Proyek Listrik 35.000 MW Pacu Pembangunan

PROYEK pembangunan listrik, terutama di daerah rural, harus diutamakan untuk menopang pembangunan.

Pasokan listrik memberi dampak berkelanjutan yang besar bagi pembangunan.

Hal itu diutarakan Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada (PSE UGM) Deendarlianto berdasarkan kajian lembaga tersebut di Jakarta, kemarin.

"Adanya keamanan pasokan listrik akan memberi benefit untuk berbagai sektor. Kajian mengenai infrastruktur ketenagalistrikan akan bermanfaat dalam mendukung ketahanan energi nasional, ditambah lagi kita sedang menunggu realisasi pembangunan pembangkit listrik 35.000 Mw," ujarnya.

Pesatnya pembangunan di Pulau Jawa dan Bali, menurut kajian itu, ditopang juga oleh kayanya pasokan listrik.

Sebagai infrastruktur dasar, pembangunan listrik amat mendesak.

Belum lagi kebutuhan listrik terus tumbuh tiap tahun.

Anggota DEN yang juga merangkap sebagai team leader Kajian Kelistrikan PSE UGM Tumiran mengatakan perlunya akselerasi dalam memenuhi kebutuhan listrik.

Tumiran juga berharap pembangunan sarana kelistrikan tidak mengesampingkan aspek keberlanjutan.

"Energi harus dimanfaatkan jadi bahan bakar pembangunan. Pemanfaatan energi terbarukan juga harus didorong menopang industri," ujarnya.

Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) mengharapkan dana repatriasi hasil dari pengampunan pajak dapat digunakan untuk membangun pembangkit-pembangkit listrik hingga 35.000 Mw guna mengatasi kekurangan energi di berbagai daerah.

"Kami usulkan hidupkan lagi program kerja sama pemerintah dengan swasta (public private partnership /PPP) utamanya untuk pembiayaan listrik 35.000 Mw," kata Ketua Harian APLSI Arthur Simatupang dalam rilis di Jakarta, kemarin. (Fat/Ant/E-3)