Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mempersiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi merebaknya kasus hepatitis akut pada anak yang sampai saat ini belum diketahui penyebabnya.
"Dari IDAI sudah menyiapkan protokol. Kita siapkan dokter anak di seluruh Indonesia dan juga RS sudah disiapkan dari Kemenkes, dan juga sudah disiapkan sarana termasuk pemeriksaan laboratorium. Kita sudah siap menangani kasus ini," kata Ketua Unit Kerja Koorniasi Gastro Hepatologi IDAI Muzal Kadim dalam konferensi pers yang diselenggarakan secara virtual, Sabtu (7/5).
Muzal menyatakan, pihaknya juga telah membuat surat rekomendasi yang telah disebar ke dokter anak seluruh Indonesia untuk melakukan screening awal pada anak sebagai bagian dari tata laksana penyakit tersebut di RS, puskesmas dan fasilitas kesehatan lainnya.
"Jadi kalau ada kasus dengan ciri-ciri kuning, demam, sakit perut dan ada peningkatan enzim transaminase lebih dari 500 unit per liter dan pemeriksaan hepatitis A, B, C, D dan E negatif, ini bisa masuk probable karena belum diketahui penyebabnya apa," beber dia.
Dalam tata laksana di rumah sakit sendiri, Muzal mengungkapkan bahwa anak yang masuk dalam kategori probable akan dirawat di ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain. Selain itu, dilakukan tirah baring bagi anak yang telah memasuki fase akut.
Kemudian, dokter akan melakukan monitoring perjalanan klinis dan pemeriksaan laboratorium terutama untuk PT/INR dan albumin.
Muzal melanjutkan, karena hingga saat ini hepatitis akut pada anak belum diketahui penyebab dan obatnya, maka anak akan mendapatkan pengobatan supportive.
"Jadi nanti akan dipantau gula darah, elektrolitnya dipantau. Semua pengobatan bersigat supportive agar tubuh bisa mengubati dirinya sendiri untuk melawan virus. Itu yang menjadi penting," beber dia.
Sampai saat ini, Muzal mengungkapkan peneliti di Indonesia maupun di berbagai negara belum mengetahui secara pasti apa penyebab dari penyakit hepatitis akut yang menyerang anak-anak ini. Yang jelas, sejauh ini WHO menyebutkan bahwa hepatitis itu tidak berhubungan hepatitis A, B, C, D dan E.
"Jadi hepatitis itu tidak ditemukan infeksi virus hepatitis A, B, C, D dan E dan bukan disebabkan oleh penyakit lain seperti autoimun, obat-obatan, kealinan bawaan, itu semua sudah disingkirkan. Memang saat ini sedang dicari pentebabnya dan sedang diteliti," pungkas dia. (OL-12)
KETUA Tim Kerja Imunisasi, Surveilans PD3I dan KIPI Kemenkes Endang Budi Hastuti menekankan bahwa orangtua jangan takut untuk memberikan imunisasi polio kepada anak.
PIN Polio putaran kedua yang dimulai hari ini menjadi cerminan bahwa imunisasi anak Indonesia belum sukses.
DOKTER spesialis anak menyampaikan bahwa anak yang telah didiagnosis alergi susu sapi tidak boleh diberi susu kambing maupun produk turunannya.
Terbatasnya infrastruktur kesehatan di daerah terpencil, minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan anak, sampai akses terhadap pelayanan kesehatan berkualitas menjadi PR.
Permasalahan pemerataan pelayanan kesehatan anak di Indonesia menjadi tema utama dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ke-70 tahun ini.
Kombinasi antara penyakit tidak menular seperti obesitas dengan penyakit menular seperti DBD akan menghasilkan kombinasi risiko fatalitas tinggi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved