Bubur Kertas Sasar Enam Besar Dunia

INDONESIA berpeluang menembus peringkat enam dunia produsen bubur kertas (pulp) setelah pabrik OKI Pulp & Paper beroperasi pada Oktober 2016 mendatang dengan kapasitas produksi 2 juta ton per tahun. Target itu cukup realistis karena saat ini Indonesia sudah di peringkat sembilan dunia dengan kapasitas produksi 12 juta ton per tahun dari 81 perusahaan.

"Indonesia memiliki keunggulan karena beriklim tropis, sementara negara pesaing seperti Amerika (peringkat satu dunia), Tiongkok dan Jepang (peringkat pertama dan kedua di Asia) beriklim subtropis," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam kunjungan ke lokasi pabrik di Bukit Batu, Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, Selasa (1/3). Dengan iklim tropis, imbuhnya, pohon akasia yang menjadi bahan baku bubur kertas dan tisu bisa dipanen pada usia tanam 5-6 tahun. "Untuk yang beriklim subtropis bisa di atas 10 tahun," katanya.

Berdasarkan data Kemenperin, ekspor pulp dan kertas Indonesia baru 3,5 juta ton per tahun, sedangkan impor mencapai 1,62 juta ton. Pembangunan konstruksi pabrik OKI Pulp & Paper telah mencapai 88,8% sejak dimulai pada 2013 di lahan seluas 1,7 ha. Tujuh perusahaan HTI (empat di OKI dan tiga di Musi Banyuasin) akan menjadi pemasok kebutuhan bahan baku.

"Hampir 95% produksi akan diekspor, sementara tisu yang menjadi hilirisasinya ditargetkan 500 ribu ton per tahun. Kami sedang mengurus izin untuk pelabuhan ekspor di Selat Bangka," kata Direktur OKI Pulp & Paper Suhendra Wiriadinata. Pabrik pulp terbesar di Indonesia itu sudah menyerap tenaga kerja lokal 52% dari total 15 ribu pekerja. "Devisa negara diperkirakan bertambah US$1,5 miliar per tahun.