Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PAKAR dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengimbau para orangtua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal guna menghindari risiko kasus kejadian luar biasa (KLB) Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
"Imunisasi akan berpengaruh terhadap kekebalan komunitas dan akan berpengaruh untuk timbulnya kejadian luar biasa, yang ditakutkan adalah KLB campak, difteri, itu yang bisa menimbulkan kesakitan dan cacat pada anak," kata Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI Prof Hartono Gunardi dalam konferensi pers Pekan Imunisasi Dunia di Jakarta, dikutip Rabu (20/4).
Hartono mengatakan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang paling efektif untuk PD3I. Penyakit-penyakit tersebut antara lain hepatitis B, polio, tuberkulosis, campak, rubella, difteri, tetanus, portusis, haemophilus influenzae tipe B, dan seterusnya.
Baca juga: Ahli Pastikan Vaksin Ganda tidak Berbahaya
Hartono menyebut, berdasarkan data, sekitar 4,9 juta kematian diperkirakan bisa dicegah dengan imunisasi pada 2013 dan 2,1 juta kematian diestimasi bisa dicegah dengan diberikan imunisasi yang lengkap pada 2018.
Namun dengan adanya pandemi, menurut Hartono, cakupan imunisasi menurun.
Hartono mengatakan orangtua dapat melakukan pengecekan kelengkapan imunisasi anak yang tercatat dalam kesehatan ibu dan anak (KIA) dan segera dilengkapi apabila ada yang kurang.
"Tidak ada imunisasi yang hangus, tidak perlu diulang dari awal. Jadi lengkapi saja, lanjutkan apa yang kurang," tuturnya.
Pemberian imunisasi, ujar Hartono, merupakan bentuk pemenuhan hak kesehatan pada anak. Ia memastikan imunisasi aman diberikan pada anak, mengingat sekitar 192 negara sudah melaksanakan program imunisasi.
"Kalau tidak aman, tidak ada negara yang menjalankan sebanyak itu. Dengan kata lain, imunisasi terbukti efektif dan aman," tutur Hartono.
Ia menekankan penting bagi anak untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan yaitu hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio, Campak, Rubela.
Selain itu, orangtua juga dapat merujuk pada jadwal imunisasi yang direkomendasikan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
IDAI merekomendasikan anak berusia 0-12 perlu mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, dan Hepatitis A.
Pada usia 1-2 tahun, anak perlu diberikan vaksin MMR, Varisela, vaksin ulangan DTP-Hib-Hepatitis B.
Kemudian, pada usia 24 bulan, anak perlu menerima vaksin Tifoid. Beranjak ke usia 9 tahun, anak juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan Dengue.
Hartono mengatakan orangtua dapat melengkapi imunisasi anak dengan mengikuti program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) yang dilaksanakan pada Mei mendatang.
Tidak hanya peran orangtua, Hartono juga mengimbau agar petugas kesehatan melakukan evaluasi kelengkapan imunisasi anak secara berkala. (Ant/OL-1)
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi alkohol oleh ayah juga bisa berdampak pada kesehatan janin.
Selain 16.314 anak, 10.980 wanita, 885 petugas medis, 165 jurnalis, dan 79 personel pertahanan sipil juga tewas dalam serangan Israel.
"Kakak-kakaknya yang ngajar dan semuanya baik banget. Belajarnya juga enggak bikin bosen karena ada gimnya,"
Rumah Cita-cita ingin berkontribusi membantu anak-anak yang berada di sekitar Kampung Pemulung, Pondok Labu, Jakarta Selatan.
Penelitian menunjukkan bahwa anak yang menerima nutrisi dan stimulasi yang tepat selama 1000 HPK memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dan keterampilan sosial yang lebih baik.
Sebagai orangtua kita harus mempersiapkan anak yang bepergian sendiri dalam menghadapi berbagai situasi yang di luar kendali orangtua.
Rabies berbeda dari banyak infeksi lain, sebab menurut WHO perkembangan penyakit klinis rabies dapat dicegah melalui imunisasi tepat waktu bahkan setelah terpapar agen penular.
SAAT ini tak sedikit masyarakat yang masih merasa ragu untuk membawa anaknya mendapatkan vaksin polio. Salah satunya karena masih maraknya mitos-mitos seputar vaksin polio untuk anak.
Anak berkebutuhan khusus harus terpenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk imunisasi.
Saat ini, pelaksanaan imunisasi dosis pertama sedang berlangsung di seluruh wilayah Kalsel sejak 23 hingga 26 Juli 2024.
Mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio yang masih melanda beberapa wilayah di Indonesia, Kementerian Kesehatan menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap kedua di 27 provinsi.
Imunisasi polio aman untuk diberikan kepada anak berkebutuhan khusus, termasuk yang mengalami gangguan perilaku seperti autisme.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved