Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
HANYA ada satu orang Iran yang dikenal di Gaza, Palestina. Ialah mantan pengawal pemimpin lama Palestina Yasser Arafat yang kini hanya bisa bermimpi untuk kembali ke kampung halaman.
"Saya hanya ingin keluar dari sini dan mati di Iran," kata Qassem Sheyasi yang dikenal dengan nama panggilan Arabnya, Abu Hashem, kepada AFP. Keterangannya mempertegas bahwa dia tidak ingin lagi berada di Jalur Gaza.
Lemah, miskin, dan duduk di kasur yang diletakkan di lantai, Abu Hashem menjentikkan abu dari rokoknya ke dalam kaleng dengan ketukan lembut di jari telunjuknya saat dia menceritakan awal mula dia bisa terperangkap.
Jauh sebelum dia mendapati dirinya terpaksa mengemis di luar masjid Gaza pada Jumat, Abu Hashem ialah seorang penduduk muda Teheran yang tertarik pada perjuangan Palestina.
Dia meninggalkan ibu kota Iran itu sejak 40 tahun lalu untuk bergabung dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Arafat. Saat itu basis PLO di Beirut. Ia pun menjadi salah satu dari beberapa kelompok bersenjata dalam perang saudara di Libanon.
"Di Beirut, saya bertemu Abu Ammar (Arafat). Ia meminta saya untuk tinggal bersamanya," kata Abu Hashem, yang kadang-kadang mencampurkan bahasa Arab dengan bahasa Persia.
"Saya menjadi pengawal untuk (Arafat) dan Abu Jihad," kenangnya. Abu Jihad mengacu pada Khalil al-Wazir, mantan kepala sayap militer PLO yang dibunuh oleh pasukan komando Israel di Tunisia pada 1988.
Sumber keamanan Hamas, gerakan Islam yang menguasai Gaza sejak 2007, mengatakan Abu Hashem merupakan satu-satunya orang Iran yang diketahui saat ini berada di wilayah itu.
Umurnya tidak dapat dipastikan. Koran-koran Palestina menyebutkan dia berusia 70 dan dokumen Iran di 78. Tapi, sejauh yang dia ketahui, usianya hampir 100 tahun.
Kotak foto-fotonya yang menguning menceritakan kisah yang lebih jelas. Dalam beberapa foto, dia mengenakan seragam militer dengan punggung tegak dan tampak bugar. Ada pula Arafat memegang erat bahunya dengan kedua tangan. Tapi, Abu Hashem, seorang ahli bahan peledak, mengelak ketika ditanya rincian tentang sifat pekerjaannya untuk Arafat di Beirut.
Ketika Arafat memindahkan PLO dari Beirut ke Tunis pada 1982, Abu Hashem menuju Yaman Utara tempat dia melatih para pejuang Palestina.
Di antara dokumen-dokumennya yaitu paspor Iran yang sudah kedaluwarsa dikeluarkan di Yaman. Ada pula dokumen palsu yang mengidentifikasi dia sebagai pengungsi Palestina.
Setelah Israel dan Palestina menandatangani Perjanjian Oslo yang bersejarah, Arafat mendirikan pangkalan baru di Gaza. Di sini dia membentuk pemerintahan Palestina yang dimulai dengan kontrol atas wilayah dan kota Jericho di Tepi Barat.
Abu Hashem bergabung dengan Arafat di Gaza dan dipromosikan dalam pasukan keamanan Palestina yang masih muda. Dia menikahi tiga wanita dan menjadi ayah dari enam anak.
Putri sulungnya Mona Sheyasi mengatakan dia ingat melihat ayahnya bersama Arafat yang meninggal pada 2004. "Setelah Gaza, dia tidak pernah bepergian lagi," kata anaknya yang berusia 24 tahun itu. Mereka tinggal di rumah yang terbuat dari beton dan timah di samping tempat pembuangan sampah.
Pergerakan ekonomi terbatas di Gaza setelah diblokade Israel sejak 2007. Sebelum pandemi, tingkat kemiskinan di atas 50 persen dan diyakini secara luas telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir.
Abu Hashem mengatakan dia masih menerima pensiun dari Palestina sebesar US$460 per bulan. Angka ini hampir tidak cukup untuk menghidupi istri, anak-anak, dan cucu-cucunya.
"Ini memalukan. Saya kehilangan segalanya. Keluarga saya menderita karena kemiskinan," katanya.
Yang memperburuk keadaan Abu Hashem yaitu hubungannya dengan Arafat. Ini karena Hamas merupakan saingan lama dari gerakan Fatah, Arafat, sehingga hampir tidak mungkin bagi Abu Hashem untuk membuat koneksi dengan penguasa Gaza saat ini, meskipun gerakan Islam itu dekat dengan Iran.
Kekurangan uang atau kontak yang kuat, Abu Hashem secara efektif sejatinya seorang tahanan di Gaza. Daerah itu terjepit di antara Israel, Mesir, dan Laut Mediterania.
Keluar melalui Israel, yang menganggap Iran sebagai musuh nomor satu, bukanlah solusi. Perjalanan melalui Mesir akan membutuhkan paspor yang valid dan tidak lagi dimiliki oleh Abu Hashem.
"Bahkan saluran pembuangan Iran lebih baik dari Gaza," katanya. "Bodoh sekali aku tinggal di sini." (OL-14)
PEMIMPIN kelompok Houthi Yaman, Sayyed Abdul Malik al-Houthi, mengatakan pembunuhan Kepala Politik Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel telah meningkatkan pertempuran ke lingkup lebih luas.
WAKIL Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK), bertolak ke Doha, Qatar, pada Kamis (1/8) untuk menghadiri pemakaman tokoh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
UPACARA pemakaman Ismail Haniyeh, pemimpin biro politik kelompok perlawanan Hamas, dimulai pada Kamis (1/8) di ibu kota Iran, Teheran, yang dihadiri sejumlah besar warga dan pejabat.
PEMIMPIN Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji akan memberikan hukuman berat dan membalas dendam terhadap Israel akibat pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
Indonesia mengecam dibunuhnya pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, dengan serangan rudal yang ditembakkan drone di kediamannya di Teheran, Iran.
PEMBUNUHAN terhadap Kepala Biro olitik kelompok perjuangan Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, dapat mengakibatkan perang masif di Timur Tengah.
Tindakan Israel selama ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip yang diuraikan dalam Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM).
Pasukan pendudukan Israel menargetkan Sekolah Dalal al-Maghribi di Gaza.
Selain 16.314 anak, 10.980 wanita, 885 petugas medis, 165 jurnalis, dan 79 personel pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel.
KETUA Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menyampaikan berbelasungkawa atas kematian petinggi Gerakan perlawanan Palestina Hamas, Ismail Haniyeh.
Serangan yang menewaskan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh akan berdampak pada upaya gencatan senjata dan meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved