Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Isu Ketahanan Pangan Harus Jadi Agenda KAHMI

Mediaindonesia.com
05/11/2022 10:50
Isu Ketahanan Pangan Harus Jadi Agenda KAHMI
Prof Imam Mujahidin.(DOK Pribadi.)

KORPS Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) harus bisa mengambil peran strategis dalam mengatasi ancaman krisis pangan yang kini menjadi persoalan seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia.

"Kami ingin KAHMI bisa tampil memberi solusi persoalan pangan. Secara internal kita harus menunjukkan keberpihakan yang jelas dalam mengatasi persoalan (pangan) ini," ujar Prof Imam Muhahidin Fahmid, Guru Besar Ekonomi Politik Universitas Hasanuddin dalam keterangan tertulis, Sabtu (5/11).

Pandangan tersebut disampaikan Prof Imam sebagai salah satu bakal calon Presidium Nasional dalam Musyawarah Nasional KAHMI. Adapun Munas akan digelar di Palu, Sulawesi Tengah, pada 24-28 November 2022.

"Jika terpilih menjadi pimpinan kolektif KAHMI, salah satu yang akan kami jadikan isu utama ialah soal pangan. Soalnya, itu menjadi diskursus penting yang harus diketahui publik," ujar Prof Imam.

Krisis pangan, menurutnya, telah menjadi isu yang sangat mempengaruhi kehidupan ekonomi dunia. Perubahan iklim dan berbagai konflik geopolitik turut memberi kontribusi besar terhadap logistik dan distribusi pangan di seluruh dunia. "Persoalan pangan, termasuk energi, akan mengancam kehidupan kemanusiaan kalau tidak diselesaikan," ujarnya.

Prof Imam juga berpendapat, bangsa ini tidak tidak boleh bergantung pada negara-negara lain dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Sangat disayangkan saat ini masih ada sejumlah komoditas pangan yang masih harus diimpor, sehingga memengaruhi neraca perdagangan negara. 

"Sejumlah komoditas masih kita impor, seperti kedelai, daging, jagung, dan bawang putih. Ke depan semua itu harus ikuti jejak beras yang sudah tiga atau empat tahun ini sudah tidak impor lagi alias kita sudah swasembada beras," gagasnya.

Menurutnya, Kementerian Pertanian saat ini sudah cukup jauh melangkah untuk mempersiapkan bangsa ini menghadapi perubahan iklim. Langkah Kementerian, ungkapnya, juga dilakukan agar Indonesia tidak terus menerus bergantung pada impor pangan dari negara lain. 

"Ketergantungan kita pada pangan impor bisa memengaruhi keuangan negara. Apalagi kita harus berhadapan dengan para komprador pangan dunia yang ingin menjadikan Indonesia sebagai market dari international food trading," ujarnya. 

Sejalan dengan itu, menurutnya KAHMI perlu mengkaji lebih jauh agar memiliki pijakan kuat untuk memberi masukan kepada pemerintah. KAHMI perlu bersinergi dengan pemerintah untuk memikirkan produksi dan ketersediaan pangan. "Kami berharap sekali lagi, soal impor beras harus menjadi pertimbangan yang sangat hati-hati, harus diwaspadai dengan baik. Kalau keliru kebijakan, misalnya impor, sementara ada produksi sendiri, itu akan merugikan semua pihak, terutama petani. Harga akan menjadi kacau, nilai tukar petani akan turun, sehingga menurunkan kesejahteraan petani," urai Prof Imam. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Wisnu
Berita Lainnya