Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti mengatakan krisis pangan di Indonesia sudah terdeteksi sejak Indonesia mengimpor beras.
"Pemerintah Indonesia hanya fokus pada ketahanan pangan bukan kedaulatan pangan. Artinya kalo ketahanan pangan, tidak penting pemenuhan pangan dari impor atau bukan. Tetapi kalo kedaulatan pangan harus produksi dalam negeri," ujar Esther saat dihubungi pada Sabtu (17/2).
Lebih lanjut, Esther menyebut beras merupakan kebutuhan pokok rakyat Indonesia dan rakyat Indonesia juga sangat bergantung pada beras.
Baca juga : Puan Maharani Dorong Pemerintah Siapkan Solusi Jangka Panjang Atasi Krisis Pangan
"Kalau kurang pasokannya (beras) saya rasa juga akan harganya naik, nah itu yang pemerintah tidak aware karena mereka berfikir yang cepat (prosesnya) dengan impor. Sementara kalau pengusaha produksi beras dari Indonesia langkahnya panjang, harus membenahi problem struktur seperti sarana prasarana pertanian, pupuk juga harus dijamin tidak langka dan tidak mahal, pembibitan unggul harus dijaga, intinya lebih panjanglah, jadi mereka (pemerintah) cari gampangnya aja," tuturnya.
Esther juga menilai komoditi pangan Indonesia sangat tergantung dengan iklim, apabila iklim yang ada di Indonesia bermasalah, maka akan berdampak pada berkurangnya produksi pangan.
"Kemarin kebetulan ada El Nino, sebelumnya ada Covid-19, makanya terlalu berisiko menyerahkan nasib perut kita ke negara lain," ungkap dia.
Baca juga : Utusan Khusus Presiden RI Usung Tiga Isu Sistem Pangan Pertanian di CFS, Roma
Esther menjelaskan beberapa negara maju di dunia masih concern terhadap pangan mereka sendiri.
"Di Jepang, Tiongkok, mereka masih memikirkan pertanian. Juga Belanda yang saya tahu sendiri karena 5 tahun hidup di sana, Jerman gitu, masih mementingkan pangan, mereka hanya impor yang mereka tidak bisa produksi misal singkong, kopi, mereka tidak bisa tanam di sana," tuturnya.
Program Food Estate, sebut dia, tidak bisa untuk menjadi solusi ketahanan pangan Indonesia karena dengan membuka lahan besar-besaran ditakutkan akan merusak lingkungan.
Baca juga : Puan Maharani Sebut Alih Fungsi Lahan Sebabkan Krisis Pangan
Sementara itu, berbeda pandangan dengan Esther, Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori menyebut bahwa Indonesia masih jauh berhadapan dengan krisis pangan.
"Krisis masih jauhlah. Apa pemicu krisis?," ucap Khudori.
Ia menuturkan, selama impor yang dilakukan oleh pemerintah dikelola dengan baik, Indonesia masih jauh dari krisis pangan.
Baca juga : Dukung Ketahanan Pangan, Gerakan Maju Tani Usung Konsep Meta Farming
"Sejauh impor bisa dikelola dengan baik, jauhlah krisis. Krisis itu jika ada shock tiba-tiba dan tidak terkelola," tandasnya. (Z-3)
Persoalan pangan adalah isu global yang harus ditangani serius.
Dalam gelaran ini juga dipamerkan hewan sumber daya genetik asli Jawa Barat yaitu Domba Garut, Sapi Pasundan, dan Ayam Sentul.
WAKIL Menteri Investasi Yuliot Tanjung mengungkapkan rencana pemerintah untuk memberikan fasilitas impor bagi perusahaan pertanian.
Kebutuhan beras masyarakat Kabupaten Cianjur selalu terpenuhi setiap tahun
PEMERINTAH saat ini terus bekerja secara intensif untuk membahas bagaimana meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari pupuk bersubsidi.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berkomitmen terus membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pangan lokal.
MASYARAKAT Bali mengalami kekhawatiran yang tinggi terhadap dampak perubahan iklim, terutama akan ketahanan pangan dan ketersediaan air.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Perubahan iklim menjadi tantangan kita semua karena akan berdampak terhadap krisis pangan, krisis energi, dan krisis kehidupan bagi anak cucu kita.
Saat ini, sekitar 60 negara mengalami krisis pangan dan 900 juta penduduk dunia terdampak krisis pangan.
Di tengah ketegangan global terkait krisis pangan, Indonesia memperkuat langkahnya dalam meningkatkan produksi pangan dan mencari sumber daya alternatif yang berkelanjutan.
pemerintah harus membuat kebijakan terkait Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di level daerah
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved