Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Midi Utama Bagikan Dividen Rp47,8 miliar

Andhika Pasetyo
16/5/2019 15:11
Midi Utama Bagikan Dividen Rp47,8 miliar
Corporate Secretary Suantopo Po dan Property and Development Director Lilik Setiabudi dalam acara paparan publik Midi Utama Indonesia.(MI/ANDHIKA PRASETYO)

PT Midi Utama Indonesia, pemegang merek ritel Alfa Midi, sepanjang 2018 mencatat pendapatan sebesar Rp10,7 triliun atau tumbuh 9,56% dari hasil yang diraih pada 2017 yakni Rp9,77 triliun.

Dari pendapatan tersebut, korporasi membukukan laba bersih sebesar Rp159,15 miliar. Nilai tersebut tumbuh sangat signifikan yakni 54,8% dari tahun sebelumnya yang kala itu hanya meraup Rp102,81 miliar.

Dari total laba itu, Midi Utama membagikan dividen sebesar 30% atau Rp47,8 miliar.

Corporate Secretary Midi Utama Indonesia Suantopo Po mengungkapkan pertumbuhan laba perusahaan memberikan angin segar di tengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi dunia yang berdampak pada pengembangan pasar di Tanah Air.

"Kita ketahui beberapa pemain ritel tidak mampu bertahan dan menutup beberapa gerainya sejak 2017. Tapi sekarang kita bisa merealisasi pertumbuhan yang signifikan," ujar Suantopo di Alfa Tower, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (16/5).

Ia mengungkapkan kinerja baik tersebut didorong oleh berbagai upaya strategis yang dilakukan perusahaan seperti pembukaan gerai-gerai baru. Tentu langkah itu dilaksanakan dengan cermat dengan memilih lokasi secara selektif sehingga mampu memberi kontribusi positif terhadap korporasi.

Sepanjang 2018, Midi Utama melakukan ekspansi dengan membuka 30 gerai Alfamidi baru. Dengan demikian, total gerai tumbuh dari 1.396 unit menjadi 1.426 unit.

Baca juga: BRI Tebar Dividen Rp16,1 Triliun

Sedianya, angka pembukaan gerai baru di 2018 merupakan yang terendah sejak 2008. Langkah ekspansi terbesar terjadi pada 2015. Kala itu perusahaan membuka gerai baru sebanyak 262 unit.

"Tapi sekarang situasinya berbeda. Pertumbuhan yang belum menentu membuat kita tidak bisa terlalu agresif. Jika terlalu agresif, kita akan roboh jadi tidak bisa jor-joran. Tambah gerai juga tidak berarti profit kita naik karena biaya operasional pasti bertambah, seperti untuk upah tenaga kerja dan sewa ruko," jelasnya.

Di luar ekspansi, perusahaan juga melakukan pengendalian biaya, pengendalian tingkat pengelolaan pembiayaan, pengelolaan bauran margin dan perbaikan proses bisnis.

"Kami juga optimalisasi berbagai hal lain yang bersifat mendasar seperti memperhatikan kebutuhan pelanggan, pelayanan yang maksimal dan komunikasi yang efektif di semua lini karyawan," tandasnya. (A-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya