Demi US$30 Miliar, BKPM Buat Desk Tiongkok

DI laut, hubungan Indonesia dan Tiongkok boleh saja tengah memanas lantaran persoalan illegal fishing.

Namun, friksi tersebut tidak menyetop Indonesia mencari investasi hingga 'Negeri Tirai Bambu'.

Tahun ini, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menargetkan komitmen investasi dari Tiongkok mencapai US$30 miliar.

"Pada 2017 targetnya dua kali lipatnya," kata Kepala BKPM Franky Sibarani di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, rasio realisasi investasi Tiongkok yang selama 2010-2014 hanya 7% membuat pihaknya sengaja memasang target tinggi guna mendongkrak gelontoran modal dari negara itu.

BKPM mencatat komitmen investasi Tiongkok ke Indonesia pada 2010-2016 mencapai US$53,16 miliar untuk 52 proyek.

Untuk mengakselerasi realisasi penanaman modal investor Tiongkok, BKPM berencana menyiapkan pelayanan khusus lewat pembentukan China desk. Layanan itu akan dimulai 1 April.

"Nanti dikursuskan bahasa Mandarin, minimal dari BKPM ada 1-3 orang. Enggak hanya (melayani) China, Taiwan dan Hong Kong juga dapat layanan ini," ungkap Franky.

Menurut dia, bahasa jadi salah satu penghambat realisasi investasi Tiongkok.

Padahal, tidak sedikit investor yang langsung ke daerah.

Lalu, tidak jarang mereka salah memilih mitra karena sekadar berdasar hubungan kekerabatan.

Terkait kekhawatiran sebagian kalangan akan membanjirnya tenaga kerja asing (TKA) dari Tiongkok seiring bertumbuhnya investasi dari sana, Kementerian Ketenagakerjaan menepisnya.

Menurut Sekretaris Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Budi Hartawan, jumlah TKA legal secara umum justru turun.

Berdasar izin mempekerjakan tenaga kerja asing, selama periode Januari 2016 hingga minggu ke-2 Maret 2016, hanya ada 5.807 TKA. Adapun pada Februari 2015, ada 12.134 TKA.

"Dari data, angkanya turun," tegas Budi.