bagi
hubungan ekonomi Indonesia-Turki," katanya kepada wartawan di sela-sela kunjungannya ke Kapal Pembangkit Listrik Karadeniz Powership Gokhan Bey
Marine Vessel Power Plant (MVPP) yang sandar di Pelabuhan PLTU Bolok, Kupang, Rabu (28/12).

Kapal berkapasitas 2x60 Megawatt tersebut merupakan satu dari lima kapal yang didatangkan dari Turki. Satu kapal lagi sudah beroperasi di Amurang,
Sulawesi Utara, sedangkan tiga kapal lagi segera menyusul yang masing-masing akan ditempatkan di Mataram, Belawan, dan Ambon.

Pembangkit apung tersebut disewa selama lima tahun untuk memenuhi kebutuhan listrik di daerah-daerah tersebut selama PLN bekerja membangun pembangkit untuk memenuhi target 35.000 megawatt yang ditetapkan pemerintah.

Kapal ini sudah beroperasi sejak 26 Desember lalu dengan mamasok listrik sebesar 60 Mw ke sistem PLN Kupang sesuai kontrak.

Turki merupakan mitra strategis Indonesia. Hubungan diplomatik kedua negara sudah berlangsung sejak 1950 seperti dalam Organization of Islamic Conference (OIC) dan anggota Organisasi Delapan Negara Berkembang yang berpenduduk mayoritas muslim (D8).

"Saya senang berkunjung ke Kupang karena Even ini sangat penting bagi hubungan ekonomi Indonesia-Turki," ujarnya.

Sebenarnya Dubes Gurbuz bertemu Presiden Joko Widodo yang dijadwalkan mengunjungi kapal listrik tersebut pada Rabu pagi, namun kunjungan jadwal presiden diundur sampai pukul 16.00 Wita.

Dia mengatakan kapal pembangkit Gokhan Bey menggunakan teknologi mutakhir dan mampu memberikan efesiensi yang tertinggi dalam memenuhi standar
desain internasional.

Dia mengatakan kapal ini juga memberikan daya listrik yang lebih murah karena mesinnya lebih efisien dan dapat beroperasi dengan Heavy Fuel Oil
(HFO) yag lebih murah dari High Speed Diesel (HSD). Selain itu kapal juga bersifat fleksibel dalam bahan bakar karena dapat beroperasi dengan keduanya yakni Liquefied Natural Gas/LNG atau Gas Alam Cair) dan HFO.

"Fleksibilitas ini akan membantu PLN guna mengoptimalkan pembauran energi," kata Dia. (OL-5)