Sektor Bahan Baku Farmasi Diyakini Akan Terus Berkembang

MENTERI Kesehatan Nila Djuwita Moeloek mengungkapkan keyakinannya akan sektor farmasi dan alat kesehatan yang masih bisa lebih berkembang. Mengingat saat ini secara basik baik energi dan gasnya serta infrastrukturnya sudah ada sehingga bisa lebih dikembangkan lagi.

"Ini adalah tindak lanjut dari Inpres No. 6/2016 yang bertujuan untuk menjamin ketersedian farmasi dan alat kesehatan. Saya sangat mendorong karena prinsipnya kita memang harus punya farmasi sendiri didalam negeri secara domestik karena vital sebagai bagian dari ketahanan dimasyarakat," ungkap Nila, Senin (29/8).

Sebab itu menurut Menkes penting dilakukan pengembangan industri farmasi. Namun dirinya tidak menutup kemungkinan untuk join kerja sama dengan negara lain untuk mengembangkan sektor farmasi, meski tidak menjadi hal yang utama.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto mengungkapkan pihaknya memang akan melakukan beberapa pembenahan dalam hal regulasi untuk mendukung pengembangan sektor industri.

Misalnya saja pembatasan kawasan industri perprovinsi yang 400 Ha dipandang tidak sesuai dengan pengembangan pengembangan yang direncanakan terutama untuk kawasan ekonomi khusus dan kawasan industri. sehingga ini yang akan dirapatkan kembali.

"Untuk industri kesehatan kita akan mengindentifikasi mana yang memang membutuhkan bahan baku, mana yang bisa diproduksi masal, mana yang memerlukan R&D," terang Airlangga.

Sedangkan Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono menjelaskan bahwa berdasarkan impres No.6 tahun 2016 terkait pengembangan bahan baku industri farmasi pihaknya sudah mulai melakukan identifikasi bahan baku apa yang perlu dikembangkan nantinya.

"kita identifikasi adalah bagaimana mengamankan produk untuk BPJS, yakni untuk kalangan menengah kebawah sehingga kebanyakan adalah produk obat obat dasar seperti paracetamol, antibiotik, vaksin. Itu kita kebanyakan akan bekerja disana," ujar Achmad. (OL-2)