Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
SEKITAR 60% spesies kaktus akan berakhir di iklim yang kurang ramah selama beberapa dekade mendatang seiring pemanasan global. Ini menurut penelitian baru yang menantang asumsi lama bahwa tanaman gurun ikonis akan berkembang dengan lebih banyak panas.
Pada 2070, hingga 90% jenis kaktus dapat terancam punah karena perubahan iklim, hilangnya habitat, dan penyebab stres lain. Ini tiga kali lipat persentase saat ini, menurut laporan para ilmuwan di Nature Plants.
Sekitar 1.500 spesies kaktus yang tersebar di seluruh Amerika hidup di berbagai iklim, mulai dari gurun di permukaan laut hingga pegunungan Andes yang tinggi, dari ekosistem kering tulang hingga hutan tropis lembab. Tempat keanekaragaman hayati yang kaya spesies dan jumlah, termasuk Meksiko tengah dan Hutan Atlantik Brasil.
Baca juga: Perubahan Iklim Perparah Hujan Ekstrem di Musim Badai
Untuk menguji gagasan bahwa kaktus mendapat manfaat dari dunia yang lebih hangat dan lebih rentan kekeringan, para peneliti yang dipimpin oleh Michiel Pillet dari University of Arizona memeriksa data lebih dari 400 spesies dan menjalankan model yang memproyeksikan cara kaktus bertahan di abad pertengahan dan seterusnya di bawah skenario emisi gas rumah kaca yang berbeda.
"Temuan itu menggambarkan masa depan yang lebih pesimistis," menurut penelitian yang diterbitkan Kamis (14/4). Saat ini, ancaman utama kaktus yaitu perluasan pertanian bersama dengan degradasi lahan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan pemanenan untuk berbagai penggunaan.
Bahkan tanpa perubahan iklim, kaktus menjadi salah satu kelompok organisme yang paling terancam punah di planet ini. Lebih dari 30% diklasifikasikan sebagai berisiko kepunahan, catat para penulis.
Di bawah skenario emisi moderat sejalan dengan kebijakan saat ini, pemanasan global akan segera menjadi ancaman yang signifikan juga. "Hasil kami menunjukkan bahwa perubahan iklim akan menjadi pendorong utama risiko kepunahan kaktus dengan 60% hingga 90% spesies dinilai terkena dampak negatif oleh pemanasan global," para peneliti melaporkan.
Baca juga: Covid-19 Tingkatkan Risiko Pembekuan Darah hingga Enam Bulan
Dalam empat atau lima dekade, sekitar 25% spesies kaktus dapat mengalami iklim asing lebih dari seperempat dari jangkauan mereka saat ini. Studi sebelumnya menunjukkan gangguan fotosintesis--proses tanaman menggunakan sinar matahari untuk membuat makanan dari CO2 dan air--dengan hanya dua derajat celsius pemanasan global.
Suhu rata-rata permukaan bumi, termasuk lautan, sudah 1,1 derajat celsius lebih hangat daripada masa praindustri. Sekitar 1,7 derajat celsius lebih hangat di daratan saja. (AFP/OL-14)
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
Metabolomik merupakan metode analisis komprehensif semua metabolit pada sampel yang berasal dari makhluk hidup.
TIM peneliti dari UGM menyebut buah jenitri (Elaeocarpus sphaericus), komoditas tanaman buah yang ada di daerah Kebumen, Jawa Tengah punya khasiat untuk mencegah penyakit gagal ginjal.
Campuran ekstrak rosella dan bekatul beras hitam dapat menurunkan kadar kolesterol hingga 68,39±0,26 persen.
PARA ilmuwan mengembangkan metode inovatif untuk mendaur ulang baterai ion litium. Caranya, mereka menggunakan teknik pemisahan magnetik yang memurnikan bahan baterai.
INDONESIA disebut masih tertinggal di dalam bidang sains dan teknologi, baik komitmen investasi maupun orkestrasi. Salah satu penyebab adalah masih kurangnya riset dan pengembangan (R&D)
KISAH Nabi Musa membelah Laut Merah dalam tradisi religius telah lama menjadi topik yang menarik perhatian banyak orang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved