Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Dana Desa Sukses Berdayakan dan Tumbuhkan Desa Wisata di Jateng

Akhmad Safuan
12/8/2019 10:01
Dana Desa Sukses Berdayakan dan Tumbuhkan Desa Wisata di Jateng
Air terjun Montel di gunung Muria sebagai salah satu keindahan yang dapat dinikmati wisatawan.(MI/Akhmad Safuan)

DANA desa yang dikucurkan setiap tahun telah membuat desa-desa menggeliat dengan ditunjukkan dengan perbaikan dan pembenahan infastruktur di desa secara bertahap dan bergerak maju. Dana desa juga tekah terbukti menjadi penggerak perekonomian dengan membangun Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

Perangkat dan warga desa memanfaatkan dana sebesar Rp1 miliar per desa untuk dengan menggali potensi yang ada di desa masing-masing. Dengan memanfaatkan dana desa tersebut, perekonomian bergerak dan kesejahteran masyarakat desanya juga turut meningkat. .

Di Provinsi Jawa Tengah (Jateng), dana desa telah memacu pertumbuhan desa wisata. Dari 35 kabupaten dan kota di wilayah Jateng, tercatat 229 desa yang telah menjadi desa wisata. Berharap dana desa akan terus meningkatkan jumlah desa wisata dan ditargetkan 500 desa wisata di wilayah provinsi yang kini memiliki populasi 34.257.865 jiwa.

Potensi desa wisata masih cukup besar di Jateng. Bahkan, Jateng dengan  memiliki 750 kelurahan dan 7.809 desa yang tersevar di 547 kecamatan memiliki pengembangan desa witasa yang bisa menjadi destinasi para wisatawan lokal, nasional, dan mancanegara,

Potensi alam yang menjadi kekuatan menjadi desa wisata dengan mengandalkan keindahan daerah pegununga, lembah, pantai, hutan, serta keanekaragaman flora dan fauna. Tak hanya itu, sejumlah desa memiliki potensi lain seperti kerajinan, kuliner, dan jasa yang bisa menjadi aset yang ditawarkan kepada para wisatawan. .

Warga Dusun Gertas, Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, dengan potensi alam di daerah pegunungan, warga menanfaatkan potensi alam pemandangan dengan udara dingin di puncak lereng Gunung Kelir di desa tersebut untuk menarik wisatawan.

"Tiga tahun lalu, di sini hanya ada petani menggarap perkebunan kopi, sayuran dan buah durian yang hasil panennya dijual keluar ke desa lain," kata
Sukarmin, warga Desa Brongkol, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Untuk menjadi desa wisata yang unggul, Sukarmin mengatakan warga Desa Brongkol mulai merintis membuat pendopo, pos istirahat, lokasi kemping dan gardu pandang di puncak. Jalan setapak dengan luas 50 cm telah dilebarkan menjadi 3 meter sehingga kendaraan roda dua bisa ke pos 5 tak jauh dari lokasi utama wisata. 

Dari setiap wisata, pengelola desa wisata mengenakan tarif retribusi  Rp5.000-7.000 per orang. Untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan yang datang, warga setempat membangun warung, kedai, dan menjajakan kopi produk lokal dengan merek 'Kopi Bubuk Kelir'.

"Dulu warga jual hasil panen kopi begitu saja, tapi sekarang jual setelah diolah jadi bubuk harganya jadi lebih tinggi dan memberikan keuntungan
lebih besar," tambah Sukarmin.

Dalam pengembangan desa wisata di Desa Bicak, Kecamatan Todanan, Blora, para pemuda setempat dilibatkan. Mereka diberdayakan dengan mengubah Bukit Cengklik yang sebelumnya tandus menjadi tempat wisata yang menarik dan hijau.

Di atas Bukit Cengklik dibangun sejumlah fasilitas pendukung. Para pemuda desa setempat diberi pekerjaan membangun jalan menuju ke puncak para pengunjung lebih mudah mendaki. Para pemuda juga dididik membuat suvenir dan menampilkan seni tradisional untuk menghibur para wisatawan.

"Para pemuda di sini sebelumnya banyak menganggur atau bekerja kasar di luar, tapi sekarang di desa sendiri mereka bisa bekerja baik berjualan
makanan, sovenir atau berkesenian, dari parkir saja setiap hari rata-rata menghasilkan Rp1 juta-Rp1,4 juta per hari yang dikelola untuk desa dan  para
pemuda yang bekerja di sini," ujar Wahyono,24, seorang pemuda setempat.

Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah Sinoeng Nugroho Rachmadi tumbuh kembangnya desa wisata yang ditargetkan capai 500 desa itu selain akan merubah prilaku warga juga akan menumbuhkan perekonomian serta menciprakan lapangan kerja.

"Saat ini di Jawa Tengah terdapat 229 desa wisata, tapi lima tahun lagi ditargetksn akan meningkat jadi 500 desa wisata," ujar Sinoeng.

Desa wisata yang tumbuh, demikian Sinoeng, mampu memperdayakan warga di desa, katena selain meningkatkan perekonomian desa juga dapat menjadi lapangan kerja hingga pada dampaknya mampu mengurangi angka pengangguran di desa-desa

Upaya mendorong tumbuhnya desa wisata, lanjut Sinoengi, saat ini sedang disusun peraturan gubernur (Pergub) tentang desa wisata, sehingga ke depan desa-desa wisata tersebut akan disiapkan sejumlah program. Ke depan, tidak hanya pengembangan potensi desa wisata juga akan melibatkan kalangan akademisi.

Di sisi lain juga, demikian Sinoeng, juga menyangkut penganggaran dari provinsi untuk sebagai dana stimukasi yang akan meningkat setiap tahun
sesuai kondisi keuangan Provinsi Jateng.

"Tapi sebelumnta juga telah disiapkan untuk workshop dan pembinaan Rp500 juta serta sosialisasi program Sapta Pesona Rp1 miliar," imbuh Sinoeng. (OL-09)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya