Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Suatu hari di Bulan September 1991, dua orang pendaki Jerman menemukan sesosok jenazah yang terperangkap dalam es. Peristiwa itu terjadi di Pegunungan Alpen Oetztal, wilayah utara Italia di ketinggian 3.210 meter (10.500 kaki) di atas permukaan laut.
Berdasarkan lokasi temuan itu, sang mayat ini kemudian diberi nama Oetzi, mumi "manusia es" dari Pegunungan Alpen. Pria ini diperkirakan tewas lebih dari 5 ribu tahun silam.
Sejak mayatnya ditemukan, para ilmuwan telah menggunakan teknologi tinggi, diagnostik non-invasif, dan pengurutan genom untuk menguak masa lalu Oetzi, yang misterius.
Baru-baru ini, sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology menyatakan Oetzi memiliki kulit lebih gelap dari yang diperkirakan sebelumnya dan kemungkinan besar botak atau hampir botak ketika dia meninggal.
Menurut tim peneliti dia juga kemungkinan besar berasal dari kelompok yang relatif terisolasi dengan sedikit kontak dengan orang Eropa lainnya, dan memiliki nenek moyang yang datang langsung dari Anatolia.
Analisis awal genomnya sebelumnya menunjukkan bahwa si manusia es ini memiliki jejak genetik berasal dari komunitas penggembala stepa dari Eropa timur.
Namun, para ilmuwan Max Planck mengatakan hasil terbaru tidak lagi mendukung temuan ini.
Sebaliknya, mereka percaya sampel asli telah terkontaminasi dengan DNA modern yang menyebabkan temuan yang salah.
Kemajuan teknologi juga memungkinkan untuk melihat lebih spesifik ke masa lalu Oetzi.
“Di antara ratusan orang Eropa awal yang hidup pada waktu yang sama dengan Oetzi dan yang genomnya sekarang tersedia, genom Oetzi memiliki lebih banyak kesamaan nenek moyang dengan petani Anatolia awal daripada rekannya di Eropa," kata tim peneliti dari institut tersebut.
Nyaris botak
Johannes Krause, kepala Departemen Arkeogenetik di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology yang ikut menulis penelitian tersebut, mengatakan bahwa timnya sangat terkejut tidak menemukan jejak penggembala stepa Eropa timur dalam analisis terbaru dari genom sang mayat.
“Proporsi gen pemburu-pengumpul dalam genom Oetzi juga sangat rendah. Secara genetik, nenek moyangnya sepertinya datang langsung dari Anatolia tanpa bercampur dengan kelompok pemburu-pengumpul,” ujarnya.
Oleh karena itu, para ilmuwan percaya bahwa dia mungkin berasal dari populasi yang relatif terisolasi yang memiliki sedikit kontak dengan kelompok Eropa lainnya.
Tim mengatakan ide sebelumnya tentang penampilan manusia es mungkin juga tidak akurat. “Para ilmuwan sebelumnya mengira kulit Oetzi menjadi gelap karena terperangkap dalam es, tetapi itu mungkin sebenarnya adalah warna kulit aslinya,” kata tim tersebut.
Gen Oetzi juga menunjukkan bahwa ia cenderung botak bukan memiliki rambut panjang dan tebal. Para peneliti yakin kebotakan itu ia alami saat dewasa.
“Ini adalah hasil yang relatif jelas dan juga bisa menjelaskan mengapa hampir tidak ada rambut yang ditemukan pada mumi tersebut,” kata antropolog Albert Zink, rekan penulis studi tersebut.
Dalam penelitian sebelumnya selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah menetapkan bahwa Oetzi meninggal kira-kira pada usia 45 tahun, tingginya sekitar 1,60 meter (lima kaki, tiga inci), dan beratnya 50 kilogram (110 pon).
Oetzi tewas secara tragis. Sebilah panah mengoyak pembuluh darah utama antara tulang rusuk dan tulang belikat kirinya. (AFP/M-3)
Maek sendiri dikenal sebagai Negeri Seribu Menhir, yang masih menyimpan misteri tentang peradaban masa lampau di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Jumlah arkeolog Indonesia yang ada saat ini sangat kurang jika dibandingkan dengan potensi temuan peninggalan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Lukisan ini menggambarkan seekor babi hutan dan tiga sosok mirip manusia yang berusia setidaknya 51.200 tahun, lebih dari 5.000 tahun lebih tua dari seni gua tertua sebelumnya.
Penemuan fosil gading gajah purba Stegodon yang diperkirakan berusia 300 ribu tahun di Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng), cukup mengejutkan para peneliti.
BRIN menemukan pecahan batu candi yang sudah tersebar di Kediri, Jawa Timur. Batu tersebut merupakan pecahan candi Adan-Adan, yang didirikan di era Kerajaan Kediri.
Para sejarawan berharap pemulihan situs warisan dunia UNESCO ini dapat meringankan hubungan yang dirusak oleh sejarah masa lalu yang kelam antara kedua negara.
Kenduri Budaya Ki Watu Balung menghadirkan kolaborasi seni tradisi dan seni ciptaan baru yang didukung oleh lebih dari 90 orang penampil.
Munculnya ukiran di tepi sungai telah menyenangkan para ilmuwan dan masyarakat umum, tetapi juga menimbulkan pertanyaan yang meresahkan tentang dampak degradasi lingkungan.
MUSEUM merupakan tempat berbagai koleksi artefak bersejarah, khasanah budaya Indonesia yang dilestarikan untuk lepentingan ilmu pengetahuan dan jati diri bangsa.
BERDASARKAN putusan Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-216 di Paris, ada empat geopark Indonesia yang telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark (UGG).
Temuan ini memberikan wawasan baru mengenai organisasi sosial manusia 150 tahun setelah batu api pertama ditemukan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved