Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PENGAMAT pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, banyak BUMN sukses menjadi perusahaan terbuka. Di antaranya BRI, BNI, Bank Mandiri, Aneka Tambang, dan Bukit Asam.
“BUMN tersebut bagus-bagus. Laporan Keuangan bagus. Kinerja meningkat,” jelas Irwan kepada media, Sabtu (11/2).
Pernyataan Irwan, disampaikan di tengah initial public offering (IPO) salah satu anak usaha BUMN, yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Salah satu kunci perusahaan yang masuk lantai bursa, memang saat IPO. Dan ketika IPO, jelas Irwan, yang cukup penting adalah valuasi. Jika harga yang ditawarkan kompetitif, maka akan menarik bagi calon investor.
“BRI misalnya, saat itu banyak yang memperebutkan,” lanjutnya.
Tak kalah penting, imbuh Irwan, dana yang diperoleh, seharusnya dipergunakan untuk modal dan investasi. Kondisi demikian bisa terjadi, jika perusahaan dalam kondisi sehat, tidak bermasalah.
Dengan demikian, dana yang diperoleh dipergunakan secara optimal untuk meningkatkan belanja modal dan investasi.
Baca juga: IPO Tingkatkan Daya Saing Pertamina Geothermal Energy
“Hal ini berbeda pada perusahaan yang awalnya bermasalah, misal IPO untuk menyelamatkan dari banyaknya utang,” jelas Irwan.
Dengan demikian, jika sejak awal memang sudah sehat, tentu kinerja akan semakin membaik ketika menjadi perusahaan terbuka. Seperti itulah yang terjadi dengan BRI, BNI, Bank Mandiri, Antam, Bukit Asam, dan lain-lain.
“Kinerja emiten-emiten perbankan tersebut sangat baik. Dari Laporan Keuangan kan kelihatan.Sedangkan yang tambang, juga bagus. Bisa jadi karena harga internasional memang sedang bagus,” kata dia.
Menurut Irwan, salah satu faktor yang berperan meningkatkan kinerja emiten, adalah prinsip transparansi. Dengan keterbukaan, perusahaan lebih terkontrol.
“Kalau belum go public, kan tidak ketahuan, apakah ada penyimpangan atau tidak. Tetapi kalau sudah go public, akan terpantau sehingga lebih profesional. Itu yang membuat kinerja meningkat dan mudah-mudahan lebih efisien,” kata dia.
Mengenai kepemilikan saham, Irwan juga mengatakan tidak berubah. Tidak akan beralih ke pihak swasta ataua asing.
Terlebih, jika jumlah saham yang dilepas relatif kecil, misal sekitar 20%-30%. Dengan kondisi ini, tidak mengubah juga garis kebijakan perusahaan induk.
“Mayoritas masih BUMN, Pemerintah. Untuk investor, istilahnya hanya kebagian rezeki saja,” jelasnya.
Bahkan, lanjut Irwan, para karyawan juga bisa memiliki saham emiten tempat mereka bekerja. Misal lewat koperasi karyawan dan sebagainya. “Bisa saja mereka mengajukan ke direksi,” kata Irwan.
Terpisah, Profesor Adler Haymans Manurung, juga pengamat pasar modal mengatakan, banyak BUMN masuk lantai bursa dan pada akhirnya menuai sukses. Keberhasilan menjadi perusahaan terbuka, lanjut Adler, tak lepas dari prinsip keterbukaan.
“Banyak keuntungan dengan IPO. Salah satunya perusahaan akan menjadi transparan terutama pada Laporan Keuangan. Kondisi ini akan memicu kinerja perusahaan dan pada akhirnya karyawan juga diuntungkan,” kata Adler.
Dengan transparansi, lanjut Penulis buku Pasar Modal Indonesia, Menjadi Bursa Kelas Dunia ini, publik bisa mengetahui kinerja keuangan perusahaan. Termasuk karyawan, yang juga bisa melihat laporan tersebut.
Hal ini berbeda pada perusahaan tertutup atau belum IPO. Pada perusahaan seperti ini, direksi tidak perlu menunjukan laporan kinerjanya.
“Akibatnya, karyawan juga tidak bisa melihat kinerja perusahaan. Dan dengan mengetahui kondisi perusahaan, mereka bisa mempertimbangkan, apakah sudah saatnya meminta kenaikan gaji,” kata dia.
“Selain itu, karyawan bahkan bisa membeli saham perusahaan,” tutupnya. (RO/OL-09)
IPO sendiri merupakan sebuah langkah penggalangan dana yang digunakan oleh perusahaan melalui pasar modal, di mana perusahaan menjual sahamnya kepada publik untuk pertama kalinya.
PASAR modal Indonesia sejak 2019 mencatatkan akumulasi penghimpunan dana senilai Rp479,42 triliun. Total nilai pajak yang dibayarkan perusahaan tercatat yaitu senilai Rp185,17 triliun.
KEPALA Eksekutif PMDK OJK Inarno Djajadi menyampaikan bahwa hadirnya Papan Pemantauan Khusus (PPK) ditujukan untuk menciptakan pasar modal yang semakin teratur, wajar, dan efisien
SEKRETARIS Perusahaan PT Bank Syariah Indonesia Wisnu Sunandar mengungkapkan, perusahaan saat ini dalam kondisi cukup baik meski PP Muhammadiyah baru saja menarik dana dalam jumlah besar.
Nilai pasar Nvidia telah melebihi US$3 triliun, mengungguli Apple untuk menjadi perusahaan terdaftar publik kedua dengan nilai tertinggi di dunia.
Badan Pengawas Keuangan (BPK) menyoroti dana sebesar Rp567 miliar yang belum dikembalikan oleh Pemerintah
Sejumlah perusahaan sudah memiliki syarat yang cukup untuk terjun ke bursa, baik dari sisi keuangan maupun tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG).
Setelah IPO, perusahaan menargetkan di 2024 penjualan dapat meningkat hingga 20%. Pada jangka panjang lima tahun ke depan, pihaknya menargetkan pendapatan per bulan sebesar Rp100 miliar.
Dalam rencana IPO, perseroan membuka harga penawaran awal (bookbuilding) Rp100-Rp105 per saham dengan maksimal 680 juta lembar
Selama masa penawaran umum pada 3-6 Juni 2024, total permintaan yang masuk mencapai 25,54 miliar lembar Saham atau senilai Rp2,8 triliun, jauh di atas yang ditawarkan 620 juta lembar saham
PT Benteng Api Technic atau BAT Refractories berencana menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham di BEI dengan melepas 620 juta saham.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved