Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Dakwah yang Membangun Peradaban

Humaniora
18/4/2021 14:25
Dakwah yang Membangun Peradaban
Sejumlah warga belajar membaca Al Quran di Pondok Iqro, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Minggu (18/4/2021).(ANTARA/Fakhri Hermansyah)

Hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Kota Yastrib yang kemudian diubah namanya menjadi Madinah menjadi simbol dan tonggak dimulainya peradaban. Demikian disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Yasin Thohari dalam Pengajian Ramadan 1442 H yang diadakan Majelis Dikdasmen GKB, Gresik pada Sabtu (24/4).

"Visi Rasulullah mengubah Yastrib menjadi Madinah memiliki makna simbolik bagi pembangunan peradaban. Maka, jika ditarik kesimpulan dari makna simbolik pada konteks itu, harusnya masyarakat kota lebih beradab dari masyarakat kampung atau desa, termasuk pedalaman," kata Hajrianto seperti dilansir dari laman Muhammadiyah.

Baca juga: Tanggapi Toa Masjid, LTM PBNU: Kuncinya Komunikasi dan Kesepakatan

Perubahan peradaban maju di Madinah oleh Rasulullah tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses bertahap di bawah payung Islam. Predikat sebagai ‘Madinah’ tersebut melekat sampai sekarang, bahkan saat ini predikat tersebut dilengkapi dengan al Munawarah yang artinya menyinari.

Hadjriyanto melanjutkan, masyarakat kota tersebut teradabkan dan mengalami pembudayaan. Menurutnya, konsep madani ini melahirkan turunan yang disebut sebagai masyarakat sipil. Di sisi lain ada juga yang menyebut atau mengolongkan masyarakat sipil itu sebagai bagian terpisah dari masyarakat militer.

“Peradaban adalah suatu kompleks atau kumpulan dari seluruh budi daya manusia yang mencakup kepada seluruh aspek kehidupan manusia, baik aspek fisik dan non fisik,” imbuhnya.

Melihat Indonesia pada peta peringkat peradaban dunia, Hadjri merujuk pada worldpopulationreview.com, Indonesia berada pada peringkat 67 dunia di antara negara-negara yang melek literasi. Melek literai ini salah satu barometer kemajuan peradaban suatu negara, peradaban negara juga bisa dilihat dari angka penerbitan bukunya.

Standar lain yang bisa digunakan untuk melihat kemajuan peradaban sebuah negara adalah dilihat dari rangking lembaga pendidikannya. Meski dalam pemeringkatan universitas Islam se-dunia yang dilakukan oleh Unirank, Universitas Muhammadiyah Malang berada di posisi puncak, namun rangking universitas di Indonesia di berbagai versi belum tinggi.

Terkait dengan usaha mengejar ketertingalan dari negara-negara lain, negara Islam termasuk Indonesia harus lebih kuat dalam menjalankan dakwah. Akan tetapi apakah pemahaman dakwah yang sempit sebagaimana umum dipahami oleh kebanyakan muslim mampu mengejar ketertingalan tersebut.

“Jika apa yang disebut dengan dakwah adalah hanya dalam pengertian sempit, yaitu doa dan khutbah-khutbah saja ya tidak bisa mengejar ketertingalan,” tegasnya

Menurutnya, berkaca dari ketertinggalan itu, dakwah harus diluaskan pengertiannya, supaya peradaban Islam mampu mengejar ketertinggalan. Dalam pandangan Muhammadiyah, dakwah yang membangun peradaban merupakan dakwah yang dipahami sebagai gerakan liberasi (membebaskan), emansipasi, dan transendensi. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : HUMANIORA
Berita Lainnya
Renungan Ramadan
Cahaya Hati
Tafsir Al-Misbah