Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEBERHASILAN Indonesia dalam upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) dari deforestasi dan degradasi hutan diakui dunia internasional. Kesuksesan itu bahkan sudah mendapatkan verifikasi Sekretariat UNFCCC sebesar 577 juta ton.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya. Ia menegaskan bahwa Indonesia terus menunjukkan kinerja aksi iklimnya kepada dunia internasional. Upaya pengurangan emisi Indonesia pun, kata dia, dilakukan secara sistematis dalam koridor tata kelola karbon.
"Kita penting menunjukkan kepada internasional bahwa kita itu kerjanya berbobot, tidak hanya main-main. Bagaimana cara mengambil keputusan, mengurai masalah, dan memformulasikannya menjadi aksi,” kata Menteri Siti seusai membuka workshop Pelaksanaan Result Based Contribution (RBC) Tahap 1 Norwegia di Jakarta, Kamis (22/2) lalu.
Baca juga : Berkat Kinerja Aksi Iklim Sistematis, Indonesia Raih Pengakuan Internasional
Menteri Siti menyampaikan workshop ini juga sangat penting sebagai wujud kongkret berupa kerja nyata dan sikap saling menghormati dalam kerjasama antarlembaga yang sebagaimana tercantum dan MoU Kerjasama RI-Norwegia. Bagi Indonesia, rangkaian kerjasama pemerintah Norwegia melalui RBC itu merupakan pengakuan sejalan dengan prestasi Indonesia dalam penurunan emisi gas rumah kaca dari REDD+ dalam framework FoLU Netsink 2030.
Melalui Indonesia-Norwegia Partnership, Indonesia sudah menerima Result Base Contribution (RBC) identik dengan RBP, sebesar US$56 juta untuk pengurangan emisi pada 2016/2017 sebesar 11,2 juta ton. Selanjutnya, RBC US$100 juta untuk pengurangan emisi sebesar 20 juta ton CO2e dari emisi 2017/2018 dan 2018/2019.
“Saat ini, sedang mulai diproses untuk RBC IV untuk emisi dari 2019/2020, kita harapkan dengan prosedur yang ada secara internasional, sudah bisa diselesaikan dan didapat hasilnya pada akhir 2024,” katanya. Dari sisi jumlah ton CO2e yang telah diberikan penghargaannya untuk saat ini masih tidak lebih dari 100 juta ton CO2e. Angka ini masih jauh dibawah prestasi Indonesia yang telah menurunkan emisi GRK yang sudah mendapatkan verifikasi Sekretariat UNFCCC sekitar 577 juta ton.
Baca juga : Raih PROPER 2023, Chandra Asri Tetap Fokus Energi, Lingkungan, dan ESG
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Rut Kruger Giverin mengakui upaya Indonesia yang sangat mengesankan dalam upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Pihaknya memiliki mekanisme di mana Norwegia memberikan kontribusi kepada Indonesia atas hasil pengurangan emisi GRK yang diverifikasi oleh pihak ketiga yaitu konsultan internasional yang independen.
Dana tersebut dikelola melalui Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) dan disalurkan untuk mendukung rencana implementasi Folu Net Sink 2030. “Jadi ada transparansi dalam penggunaan dana, ada prosedur tata kelola yang baik. Sejauh ini kami sangat terkesan dengan upaya pengelolaan dana lingkungan hidup dan komitmen Ibu Menteri Nurbaya serta KLHK untuk memastikan bahwa dana tersebut dikelola dengan sangat baik,” ungkapnya.
Sebelumnya, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Dr Hanif Faisol Nurofiq di Banjarmasin, Kalimantan Selatan mengatakan bahwa perjanjian kontribusi antara BPDLH dan Dubes Norwegia untuk Indonesia yang dilanjutkan dengan kontribusi sebesar US$56 juta dari Pemerintah Kerajaan Norwegia, merupakan kontribusi berbasis hasil pertama untuk pengurangan emisi yang terverifikasi dari deforestasi dan degradasi hutan sebesar 11,2 juta ton CO2e untuk 2016/2017.
Untuk periode 2017/2018, 2018/2019, 2019/2020, UNFCCC telah memverifikasi dan mengakui bahwa Indonesia mengalami surplus pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan sebesar 577 juta ton CO2. Pelaksanaan RBC tahap 1 digunakan untuk mendukung kegiatan 5 bidang utama FOLU yaitu pengelolaan hutan lestari, peningkatan cadangan karbon, konservasi, pengelolaan gambut dan mangrove dan insutrumen dan informasi.
Workshop RBC tahap 1 ini dihadiri Dirut BPDLH, Penasehat Senior Menteri LHK, Pejabat Tinggi Madya dan Pratama lingkup KLHK, Kemenkeu dan BRGM, Tim Indonesia's FOLU Net Sink 2030, Dewan Pengawas BPDLH, Peneliti dan Pemerhati Perubahan Iklim, Pemerintah Daerah dan mitra. (DY/N-1)
AO menyebut ada tren penurunan deforestasi dunia. Laju kehilangan hutan bakau global bruto menurun sebesar 23% antara tahun 2000-2010 dan 2010-2020.
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membeberkan keberhasilan pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi karbon dan deforestasi.
PTPN melakukan pengiriman perdana karet alam berkelanjutan yang telah melalui proses due diligence sesuai aturan bebas deforestasi Uni Eropa.
Semakin pentingnya kemajuan dan penggunaan teknologi geospasial dalam upaya menjaga lingkungan jadi perhatian dalam Oslo Tropical Forest Forum (OTFF) 2024.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, menyepakati penguatan kerja sama pengelolaan hutan.
Upaya pemerintah Indonesia dalam pemanfaatan teknologi untuk penegakan hukum terhadap pelaku deforestasi diapresiasi dunia internasional.
PT Pupuk Indonesia menandatangani Joint Development Study Agreement (JDSA) atau perjanjian studi pengembangan bersama dengan Chevron New Energies International.
Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi cadangan penyimpanan karbon hingga 630 giga ton.
Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon, melalui beragam cara. Salah satu opsi yang diyakini paling berpengaruh, yakni memperkuat ekosistem kendaraan listrik.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
PT Cemindo Gemilang, produsen Semen Merah Putih, untuk kedua kali meraih penghargaan kategori Continuing Progress in Climate Actions dari World Cement Association (WCA).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved