Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
FILM ‘Pepadu’ karya Sutradara M. Muslimin asal Lombok dan ‘Sailum: Song of The Rustling Leaves’ karya Sutradara Felix K. Nesi dan Moses Parlindungan Ompusunggu asal Nusa Tenggara Timur (NTT) resmi ditetapkan sebagai Film Terpilih Festival Film Bulanan (FFB) Lokus 4.
Alasan terpilihnya film Pepadu dan film Sailum: Song of The Rustling Leaves, karena kedua film ini mampu memberikan gambaran lain tentang kebudayaan yang tertuang dalam karya film pendeknya.
Hal tersebut dikemukakan dosen film dan televisi serta resensator film, Mohamad Ariansah, yang di Festival Film Bulanan (FFB) ini juga berlaku sebagai kurator.
Baca juga: Sandiaga Uno Ajak Sineas Bali, NTB, dan NTT Partisipasi di Festival Film Bulanan
“Dua film itu yaitu Pepadu dan Sailum: Song of The Rustling Leaves, menurutku menarik. Sebab, film-film itu mampu memberikan potret lain tentang film pendek Indonesia, yang biasanya didominasi oleh kebudayaan Jawa," kata Ale (sapaan akrab Mohamad Ariansah).
Kreator Mampu Kemas Budaya, Ide, dan Visual
"Para kreator dua film tersebut mampu mengemas budaya, mengemas ide, cara bertuturnya, dan mengemas visualnya secara menarik,” jelas Ale.
Ale mengaku takjub dengan karya yang dibuat oleh Sutradara M. Muslimin asal Lombok, yang berjudul Pepadu. Film ini dinilai Ale memiliki kekuatan cerita yaitu mengangkat tentang isu kekerasan.
Baca juga: Sandiaga Uno: Festival Film Bulanan Harus Berdampak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
“Film Pepadu dari Nusa Tenggara Barat (NTB) buat saya lumayan oke. Menampilkan isu tentang kekerasan, tapi pada saat yang sama si tokoh harus kembali mengulang kesalahan karena keterpaksaan terhadap keadaan. Film Pepadu memiliki isu yang kuat,” jelas Ale.
Sementara untuk film Sailum: Song of The Rustling Leaves karya Sutradara Felix K. Nesi dan Moses Parlindungan Ompusunggu, menurut Ale, adalah sebuah karya yang ajaib.
“Film dokumenter Sailum: Song of The Rustling Leaves itu dibuat dari seseorang yang sudah punya pemikiran kuat, lalu menggunakan film sebagai peluru untuk menyampaikan gagasan-gagasan tersebut. Imajinasi menarik, kesannya poetic. Aku suka tawaran ceritanya tentang pro kontra Timor Timor yang lepas dari Indonesia,” terang Ale.
Film Pendek yang Dihasilkan Lampaui Ekspektasi
Senada dengan Ale, salah satu kurator yang juga merupakan Senior Business Development Manager of IDN Media, Rahma Guntari juga merasa kalau film-film pendek yang dihasilkan dari lokus 4 ini di luar ekspektasi.
“Menurutku keren lah, lokus ini di luar ekspektasi. Mereka bisa nge-build budaya mereka dengan cara mereka sendiri. Aku salut,” ungkap Rahma.
Baca juga: Festival Film Bulanan Ajak Sineas “Menuju Industri” Perfilman
Rahma menyampaikan film Sailum: Song of The Rustling Leave keren banget. Sebab film tersebut mampu memberikan ide penuturan yang unik.
“Dari segi ide penuturan, film ini seperti menyampaikan kritik tapi disampaikan melalui habit yang orang notabene belum bisa menerima atau tabu, justru di sana (NTT) tradisi itu biasa saja. Itu keren, aku amazed sama itu,” ujar Rahma.
Sementara untuk film Pepadu yang bergenre fiksi, Rahma berkata ide ceritanya cukup menarik.
“Mereka (Sutradara M. Muslimin dan tim produksi film Pepadu) bisa mengemas cerita yang berat menjadi enak untuk ditonton,” kata Rahma.
Menparekraf Apresiasi Dua Film Terpilih dari FFB
Pernyataan film bukan hanya sebatas hiburan, melainkan karya audio visual yang di dalamnya terkandung sebuah nilai-nilai juga diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno.
“Sejarah mencatat bahwa film bukan hanya sebatas hiburan, melainkan karya audio visual yang di dalamnya terkandung sebuah nilai-nilai perjuangan," jelasnya.
"Seperti ‘Darah dan Doa’ karya Usmar Ismail, film pertama yang diproduksi anak bangsa, yang dari judulnya saja merepresentasikan semangat perjuangan dan kemerdekaan,” ujar Sandiaga Uno, Senin (22/5) dalam keterangannya.
Baca juga: Film Nasional kembali Wakili Indonesia di Festival Kelas Dunia
Ia pun mengapresiasi terpilihnya film Pepadu dan film Sailum: Song of The Rustling Leave yang mampu memberikan perspektif lain tentang film pendek Indonesia.
“Salut dengan anak-anak muda yang mempromosikan Indonesia dengan kreativitas yang mereka miliki. Melalui Festival Film Bulanan kami optimis perfilman Tanah Air, khususnya film pendek semakin populer dan diakui," terangnya.
"Bukan hanya sebagai industri hiburan, melainkan juga mengekspresikan nilai-nilai luhur kemanusiaan, melahirkan talenta-talenta hebat yang membanggakan, sekaligus mempromosikan kekayaan nusantara,” ucap Sandiaga Uno.
Ia juga yakin subsektor perfilman Indonesia akan terus berkembang, sehingga bisa mempercepat kepulihan ekonomi Indonesia serta berkontribusi dalam penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru.
Baca juga: Sandiaga Uno: Film Terpilih Festival Film Bulanan Lokus 1 Siap Bersaing
Apalagi semangat FFB di tahun kedua ini berupaya memfokuskan pada kegiatan aktivasi, distribusi, dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengantarkan karya-karya sineas lokal ke industri perfilman nasional bahkan internasional.
Sebagai bentuk apresiasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), bagi kedua film terpilih akan mendapat sertifikat, suvenir, kesempatan mengikuti workshop “Menuju Industri Perfilman”.
Dalam workshop ini, peserta akan pitching dengan investor untuk mendapatkan pendanaan dari FlipFlop TV, serta menjadi nominasi di malam penganugerahan FFB yang diselenggarakan pada bulan Desember.
Selain itu, sebagai bagian dari eksibisi, akan ada penayangan poster digital di sejumlah area gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan penayangan film di acara ‘Sinema Keliling’, bioskop maupun Over The Top (OTT).
Sandiaga juga mengimbau para sineas yang berada di wilayah Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, dan Lampung agar mempersiapkan diri karena pendaftaran Lokus 5 akan dibuka pada tanggal 2 Juni mendatang.
“Ayo, persiapkan karya terbaik kalian dan jadi bagian dari pertumbuhan ekosistem perfilman Indonesia! Update terus informasinya di akun Instagram @festivalfilmbulanan serta kunjungi website festivalfilmbulanan.com. Karena Mahakarya akan selalu menemukan jalannya,” pungkas Sandiaga Uno. (RO/S-4)
Rencana penutupan sementara Taman Nasional Komodo tahun 2025 tidak akan mempengaruhi target kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman).
Menparekraf mengeklaim sudah banyak investor dari Amerika, Eropa, Timur Tengah yang mulai melirik kebijakan golden visa di Tanah Air. Katanya, para investor asing tersebut sudah bertanya
Sandi mendukung para kontestan lain untuk keberlanjutan Jabar lebih baik.
MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaprekraf), Sandiaga Uno berkunjung ke salah satu Kawasan Koordinatif Badan Pelaksana Otorita Borobudur yaitu Kabupaten Wonosobo.
PKB mengaku ada usulan dari kader agar mengusung politikus PPP Sandiaga Salahuddin Uno sebagai bakal calon gubernur (cagub) pada Pilgub Jawa Barat 2024.
Desa Wisata Wanurejo berhasil masuk dalam 50 besar Desa Wisata terbaik di ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, bersaing dengan ribuan desa lainnya di Indonesia.
Tayang dua hari di BIFAN, yakni 6 dan 10 Juli, pada dua pemutaran itu tiket film yang dibintangi Devano Danendra dan Keisya Levronka itu laris manis.
Festival Film Alternativa bertujuan memberikan penghargaan atas dampak sosial dari film-film industri yang sedang berkembang, di Indonesia acara ini akan digelar pada akhir November 2024.
Penikmat film dan pelajar di Indonesia dapat mengasah energi kreatif mereka dengan mengikuti masterclass yang diadakan dengan pakar dari Australia.
Pada MdF tahun ini, tentu lebih spesial karena lima produser Indonesia terseleksi masuk dalam Producers under the Spotlight di program Producers Network.
Digarap selama lima tahun, Oma diproyeksikan rampung pada awal 2025, jika memang bertemu dengan kolaborator baru untuk mewujudkan film tersebut.
Project Market menjadi salah satu fokus program yang didesain sebagai platform penghubung antara bakat-bakat baru di bidang perfilman dengan para profesional industri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved