Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
INDONESIA saat ini tengah menghadapi perubahan cuaca ekstrem yang telah mempengaruhi siklus bencana alam di dalam negeri. Untuk itu, seluruh pihak tentu harus bersiaga dan melakukan mitigasi risiko terhadap potensi bencana yang akan terjadi.
Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI, Arimbi Heroepoetri mengatakan bahwa beberapa kejadian bencana yang terjadi akhir-akhir ini adalah air laut yang semakin lama semakin menghangat, berbagai macam badai terjadi dan lain sebagainya.
“Lalu walaupun kita punya berbagai macam lembaga yang harus siaga terkait bencana, hal yang perlu diantisipasi adalah pemerintah daerah harus juga bisa antisipasi. Maka dari itu, seluruh pihak juga harus siap dalam rangka mitigasi bencana,” ungkapnya dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Cuaca Ekstrem dan Ancamannya Bagi Indonesia, Rabu, (20/3).
Baca juga : Segera Antisipasi Dampak Perubahan Iklim Cegah Bencana Alam Meluas
Lebih lanjut, Deputi Bidang Sistem dan Strategi, BNPB, Raditya Jati menjelaskan bahwa Indonesia memang berada di kawasan yang memiliki risiko tinggi terhadap ancaman iklim, di mana kejadian bencana di Indonesia mayoritas disebabkan oleh bencana hidrometeorologi atau mencapai 98%.
“Dari data BNPB bencana Indonesia pada 2023 mencapai 3.372 kejadian dan frekuensi mayoritas bencananya terkait dengan hidrometeorologi di antaranya cuaca ekstrim, banjir, karhutla, tanah longsor, kekeringan, gelombang pasang dan seterusnya,” kata Raditya.
Untuk itu, menurutnya sistem informasi menjadi hal yang sangat penting untuk dipahami. Pasalnya untuk memahami risiko bencana harus berdasarkan pada data dan informasi yang akhirnya dapat dianalisis.
Baca juga : Indonesia Perlu Bentuk Komite Cuaca Ekstrem
“Jadi terkait dengan perubahan iklim ini kita semua harus memikirkan bagaimana untuk memitigasikannya. Harus dipikirkan pencegahannya maupun mitigasinya untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim itu sendiri. Itu harusnya berkelanjutan artinya di situ masalah perubahan iklim dan bencana menjadi satu kesatuan yang memang harus kita antisipasi,” tuturnya.
Maka dari itu, Raditya menekankan perlu ada upaya melakukan perencanaan secara nasional dan daerah terkait upaya mengurangi risiko perubahan iklim dan bencana.
“Jadi harus ada upaya untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim termasuk penguatan kapasitas daerah. Sosialisasi kepada masyarakat, edukasi dan literasi menjadi penting bagaimana masyarakat menyikapi terhadap perubahan iklim dan apa yang dapat dilakukan. Jadi perlu kolaborasi dari semua pihak untuk menanganinya,” tegas Raditya.
Baca juga : 3.028 Bencana Melanda Indonesia Sepanjang 2023
Di tempat yang sama, Kepala Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta, BMKG, Agie Wandala Putra menambahkan bahwa beberapa hari terakhir ini memang kondisi cuaca sudah mulai membaik, di mana pada pekan lalu curah hujan tinggi bahkan ekstrim hampir merata baik itu di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan beberapa wilayah Indonesia lainnya mulai membaik.
“Ini menunjukkan bahwa dinamika kondisi tropis di tanah air menjadi sesuatu hal yang sangat perlu kita perhatikan,” kata Agie.
Menurutnya saat ini prakiraan cuaca juga sudah berbeda dengan dahulu kala, saat musim penghujan diawali dengan bulan yang memiliki akhiran kata ber. Kondisi saat ini justru terjadi sebaliknya.
Baca juga : 3.092 Bencana Melanda Indonesia Sepanjang 2021
“Secara sederhana bisa kita klasifikasikan pada Desember-Februari itu kita menghadapi ancaman yang tidak jauh dari kejadian hujan lebat. Ini diduplikasi karakteristiknya dengan proses peralihan pada Maret-Mei dan September-November. Namun di sisi lain juga kita perlu perhatikan kita mengalami ancaman bencana hidrometeorologi kering yang muncul di periode Juni-Agustus,” ujarnya.
Agie mengatakan perlu dipahami bahwa tidak semua daerah memiliki karakteristik yang sama. Maka dari itu, sangat penting bagi pemerintah daerah dan masyarakat di setiap wilayah memahami bagaimana karakteristik kondisi cuaca di wilayahnya masing-masing.
“Satu hal yang perlu kita jaga bersama adalah bagaimana karakteristik kondisi lingkungan kita. Kita dapat pastikan kondisi sungai atau gorong-gorong masih terhambat dan sebagainya. Kita juga harus mengetahui bagaimana menyelamatkan diri ketika terjadi bencana dan berdampak ke masyarakat. Juga harus selalu menjaga kondisi dan persiapan tubuh kita karena kondisi cuaca juga berdampak pada aspek kesehatan. Terakhir, selalu memantau informasi resmi BMKG sehingga dapat mengetahui perkembangan cuaca,” pungkas Agie. (Des/Z-7)
BADAN Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta sejumlah wilayah untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Juli, Agustus, hingga September 2024 mendatang.
BNPB meminta pemerintah daerah dan masyarakat mengantisipasi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah pegunungan dan tempat pemrosesan akhir (TPA).
Guna mengantisipasi dampak puncak musim kemarau, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan berbagai langkah pencegahan kekeringan dan karhutla di Jawa Tengah.
Kali Kobe yang berada di Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara meluap. Fenomena itu memicu banjir di Desa Lilief Waibulan, pada Minggu (21/7).
Bencana tanah longsor melanda Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Rabu (17/7). Tujuh orang meninggal dunia akibat peristiwa nahas tersebut.
BNPB mengungkapkan bahwa bencana paling mematikan tahun ini ialah tanah longsor. Hal itu terlihat dari jumlah korban meninggal dunia yang ditimbulkan
Banjir yang melanda Provinsi Nangarhar, Kunar, Badakhshan dan Panjshir di Afghanistan menyebabkan 40 orang meninggal dunia.
BPJN sangat merespon bencana alam yang melanda sejumlah daerah di Maluku, terutama di beberapa wilayah seperti di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) dan Seram Bagian Timur (SBT).
Cuaca ekstrem potensial terjadi karena dipicu beberapa faktor. Di antaranya adalah aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) di wilayah Indonesia.
CUACA buruk seperti angin kencang dan gelombang tinggi masih melanda di kawasan perairan laut Selat Malaka, Provinsi Aceh.
Hujan lebat disertai angin kencang dan kilatan petir berpotensi terjadi di kawasan pegunungan bagian tengah di enam daerah di Jawa Tengah.
Sekitar 83% jemaah haji yang meninggal selama musim haji 2024 adalah tidak resmi atau yang menggunakan visa nonhaji.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved