Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PAMERAN dan diskusi Membentangkan Maek resmi dibuka, Minggu (14/7). Pembukaan pameran itu dibuka oleh Ketua DPRD Sumbar Supardi di Gedung Gambir Fakultas Pertanian Unand, Kota Payakumbuh. Pameran ini merupakan salah satu rangkaian praevent Festival Maek, yang bakal digelar 17-20 Juli 2024 mendatang.
Pameran ini terbuka untuk umum dan dapat dikunjungi mulai pukul 15.00 - 16.00 WIB. Pengunjung bakal disajikan untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir, hasil riset terbaru tentang peradaban Maek.
Maek sendiri dikenal sebagai Negeri Seribu Menhir, yang masih menyimpan misteri tentang peradaban masa lampau di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Baca juga : Kabupaten Lima Puluh Kota Berpotensi Jadi Pusat Ekonomi di Utara Sumbar
Di sana, pengunjung dapat melihat timeline masa-masa awal penelitian Maek dari 1980-an. Pengunjung juga bakal disajikan banyak pengetahuan terbaru berkisar soal menhir dan peradaban manusia yang mendukungnya.
Beberapa bagian kerangka manusia yang berhasil diekskavasi pada 1985 dan 1986 juga dibawa untuk ditampilkan pada pameran.
Supardi, saat membuka pameran menekankan pentingnya pameran ini dalam mempromosikan budaya dan pariwisata daerah.
Baca juga : SMK-PP Kementan Motivasi Milenial Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan
“Kita ingin jadikan Maek sebagai perubahan paradigma. Kalau hanya keindahan alam, negara lain juga punya. Kalau Sumbar bangkit dari pariwisata, yang harus bangkit itu budayanya,” ujarnya, Minggu (14/7)
Selain itu, ia mengatakan festival ini kalau berhasil akan membuktikan pada dunia bahwa di Sumatra Barat terdapat situs arkeologi yang bakal mengubah narasi sejarah.
"Selama ini, kita acuh pada cagar budaya dari peradaban kuno ini, baru setelah 40 tahun, untuk pertama kalinya Maek dipamerkan," ucap Supardi.
Baca juga : Menteri Sandiaga Uno: Apresiasi Kreasi Indoneisa Terbukti Pacu Penjualan
Pembukaan ini dihadiri siswa SD dan SMP dari Payakumbuh. Raffi Salah, seorang siswa dari SMP Negeri 01 Kota Payakumbuh, mengatakan ia sangat antusias melihat benda peninggalan sejarah ini.
"Baru sekali lihat yang seperti ini, hal baru bagi saya," katanya.
Raffi juga berniat dalam helat Festival Maek ini bakal pergi berkunjung ke situs-situs tempat menhir ditemukan.
Baca juga : Sungai Harau Meluap, Kabupaten Lima Puluh Kota Terendam Banjir
Selain itu, pameran ikut dikunjungi Dinas Kebudayaan berbagai kabupaten kota, masyarakat Maek, tokoh masyarakat, akademisi, mahasiswa, jurnalis, beberapa komunitas, dan warga secara umum.
Pada hari itu juga dilakukan diskusi soal Kebijakan Provinsi Sumatera Barat Terkait Warisan dan Pelestarian Budaya. Diskusi ini dilakukan di aula Balai Kota Payakumbuh dengan peserta dari berbagai kalangan.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Jefrinal Arifin mengatakan potensi budaya yang ada di Sumatra Barat mesti lebih digali ke depanya.
"Kita mesti merawat dan menggali potensi dari semua cagar budaya dan kebudayaan yang ada di Sumbar. Itu semua mesti dijaga dan bermanfaat bagi masyarakat," ucapnya.
Ia menjelaskan beberapa provinsi lain di Indonesia telah mengubah paradigma pariwisata mereka. Sebut saja Bali dan Yogyakarta. Dua provinsi itu telah menggeser cara untuk menggaet wisatawan atau turis ke daerahnya dengan menonjolkan sisi budaya.
Dengan adanya kedatangan turis itu, perekonomian masyarakat yang merawat budaya dapat bergulir. Hal ini secara tidak langsung bakal menambah keinginan masyarakat untuk merawat benda budaya.
Maek adalah pintu untuk membuka paradigma tersebut di Sumatera Barat. Ia dan Dinas Kebudayaan Sumbar bakal mengembangkan hal serupa di beberapa tempat lainnya.
"Semoga apa yang kita usahakan di Maek, bisa memajukan kebudayaan di Sumbar," kata Jefrinal.
Pameran dan diskusi pra event Festival Maek ini bakal berlangsung dari 14-16 Juli mendatang. Selain dua kegiatan di atas, hari ini juga diadakan diskusi "Riset Perjalanan Maek" yang dipaparkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dua hari berikutnya, para pakar arkeologi dari dalam dan luar negeri juga akan menggelar diskusi dengan beberapa tema. Di antaranya, "Simbol dan Peradaban Kuno" oleh ahli dari Mesir. "Maek Sebagai Warisan Dunia," oleh guru besar dari Universitas Andalas.
Kemudian diskusi "Maek dan Masa Depan Peradaban" serta "Maek dan Asal Mula Bahasa Minangkabau". (Z-1)
Pertumbuhan populasi yang signifikan, terutama meningkatnya pasangan muda, angka kelahiran, serta didukung pertumbuhan ekonomi menjadi daya dorong permintaan.
MERCURE Bandung Nexa Supratman bersama Alux Wedding Organizer mempersembahkan Bride Market Wedding Expo 2024 pada tanggal 27-28 Juli 2024.
GIIAS 2024 menghadirkan lebih dari 55 merek kendaraan, yang terdiri atas mobil penumpang, kendaraan komersial, dan sepeda motor.
Selain pameran, ARCH:ID 2025 juga menyelenggarakan konferensi internasional yang akan mengundang sejumlah ahli dan profesional industri arsitektur dan konstruksi.
Pameran Travel Haji dan Umrah Kembali digelar di berbagai Kota di Indonesia, termasuk di Jakarta
Jumlah mahasiswa asal Indonesia di Taiwan terus bertambah, menunjukkan peningkatan minat pelajar Indonesia untuk menempuh pendidikan di sana.
Jumlah arkeolog Indonesia yang ada saat ini sangat kurang jika dibandingkan dengan potensi temuan peninggalan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Lukisan ini menggambarkan seekor babi hutan dan tiga sosok mirip manusia yang berusia setidaknya 51.200 tahun, lebih dari 5.000 tahun lebih tua dari seni gua tertua sebelumnya.
Penemuan fosil gading gajah purba Stegodon yang diperkirakan berusia 300 ribu tahun di Desa Kapuan, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah (Jateng), cukup mengejutkan para peneliti.
BRIN menemukan pecahan batu candi yang sudah tersebar di Kediri, Jawa Timur. Batu tersebut merupakan pecahan candi Adan-Adan, yang didirikan di era Kerajaan Kediri.
Para sejarawan berharap pemulihan situs warisan dunia UNESCO ini dapat meringankan hubungan yang dirusak oleh sejarah masa lalu yang kelam antara kedua negara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved