Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEPALA Departemen Ilmu Ekonomi FEB Universitas Indonesia (UI) Vid Adrison menjelaskan dari hasil beberapa studi, diketahui 7 dari 10 siswa yang merokok membeli rokok eceran.
Hal itu ia ungkapkan berdasarkan riset dari University of Illinois Chicago (UIC) dan CISDI berjudul 'Dampak Harga Rokok terhadap Kemungkinan Berhenti Merokok di Kalangan Perokok Dewasa di Indonesia'. Kemudian riset kedua berjudul 'Hubungan Pembelian Rokok Eceran dengan Frekuensi, Intensitas dan Inisiasi Merokok di Kalangan Remaja: Sebuah Studi Metode Campuran di Indonesia'.
"Riset ini menemukan adanya hubungan kuat antara pembelian rokok eceran dengan ketergantungan nikotin pada remaja. Pemikiran bahwa membeli rokok ketengan lebih baik karena membuat konsumsi rokok lebih sedikit adalah keliru," kata Adrison dalam keterangannya, Sabtu (23/12).
Baca juga: Rokok Batangan Jadi Pemicu Kenaikan Prevalensi Perokok Remaja
Remaja yang sedang berada pada tahap eksperimen dengan membeli rokok eceran, berpotensi akan melanjutkan pengalaman merokoknya menuju konsumsi rutin.
"Akibatnya, remaja tersebut akan mengalami kecanduan nikotin dari rokok. Mencoba rokok batangan merupakan pintu masuk menuju ketergantungan nikotin," ujar dia.
Baca juga: Karena Rokok, Orang Indonesia Kena Kanker Paru 10 Tahun Lebih Dulu
Senior Research Officer CISDI Gea Melinda mendapati bahwa pada dasarnya para siswa sadar adanya efek ketergantungan rokok dan juga mengalami kesulitan untuk berhenti merokok.
"Remaja merasa rokok ketengan itu lebih murah, bisa dikonsumsi sesuai kebutuhan, dan mudah didapatkan dibandingkan rokok bungkusan," ujarnya.
Ia menjelaskan jika dalam satu minggu remaja sekolah rata-rata mengeluarkan Rp30 ribu hingga Rp200 ribu untuk membeli rokok ketengan. Jumlah ini setara dengan separuh dari pengeluaran per kapita mingguan penduduk Indonesia.
(Z-9)
Untuk mengontrol konsumsi rokok pada remaja, cukai rokok menjadi salah satu upaya yang paling signifikan.
Masalah kesehatan mental kini sudah mendunia. Diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya.
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Kerangka kerja IMOT, yang dikembangkan pada 1994 oleh Pusat Rehabilitasi Euromed Polandia, telah menunjukkan keampuhan yang luar biasa dalam berbagai bentuk terapi fisik dan okupasi.
Meskipun orangtua mungkin merasa telah memberikan dukungan yang memadai, sering kali terdapat kesenjangan antara persepsi mereka dan kenyataan yang dirasakan oleh anak-anak mereka.
Polisi membubarkan tawuran remaja di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (16/7). Tujuh remaja diamankan berikut dengan barang bukti seperti molotov, senjata tajam dan lain-lain.
Data Outlook Perokok Pelajar Indonesia pada 2023, sebanyak 47,06% anak membeli rokok secara eceran dengan tempat membeli rokok terbanyak di kios.
Selain deteksi dini untuk screening kanker paru, yang perlu diperhatikan pemerintah adalah regulasi terkait pembelian rokok oleh remaja maupun anak sekolah.
Fokus kebijakan sebaiknya diletakkan pada pengurangan akses kaum muda ke produk tembakau melalui penegakan hukum.
Terobosan tersebut bisa dari keharusan menunjukkan KTP atau peredaran rokok dibatasi seperti halnya penjualan minuman beralkohol.
Di Indonesia dari keempat rekomendasi WHO tersebut masih belum optimal adalah pelarangan iklan dan sponsor rokok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved