Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ASOSIASI Tradisi Lisan (ATL) kembali menggelar Festival Tradisi Lisan. Kali ini mencapai gelaran ke-12, festival yang diselenggarakan bekerjasama dengan Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi serta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan juga didukung Media Indonesia itu berlangsung 12 hingga 15 Juni 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Beragam acara menarik dan sarat wawasan diselenggarakan di festival yang pertama kali diadakan pada 1993 atau bersamaan dengan tahun berdirinya ATL. “Acara ini pertama kali terinisiasi berdasarkan pemikiran bahwa tradisi lisan seharusnya tidak hanya untuk dibaca dan dituliskan dalam buku-buku, terapi juga harus di mata kita dengan cara dilihat dan didengar serta dirasakan sehingga bisa hidup di tengah-tengah masyarakat, karena jika tidak ditampilkan, semakin lama akan semakin punah,” papar Ketua Umum ATL, Pudentia MPSS saat konferensi pers di Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Senin (12/6).
Kali ini, Festival Tradisi Lisan XII mengusung tema “Tradisi Lisan Melintasi Pandemi, Konflik, dan Teknologi Terbaru Pasca Pandemi dalam Merawat Alam dan Kehidupan”. Seminar internasional dalam gelaran ini akan menghadirkan para akademisi dan peneliti dari berbagai universitas dan lembaga di Indonesia serta mancanegara.
“Di sini kita berpikir bagaimana caranya agar membuat sebanyak mungkin orang bisa mengetahui tradisi-tradisi yang ada di Indonesia, salah satunya bekerjasama dengan Media Indonesia yang memiliki visi dan misi serupa yaitu ingin memperkenalkan tradisi-tradisi yang ada dari daerah-daerah di Indonesia kepada publik luas,” kata Pudentia yang asosiasinya telah diakui UNESCO.
Selain seminar, pada Selasa (13/6), akan digelar peluncuran buku berjudul “Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan” yang merupakan kolaborasi ATL dan Media Indonesia. Tulisan-tulisan pada buku tersebut telah lebih dulu diterbitkan di halaman Tradisi Lisan yang terbit pada hari Minggu pertama dan ketiga setiap bulannya, di koran Media Indonesia.
“Media Indonesia telah bekerja sama dengan Asosiasi Tradisi Lisan sejak 2020. Media Indonesia menerbitkan tulisan dari para peneliti dan pelaku tradisi yang luar biasa sekali, mereka menuliskan tentang berbagai tradisi di wilayah Indonesia. Tulisan-tulisan itu kemudian kami kurasi untuk selanjutnya diterbitkan pada sebuah buku,” jelas Iis.
Buku Nyanyian Sunyi Tradisi Lisan merupakan buku ke-2 hasil kerjasama Media Indonesia dan ATL. Untuk penerbitan tahun ini, buku terdiri dari 15 tulisan terpilih yang mampu merangkum benang merah pencarian bentuk tradisi lisan di Tanah Air yang dari hari ke hari semakin terpinggirkan.
Sementara itu, Pudentia menjelaskan alasan bahwa judul buku Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan mencerminkan cara kerja ATL memperkenalkan tradisi lisan ke masyarakat luas. “Dalam memperkenalkan tradisi lisan, kita tidak ikut huru-hara, tidak mengacu pada berapa jumlah follower yang banyak atau sedikit, karena kami paham yang mau belajar tradisi lisan mungkin hanya beberapa orang, tetapi kita selalu berupaya untuk mengajak orang lain dan juga menyadarkan orang-orang untuk cinta tradisi agar melihat ini sebagai sesuatu kekuatan untuk membangun negeri ini,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Pudentia juga mengungkapkan bahwa dalam konteks pemajuan kebudayaan, tradisi lisan tak hanya sekedar sebatas berwujud cerita rakyat, akan tetapi bisa dikembangkan lebih jauh misalnya dalam industri kreatif dan pariwisata. Dengan begitu, tradisi lisan dapat menjdi nilai tambah bagi komunitas lokal serta mensejahterakan berbagai pihak yang terlibat dalam tradisi tersebut.
“Jadi jangan kita pergi memasukkan tradisi ke UNESCO seperti mendaftarkan kebaya dan pantun tetapi ternyata para pelaku tradisi tersebut tertinggal dan jauh dari kesejahteraan. Ini yang selalu menjadi kepedulian kami,” tandasnya. (M-1)
Sejak awal berdirinya, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) selalu menjadi tempat favorit bagi para seniman di Solo Raya untuk mengekspresikan karya mereka.
Sang Kembang Bale adalah pertunjukan yang mengangkat kesenian Ronggeng Gunung dari Ciamis dan Pangandaran yang menawarkan nuansa spiritual bagi penontonnya.
Pementasan ini terinspirasi dari kesenian Ronggeng Gunung, seni klasik dari Jawa Barat.
Beberapa event yang bisa jadi pertimbangan untuk dikunjungi yakni Festival Lembah Baliem hingga Dieng Culture Festival
Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan meningkatkan nilai estetika produk, tetapi juga membantu seniman lokal untuk lebih dikenal.
Kegiatan Residensi Pemajuan Kebudayaan 2024 merupakan pengembangan dari kegiatan Belajar Bersama Maestro, yang sebelumnya hanya melibatkan pelaku budaya di bidang kesenian saja.
Ustaz Muhammad Abu Rivai juga menekankan pentingnya suami istri membiasakan untuk memperjelas kepemilikan harta di dalam keluarga.
Tema yang diambil dalam buku perdana ini adalah "Bermain dan Permainan pada Pendidikan Anak Usia Dini".
Kemendikbudristek mengalihwahanakan 100 judul buku bacaan bermutu (buku cerita bergambar) ke dalam bentuk buku Braille.
GALERIKERTAS Studiohanafi mengadakan sesi bedah buku novel berjudul Bek karya Mahfud Ikhwan.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) melalui Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) meluncurkan buku berjudul Sehari Satu Dongeng.
Buku Eat, Play, Love merupakan profil perusahaan yang dibuat dengan konsep storytelling sehingga tidak seperti umumnya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved