Menuju Pusat Logistik ASEAN

DAYA saing industri nasional masih terbelenggu biaya logistik yang mencapai 2,5 kali lipat lebih mahal ketimbang negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.

Biaya logistik yang setara dengan 24% (Rp1.820 triliun) produk domestik bruto itu salah satunya disebabkan bahan baku industri impor yang ditimbun luar negeri.

"Kalau tidak bisa kita bereskan, kita tidak akan bisa bersaing. Tidak logis, produksi di sini, hasilnya di sini, kapasnya gudangnya di negara lain tidak bisa. Bawa ke negara kita," kata Presiden Jokowi saat meresmikan fasilitas Pusat Logistik Berikat (PLB) di Cakung, Jakarta, Kamis (10/3).

Kondisi serupa terjadi pada barang ekspor yang ditimbun para pengusaha di Singapura dan Malaysia sambil menunggu pembeli.

Menurut Presiden, PLB bertujuan memicu perpindahan logistik secara masif dari negara-negara ASEAN ke Indonesia serta membuat ongkos produksi semakin efisien dan murah.

"Dengan fasilitas yang kita berikan di PLB, akan berbondong-bondong mereka datang ke sini," tuturnya.

Indonesia sebelumnya sudah memiliki gudang berikat dengan skala lebih kecil.

"Setelah menjadi PLB berubah seperti supermarket. Semuanya ada sehingga biaya logistik akan lebih murah karena tidak harus ambil dengan transportasi ke negara lain," ujarnya.

Menurutnya, sudah banyak pengusaha Malaysia yang ingin menyimpan logistik mereka di PLB Cilincing.

Para pengusaha yang memanfaatkan fasilitas PLB akan mendapat lima jenis insentif (lihat info grafik).

"Indonesia juga dipilih karena 45% konsumsi serta 44%-45% PDB ASEAN juga berada di Indonesia. Saat ini sudah siap 11 PLB di Balikpapan, Cakung, Denpasar, Karawang, dan Cikarang," ucap Presiden.

Fasilitas PLB tertuang dalam Peraturan Pemerintah 85/2015 tentang Kawasan Logistik Berikat yang merupakan kebijakan deregulasi paket ekonomi IX.

Sanksi tegas
Presiden juga menyinggung soal perizinan di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang prosesnya sudah dalam hitungan jam.

"Bukan hanya satu, tapi delapan izin, nanti bisa dicoba investor," ujarnya.

Terkait waktu bongkar muat peti kemas di pelabuhan (dwelling time), Jokowi berjanji mempersingkatnya menjadi 3 hari.

"Bulan ini atau bulan depan Insya Allah sudah masuk angka 3 sehingga efisiensi makin kelihatan," katanya.

Ia menegaskan bakal memberi sanksi tegas kepada siapa pun yang tidak serius menangani masalah ini.

"Jangan sampai ada korban lagi masalah dwelling time, saya enggak main-main."

Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita mengatakan pengusaha dan pengguna jasa logistik menyambut baik kehadiran PLB.

"Ini merupakan senjata jitu memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), serta bisa mendorong perpindahan pusat pergudangan ASEAN di Malaysia dan Singapura ke Indonesia," ujar Zaldy kepada Media Indonesia, kemarin.

Dia memperkirakan kehadiran PLB akan menekan harga bahan baku khususnya impor bisa lebih murah 25%.

"Dampaknya terhadap penurunan harga bahan baku dan logistik baru bisa dirasakan 6 bulan sampai 1 tahun," tukasnya. (Adi/E-4)