Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) mengingatkan kerusakan akibat pemanasan global sudah sangat parah. Penilaian IPCC yang komprehensif ini berdasarkan pada 34.000 studi yang mendokumentasikan berbagai dampak perubahan iklim pada manusia dan alam, dari gelombang panas yang semakin sering dan intens, kekeringan, kebakaran hutan, badai, serta banjir (lihat grafis). Menurut mereka, beberapa dampaknya sekarang bahkan tidak dapat diubah.
Suhu di sejumlah belahan bumi, kata IPCC, kian membunuh lebih banyak orang, sementara kekeringan membunuh lebih banyak pohon, dan pemanasan lautan merusak lebih banyak terumbu karang. “Tanpa tindakan segera, dampak yang lebih buruk bakal cepat datang dari yang diperkirakan ilmuwan.” kata laporan itu, seperti dilansir The Guardian, akhir pekan kemarin.
Laporan baru IPCC itu menganalisis dampak krisis iklim dan bagaimana umat manusia dapat beradaptasi, selain cara memangkas emisi. Kabar baiknya adalah bahwa masa depan yang layak huni tetap ada. Tetapi perlu tindakan nyata dan segera untuk mengatasi perubahan iklim. Sekjen PBB António Guterres mengatakan “Penundaan adalah kematian.”
Tetapi, menurut IPCC, mengatasi dampak iklim saja tidak akan berhasil. Menurut mereka saat ini krisis iklim tidak dapat dipisahkan dari krisis keanekaragaman hayati. Selain itu yang juga tidak kalah penting adalah mengatasi kemiskinan dan ketidaksetaraan yang dialami oleh miliaran orang.
Mengingat ruang lingkup ini, dan dengan harapan potensi masa depan yang layak huni, penilaian tersebut dapat dilihat sebagai salah satu yang paling penting dalam sejarah manusia. Rekomendasi itu melibatkan lebih dari 1.000 ilmuwan alam dan sosial dan dengan suara bulat disetujui oleh pemerintah di 195 negara.
“Saya telah melihat banyak laporan ilmiah di masa saya, tetapi tidak ada yang seperti ini,” kata Guterres. Laurence Tubiana, di Yayasan Iklim Eropa dan salah satu arsitek kesepakatan iklim Paris 2015, mengomentari hasil penelitian IPCC yang dirilis pekan lalu. “Tidak ada alasan lagi untuk tidak bertindak," katanya.
Laporan itu menyebut sekitar 3,5 miliar orang rentan terhadap dampak iklim dan setengah dari populasi dunia menderita kekurangan air yang parah di beberapa titik setiap tahun. Satu dari tiga orang terkena tekanan panas yang mematikan, dan ini diproyeksikan meningkat menjadi 50% hingga 75% pada akhir abad ini.
Setengah juta lebih banyak orang berisiko mengalami banjir serius setiap tahun, dan satu miliar orang yang tinggal di pantai akan terpapar pada 2050, kata laporan itu. Meningkatnya suhu dan curah hujan juga kian memicu penyebaran penyakit pada manusia, tanaman, ternak, dan satwa liar.
Bahkan jika suhu bumi terus memanas di bawah 1,6C pada 2100 sebanyak 8% dari lahan pertanian saat ini akan menjadi tidak cocok lagi untuk ditanami, sementara saat itu populasi global diprediksi telah mencapai di atas 9 miliar. “Stunting parah dapat mempengaruhi 1 juta anak di Afrika saja. Jika pemanasan global terus berlanjut dan jika sedikit adaptasi dilakukan, 183 juta orang lagi diproyeksikan akan kelaparan pada 2050,” kata laporan itu lagi.
Laporan itu mengatakan perlindungan sejumlah tempat dan satwa liar sangat penting untuk mengatasi krisis iklim. Apa yang dialami hewan dan tumbuhan saat ini jauh berbeda jika dibandingkan puluhan ribu tahun. Setengah dari spesies terpaksa hijrah dari habitatnya, bahkan banyak yang menghadapi kepunahan.
Kemampuan untuk menghasilkan makanan bergantung pada air, tanah, dan penyerbukan yang disediakan oleh alam yang sehat. Oleh karena perlindungan terhadap hewan dan tumbuhan sangat penting.
Perlunya konservasi
Laporan itu menyebut mempertahankan ketahanan alam pada skala global bergantung pada konservasi 30% hingga 50% daratan, air tawar, dan lautan di Bumi. Saat ini, kurang dari 15% daratan, 21% air tawar, dan 8% lautan merupakan kawasan lindung, dan beberapa wilayah, seperti Amazon, telah beralih dari yang semula tempat menyimpan karbon justru berubah menjadi memancarkannya.
Laporan IPCC juga sangat jelas bahwa beradaptasi dengan krisis iklim adalah masalah sosial yang sama pentingnya dengan masalah ilmiah. Cara terbaik untuk memberikan perlindungan yang efektif dan langgeng dari kekacauan iklim adalah melalui tindakan yang mengatasi ketidaksetaraan seperti yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, kecacatan, usia, lokasi, dan pendapatan.
“Menargetkan dunia yang tahan terhadap iklim dan berkelanjutan melibatkan perubahan mendasar pada bagaimana masyarakat berfungsi, termasuk perubahan pada nilai-nilai yang mendasarinya, pandangan dunia, ideologi, struktur sosial, sistem politik dan ekonomi, dan hubungan kekuasaan,” kata penulis laporan tersebut dalam dokumen yang menyertainya. “Ini mungkin terasa luar biasa pada awalnya, tetapi dunia terus berubah – pembangunan yang tahan terhadap iklim menawarkan kita cara untuk mendorong perubahan guna meningkatkan kesejahteraan bagi semua.”
Laporan tersebut memperingatkan bahwa kerugian dan kerusakan iklim sangat terkonsentrasi di antara populasi yang miskin.
Madeleine Diouf Sarr, ketua Negara-negara Tertinggal pada pembicaraan iklim PBB, mengatakan: “Saya membaca laporan ini dengan sangat ketakutan dan sedih, tetapi tidak terkejut. Sangat jelas bagi kami bahwa tidak ada cara lain selain membatasi laju pemanasan hingga 1,5C.” (M-4)
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Krisis iklim yang disebabkan pemanasan global telah menyebabkan panjang hari di Bumi semakin bertambah, menurut analisis terbaru.
DATA dari layanan iklim Eropa Copernicus menyebut bahwa suhu global berada dalam rekor tertinggi pada Juni selama 13 bulan berturut-turut.
Tanpa pengamatan yang tepat, informasi yang disajikan bisa menyesatkan, yang pada akhirnya berdampak pada kebijakan dan keputusan yang tidak akurat.
Menurut Prof Emil Salim, memanfaatan energi bersih berbasis sumber daya alam setempat sangat penting.
Alasan Gereja Protestan HKBP menolak terlibat berdasarkan isi Konfesi HKBP tahun 1996.
Ayep-Bobby juga keliling Kota Sukabumi di 90 titik dan berusaha menghadirkan solusi untuk berbagai masalah yang ada.
Korban TPPO paling banyak ditemukan melalui Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART), program pemagangan, dan kasus baru yang melibatkan judi online
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) rumah tangga miskin justru uang dan pendapatannya lebih banyak dibelikan rokok, daripada untuk beli lauk pauk (protein hewani).
BADAN Amil Zakat Nasional (Baznas) RI berkolaborasi dengan SMK Peternakan Lembah Hijau secara resmi meluncurkan Program Balai Ternak Kelompok Lembah Hijau Farm di Desa Tambakboyo
Berdasarkan data yang dipaparkan, hingga bulan juni total inflansi Kabupaten OKU Timur berada posisi 2,14%.
Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati menyebut pemerintah harus realistis dalam mencanangkan target Indonesia Maju 2045.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved