Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
JIKA kesal dengan penimbun masker atau mereka yang menimbun barang di saat merebaknya wabah korona, Anda bisa menyebut mereka Covidiot ! Ya, itu adalah kosa kata baru dari warganet untuk menyebut orang-orang yang berprilaku egois di saat wabah virus ini merebak.
Mereka memakai kata ini untuk menunjuk para penimbun barang yang tak punya empati. Kata ini juga bisa ditujukan untuk orang-orang tak tahu diri yang nekat bepergian, hingga mereka yang tak mau mengindahkan anjuran pemerintah untuk menjaga jarak aman kala kondisi tak menentu seperti hari ini.
Seperti dirangkum dari Globalnews.ca dan Dailymail.co.uk, Covidiots terinspirasi dari penyakit Covid-19 yang memunculkan tabiat buruk sebagian kecil orang yang panik menghadapi wabah ini.
Istilah ini bahkan telah diadaptasi oleh beberapa situs Urban Dictionary (Kamus Bahasa popular) sebagai kata popular teranyar yang sering digunakan dalam percakapan hari ini, baik langsung maupun daring.
Sejauh ini terdapat dua definisi yang paling banyak dirujuk untuk menggunakan kata ini, yaitu untuk menyebut 'seseorang yang mengabaikan peringatan tentang keselamatan publik' dan 'seseorang yang menimbun barang dan merampas hak orang lain untuk mencukupi kebutuhan hidupnya'.
Sementara bila kita merujuk pada situs Urbandictionary.com, kata tersebut populer digunakan untuk menyebut:
1. Orang yang keras kepala mengabaikan protokol menjaga jarak fisik sehingga justru menyebabkan penyebaran Covid-19 lebih masif.
2. Orang yang menimbun bahan makanan dengan tidak perlu sehingga menyebabkan kepanikan yang berlebihan terhadap Covid 19, dan merampas persediaan vital orang lain.
Istilah ini telah beberapa hari menjadi trending topic di twitter, digunakan oleh beberapa warganet untuk memperingatkan orang-orang agar tidak bersikap seperti itu.
Beberapa contoh twit yang populer menggunakan kata tersebut adalah:
"Are you seriously going to visit grandma? Dude, don’t be such a covidiot."
(Apakah Anda serius akan mengunjungi nenek? Kawan, jangan jadi covidiot)
"See that guy with the 200 toilet paper rolls? What a covidiot."
(Lihat pria dengan 200 gulungan kertas toilet? Benar-benar covidiot.)
Beberapa warganet bahkan menyarankan agar kata itu ditambahkan ke Oxford English Dictionary sebagai kata populer tahun ini. (M-4)
Stok pangan dipastikan aman sebelum, saat, dan sesudah Lebaran.
Kemendag mengimbau masyarakat untuk tenang dan tidak belanja berlebihan alias panic buying menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri 1445 Hijriah.
Peningkatan harga beras karena adanya penyesuaian harga gabah di tingkat petani.
DINAS Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPK) DKI Jakarta mencatat terjadi kelangkaan beras di beberapa minimarket atau gerai retail.
Diketahui, saat ini pembatasan pembelian beras di ritel ini dilakukan atas arahan Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Pembelian bahan kebutuhan pokok oleh masyarakat karena panik, akan menyebabkan inflasi terus naik.
Berdasarkan pedoman yang ada, covid-19 baru dianggap sebagai ancaman jika jumlah atlet yang tertular mencapai 5% dari total seluruh atlet dalam periode tujuh hari.
Sebanyak enam atlet dinyatakan positif Covid-19 dalam waktu kurang dari satu minggu penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024.
Lima dari enam atlet di Olimpiade Paris 2024 yang dinyatakan positif covid-19 merupakan atlet polo air Australia, dan satu merupakan atlet renang Inggris.
Kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian itu lantas berdampak krisis di berbagai negara.
Sejulah atlet yang berkompetisi di Olimpiade Paris 2024 terjangkit Covid-19. Terbaru, perenang Inggris Adam Peaty dinyatakan positif setelah lima atlet polo air Australia.
Menurut WHO, model kerja dari rumah dapat menciptakan kondisi berbahaya, yakni berdampak buruk bagi kesehatan karyawan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved