Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Organisasi nirlaba internasional, Oxfam mengungkapkan satu persen penduduk terkaya di dunia bertanggung jawab atas jumlah emisi karbon yang sama dengan dua pertiga penduduk termiskin di dunia, atau lima miliar orang.
"Meskipun memerangi krisis iklim merupakan tantangan bersama, tidak semua orang memiliki tanggung jawab yang sama dan kebijakan pemerintah harus disesuaikan," kata Max Lawson, salah satu penulis laporan yang dirilis pada Minggu (18/11) , kepada AFP. “Semakin kaya Anda, semakin mudah untuk mengurangi emisi pribadi dan investasi Anda,. Anda tidak memerlukan mobil ketiga, atau sering-sering berlibur, atau Anda tidak perlu berinvestasi di industri semen,” imbuhnya.
Laporan berjudul "Kesetaraan Iklim: Planet untuk 99%, itu didasarkan pada penelitian yang dikumpulkan oleh Stockholm Environment Institute (SEI) dan meneliti emisi konsumsi yang terkait dengan kelompok pendapatan berbeda hingga tahun 2019. Laporan ini diterbitkan ketika para pemimpin dunia bersiap untuk bertemu dalam pembicaraan iklim pada KTT COP28 di Dubai akhir bulan ini.
Kekhawatiran terhadap krisis iklim semakin meningkat, bahwa membatasi pemanasan jangka panjang hingga 1,5 derajat Celcius akan menjadi mustahil untuk dicapai. Temuan utama studi ini antara lain adalah satu persen orang terkaya di dunia -- 77 juta orang -- bertanggung jawab atas 16% emisi global yang terkait dengan konsumsi mereka. Jumlah tersebut setara dengan 66% populasi terbawah berdasarkan pendapatan, atau 5,11 miliar orang.
Ambang batas pendapatan untuk menjadi salah satu dari satu persen penduduk teratas global disesuaikan berdasarkan negara dengan menggunakan paritas daya beli -- misalnya di Amerika Serikat, ambang batasnya adalah US$140 ribu, sedangkan di Kenya, ambang batas tersebut adalah sekitar US$40 ribu. Analisis di Prancis juga memberikan gambaran yang sangat jelas. Misalnya, satu persen penduduk terkaya di negara ini mengeluarkan karbon dalam satu tahun sebanyak 50% penduduk termiskin dalam 10 tahun. Ini tidak termasuk karbon yang terkait dengan investasinya, Bernard Arnault, miliarder pendiri Louis Vuitton dan orang terkaya di Prancis, yang memiliki jejak karbon 1.270 kali lebih besar dibandingkan rata-rata orang Prancis.
Pesan utama dari penelitian ini, menurut Lawson, adalah perlunya tindakan atau kebijakan yang progresif. “Kami pikir kecuali pemerintah memberlakukan kebijakan iklim yang progresif, di mana Anda melihat orang-orang yang mengeluarkan emisi terbesar diminta untuk melakukan pengorbanan terbesar, maka kita tidak akan pernah bisa menghasilkan kebijakan politik yang baik dalam hal ini,” katanya.
Langkah-langkah ini, kata dia, dapat mencakup, misalnya, pajak atas penerbangan lebih dari sepuluh kali setahun, atau pajak atas investasi non-hijau yang jauh lebih tinggi dibandingkan pajak atas investasi ramah lingkungan.
Meskipun laporan saat ini berfokus pada karbon yang hanya terkait dengan konsumsi individu, konsumsi pribadi orang-orang superkaya jauh lebih kecil dibandingkan emisi yang dihasilkan dari investasi mereka di perusahaan, demikian temuan laporan tersebut.
Orang-orang kaya juga tidak berinvestasi di industri-industri yang menghasilkan polusi dengan rasio yang sama dengan investor mana pun -- miliarder dua kali lebih besar kemungkinannya untuk berinvestasi di industri-industri yang menghasilkan polusi dibandingkan rata-rata negara-negara Standard & Poor 500, menurut penelitian Oxfam sebelumnya. (AFP/M-3)
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Krisis iklim yang disebabkan pemanasan global telah menyebabkan panjang hari di Bumi semakin bertambah, menurut analisis terbaru.
DATA dari layanan iklim Eropa Copernicus menyebut bahwa suhu global berada dalam rekor tertinggi pada Juni selama 13 bulan berturut-turut.
Tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Menurut Prof Emil Salim, memanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat sangat penting.
Alasan Gereja Protestan HKBP menolak terlibat berdasarkan isi Konfesi HKBP tahun 1996.
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved