Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PERMASALAHAN kurang asupan protein dan pola asuh hingga permasalahan gizi di Indonesia masih terbilang kompleks.
Setidaknya ada tiga beban utama yang menjadi perhatian khusus pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi masalah gizi, yaitu stunting, wasting (kekurangan gizi), dan overweight (kelebihan gizi). Dilansir dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, ketiga beban tersebut mempunyai prevalensi yang cukup besar meski angkanya telah menurun dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Kementerian Kesehatan RI menjelaskan bahwa sekitar 23% bayi baru lahir mengalami stunting. Hal itu disebabkan ibu hamil mengalami kekurangan gizi dan anemia. Kemudian, setelah lahir angka kejadian stunting meningkat secara signifikan pada usia 6-23 bulan sebesar 1,8 kali atau menjadi 37%, akibat kurangnya asupan protein serta pola asuh makan (parenting) yang tidak tepat. Hal ini sejalan dengan hasil Studi Kasus Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang menunjukkan bahwa 47,5% Baduta (bawah dua tahun) 6-23 bulan belum mengonsumsi makanan gizi seimbang, khususnya protein.
"Salah satunya upaya LKC Dompet Dhuafa dalam pencegahan stunting ialah melalui program Pos Gizi. Program ini merupakan salah satu inovasi gizi untuk mencegah stunting dengan sebuah pendekatan yang memungkinkan perubahan perilaku gizi yang baik," ujar Kepala LKC-DD Pusat drg Martina Tirta Sari dalam keterangannya, Sabtu (4/2).
Penjabaran penurunan data tersebut terbilang sebagai berikut, stunting dari 30,8% menjadi 24,4%, wasting dari 10,2% menjadi 7,1% dan overweight 8% menjadi 3,8%. Dari ketiga hal tersebut, prevalensi stunting menjadi yang terbesar. SSGI mencatat satu dari empat atau sekitar lima juta anak Indonesia mengalami stunting.
Lebih lanjut Martina menjelaskan sepanjang 2022 LKC-DD telah melangsungkan program Pos Gizi di 11 titik yang tersebar di 9 provinsi di Indonesia; Aceh, Banten, Jakarta, Jateng, Yogyakarta, NTB, NTT, Sulsel, dan 3 titik di Jabar.
"Sebelas titik ini telah berhasil mampu memulihkan anak-anak kurang gizi yang diidentifikasi di dalam masyarakat. Selain itu memungkinkan keluarga mempertahankan status gizi anak di rumah masing-masing secara mandiri, dan mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang akan lahir kemudian dalam masyarakat," tutur Martina.
Pos gizi mengajarkan empat hal penting bagi masyarakat, di antaranya perilaku pemberian makan, pengasuhan anak, kebersihan lingkungan dan pribadi serta mencari pelayanan kesehatan. Hasil intervensi program pos gizi menampilkan angka sebesar 82% keberhasilan atau tingkat kelulusan anak pada Program Pos Gizi LKC Dompet Dhuafa. Peserta pos gizi dinyatakan lulus apabila setelah dilakukan intervensi anak mengalami kenaikan berat badan rata-rata dari 600-800 gram. (RO/O-2)
Hasil inovasi mereka, disosialisasikan kepada para ibu anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Brebes.
Jika subsidi BPJS Kesehatan dipangkas demi Makan Bergizi Gratis, perbaikan kinerja keuangan yang sedang dilakukan BPJS Kesehatan juga berpotensi terganggu.
Mahasiswa IPB membuat inovasi berupa abon telur agar anak-anak balita bisa mengonsumi telur dalam bentuk lain guna pemenuhan gizi mereka. Ini upaya pencegahan stunting di Kabupaten Brebes.
Perlu kerja pentahelix dan sinergi kolaborasi untuk membangun komitmen yang kuat dalam penanganan dan pencegahan stunting. Termasuk dukungan regulasi
Pada Hari Anak Nasional (HAN) tahun ini, fokus utama adalah melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya dan stunting.
Kementerian Kesehatan mengatakan Hari Anak Nasional (HAN) 2024 adalah momentum untuk memperkuat perlindungan terhadap anak-anak Indonesia, terutama dari stunting dan polio.
Pada dasarnya setiap daerah tidak memiliki masalah gizi yang sama. Mayoritas yang muncul adalah soal pola asuh.
Kolaborasi lintas sektor ini bertujuan untuk turut mendukung program penurunan angka stunting yang diusung oleh Pemerintah Indonesia.
Penanganan anak yang sudah terlanjur stunting harus menggunakan food-based approach dengan bantuan makanan bergizi terus-menerus minimal 90 hari.
UPAYA penurunan angka stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT) terus dilakukan pemerintah setempat.
Pemerintah menargetkan angka stunting tahun ini harus turun di angka 14%.
Di tengah isu kelangkaan beras, Lions Club Indonesia membagikan 1.000 paket nasi kotak di beberapa wilayah kaum marginal Ibu Kota Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved