Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PSIKOLOG Endang Retno Wardhani dari Asosiasi Psikologi Positif Indonesia menjelaskan dampak yang timbul dari penggunaan media sosial pada anak dan remaja.
Endang Retno Wardhani atau biasa disapa Dhani mengatakan ada dampak positif dan negatif dari penggunaan media sosial. Pada anak-anak, seiring bertambahnya usia dan tumbuh kembangnya, mereka juga mengalami perkembangan pada pemikiran kognitifnya.
"Pada usia dini, tentu hal-hal yang bisa dipahami adalah hal yang sifatnya konkret, mudah, praktis, dan belum terlalu kompleks," kata Dhani.
Baca juga: Kemenkominfo Tanamkan Etika Dunia Digital untuk Siswa di Bogor
Anak-anak cenderung mengikuti perilaku orang terdekatnya, termasuk orangtua, dalam melakukan suatu hal.
Dalam bermedia sosial, sebagian besar orang dewasa akan melakukan aktivitas tersebut kapan pun dan di mana pun. Tidak jarang, anak-anak dapat mengakses konten dunia maya dengan mudah karena proses peniruan yang dilakukan oleh orangtua atau orang dewasa kepada mereka.
Jika dilakukan dengan pendampingan orang dewasa, anak-anak akan lebih mudah mendapatkan informasi positif dari penggunaan media sosial. Contohnya, film atau animasi yang banyak ditemukan di media sosial dapat memberikan nilai positif pada anak karena muatan cerita di dalamnya.
Baca juga: Viral di Medsos, Begini Kronologi Isu Penelantaran Jemaah Haji
Sebaliknya, jika akses media sosial tidak digunakan sebagaimana mestinya, informasi negatif di dalamnya justru akan membuat perilaku anak menjadi tidak benar.
Misalnya, meniru adegan atau hal berbahaya dari konten media sosial yang mereka temukan. Anak-anak cenderung belum dapat mencerna apa yang benar dan salah dari konten media sosial.
Meskipun kebanyakan media sosial diperuntukkan bagi anak berusia 13 tahun ke atas, tidak sedikit anak-anak di bawah usia tersebut sudah memiliki media sosial sendiri atau mengakses konten dari media sosial orangtua mereka.
Oleh sebab itu, pendampingan orang dewasa terhadap anak menjadi penting agar informasi di media sosial tersebut dapat tersaring dengan baik.
Dhani mengatakan anak akan tumbuh sesuai dengan apa yang mereka alami dalam kesehariannya. Kebiasaan yang sudah dibangun sejak kecil cenderung terus dilakukan hingga mereka dewasa.
Jika sedari kecil anak tidak dibatasi dalam suatu hal, dalam hal ini menggunakan media sosial, mereka akan terbiasa dengan pola tidak terbatas tersebut. Orangtua pun harus bisa menyesuaikan waktu Time on screen atau ketika anak harus menggunakan gawainya tersebut.
Dhani pun menyarankan agar orangtua membuat jadwal khusus bagi anak untuk mengetahui di waktu apa saja mereka bisa mengakses media sosial di gawainya. Orangtua dapat membuat jadwal harian secara kreatif, baik dengan gambar maupun lainnya agar anak lebih mudah mencerna aturan jadwal tersebut.
"Buat pembatasan, contohnya pada anak usia dini menggunakan gambar handphone diletakkan pada waktu kapan. Misalnya, sore hari," kata Dhani.
Untuk anak usia sekolah, selain dari jadwal harian tersebut, orangtua juga dapat berdialog langsung dengan anak mengenai waktu mengakses media sosial mereka. Dengan begitu, anak akan lebih mengerti dan diharapkan dapat mematuhi jadwal tersebut dengan baik.
Jangan lupa untuk mendampingi dan mengawasi anak ketika mereka mengakses media sosial agar mereka tidak mengakses konten negatif.
Mengenai usia ideal anak mengakses media sosial, hal ini kembali pada konten yang sesuai dengan usia tumbuh kembang mereka. Semakin besar usia anak, semakin besar pemahaman anak dalam perkembangan kognitif mereka.
Oleh karena itu, pemahaman anak terhadap suatu konten menjadi salah satu tolok ukur apakah mereka sudah dapat mengaksesnya atau belum.
Orangtua dapat melakukan pengaturan privasi agar anak terhindar dari konten bermuatan negatif.
Saat ini, media sosial juga sering dimanfaatkan dalam dunia pendidikan untuk membantu proses pembelajaran anak-anak dan remaja. Dhani pun berpesan, selain orangtua mendampingi anak-anak dan remaja dalam mengakses media sosial, guru dan tenaga pendidik juga memiliki andil di dalamnya.
Guru dapat menyosialisasikan bagaimana cara bijak bermedia sosial, contohnya memberi tahu hal yang boleh dan tidak boleh diakses dari media sosial.
Guru pun dapat membuat tugas pada murid yang berkaitan dengan media sosial agar mereka dapat belajar langsung di ruang medsos.
"Mereka (anak-anak dan remaja) diharapkan belajar untuk memilih, mana yang dibutuhkan dan mana yang tidak dibutuhkan," pungkas Dhani. (Ant/Z-1)
Untuk mengontrol konsumsi rokok pada remaja, cukai rokok menjadi salah satu upaya yang paling signifikan.
Masalah kesehatan mental kini sudah mendunia. Diperkirakan satu dari tiga perempuan dan satu dari lima laki-laki akan mengalami depresi berat dalam hidupnya.
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Kerangka kerja IMOT, yang dikembangkan pada 1994 oleh Pusat Rehabilitasi Euromed Polandia, telah menunjukkan keampuhan yang luar biasa dalam berbagai bentuk terapi fisik dan okupasi.
Meskipun orangtua mungkin merasa telah memberikan dukungan yang memadai, sering kali terdapat kesenjangan antara persepsi mereka dan kenyataan yang dirasakan oleh anak-anak mereka.
Polisi membubarkan tawuran remaja di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa (16/7). Tujuh remaja diamankan berikut dengan barang bukti seperti molotov, senjata tajam dan lain-lain.
Apabila orangtua tidak biasa mengenalkan variasi makanan kepada anak maka anak akan cenderung memilih mengonsumsi makanan tertentu.
Orangtua mestinya sejak dini membiasakan diri untuk memenuhi kebutuhan anak, secara fisik maupun emosi, dengan berkomunikasi di dalam pengasuhan.
Orangtua disarankan melarang anak usia di bawah satu tahun menatap layar gawai serta membatasi waktu layar anak usia satu sampai tiga tahun maksimal satu jam.
Dengan memberikan banyak pilihan aktivitas selama mengisi liburan akan membuat tamu semakin betah tinggal di Midtown Residence Jakarta.
Anak-anak lebih rentan terhadap hipotermia karena tubuh mereka yang lebih kecil kehilangan panas lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Usia remaja itu kan masa-masa ingin tahu yang tinggi. Kalau kita larang, mereka malah akan semakin penasaran dan mencari tahu sendiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved