Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BADAN Pusat Statistik (BPS) melaporkan, nilai tular petani (NTP) pada periode Oktober 2023 mencapai 116,73 atau naik sebesar 0,82%. Kenaikan ini terjadi karena indeks yang diterima petani naik sebesar 1,42% atau lebih tinggi dari kenaikan indeks yang dibayar petani.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Edy Mahmud mengatakan bahwa komoditas yang paling dominan dalam kenaikan ini terjadi pada cabai rawit, kelapa sawit, cabai merah dan bawang merah.
"Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura yang naik sebesar 8,64% atau lebih besar dari kenaikan yang dibayar petani," ujar Edy seperti yang disampaikan dalam Berita Resmi Statistik BPS, Jumat (1/12).
Baca juga: Nilai Tukar Petani November 2023 Naik 0,82%
Selanjutnya, kata Edy, kenaikan juga terjadi pada nilai tukar usaha petani atau NTUP yang mencapai 118,30 atau naik 1,30% bila dibandingkan bulan lalu. Kenaikan NTP terjadi karena indeks yang diterima petani naik sebesar 1,42% atau lebih tinggi dari kenaikan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) yang hanya 0,12%.
"Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks yang diterima secara nasional adalah cabe rawit, kelapa sawit cabe merah dan bawang merah. Sementara komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM secara nasional adalah benih padi, bibit bawang merah, upah pemanenan dan upah penanaman," katanya.
Sementara itu, peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor hortikultura yang naik sebesar 8,97%. Kenaikan ini terjadi karena indeks yang diterima untuk subsektor holtikultura mencapai 9,17% atau lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang hanya 0,18%.
Baca juga: Inflasi Kelompok Mamin dan Tembakau Tercatat 6,7% Secara Tahunan pada November 2023
"Komoditas yang dominan dan mempengaruhi kenaikan BPPBM terjadi pada subsektor tanaman pangan seperti bibit bawang merah, upah mencangkul, bibit kentang, dan bibit cabai," katanya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri mengatakan bahwa fokus kerja utama kementan pada satu tahun ini pada komoditas padi dan jagung. Kedua komoditas tersebut merupakan komoditas strategis yang harus dicapai untuk mewujudkan swasembada.
"Seperti yang disampaikan Pak Menteri, fokus utama kerja kita adalah meningkatkan komoditas padi dan jagung di lahan rawa mineral. Kita optimis tahun mendatang bisa mewujudkan swasembada dan kesejahteraan petani juga meningkat," jelasnya. (RO/S-3)
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia pada Juni 2024 mencapai 1,17 juta kunjungan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat pada Juni 2024 sebanyak 5,4 juta orang. Angka tersebut naik 2,8% dibandingkan bulan sebelumnya.
Pada Juli 2024, perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) Umum Nasional secara tahun ke tahun atau year on year (yoy) mencapai 2,99% terhadap IHPB Juli 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Produsen (IHP) umum sembilan sektor pada triwulan kedua 2024 naik 0,64% dari triwulan pertama. Secara tahunan, posisi saat ini juga naik 0,01%.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa terjadi deflasi sebesar 0,18% pada Juli 2024 secara month to month (mtm). Deflasi pada Juli merupakan yang terdalam dibandingkan Juni 2024.
NELSON Mandela, seorang revolusioner anti-apartheid di Afrika Selatan, pernah mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia.
Pada Juni 2024, sebanyak 32 provinsi di Indonesia mengalami kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), dengan kenaikan nasional mencapai 118,77 atau naik 1,77%.
Adapun komoditas yang memengaruhi penurunan NTP tersebut ialah kelapa sawit, gabah, jagung, dan cabai rawit. Amalia mengatakan NTP subsektor tanaman pangan mengalami penurunan
Nilai tukar petani (NTP) April 2024 tercatat sebesar 116,79 atau anjlok 2,18% dibandingkan Maret 2024.
Kenaikan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,29% lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar (Ib) petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,40%.
profesi petani ditinggalkan generasi muda karena dianggap usaha pertanian tidak lagi menguntungkan.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan sejumlah penyebab utama menurunnya usaha pertanian di Indonesia selama 10 tahun terakhir.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved