Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
BELAKANGAN, publik dikejutkan dengan aksi Will Smith yang naik ke atas panggung dan melayangkan tamparan ke wajah Chirs Rock di acara Piala Oscar tahun ini. Insiden itu cukup menyita perhatian publik dan memunculkan pro dan kontra atas tindakan yang dilakukan aktor asal Amerika Serikat itu.
Will Smith tidak terima istrinya, Jada Pinkett Smith, dijadikan bahan candaan karena saat itu Jada terlihat tanpa rambut alias plontos. Diketahui, kebotakan yang dialami Jada disebabkan penyakit alopecia yang dideritanya sejak empat tahun yang lalu.
Apa sesungguhnya penyakit alopecia itu?
Baca juga: Selain Alopecia, Ini Kerontokan Rambut yang Bisa Berujung Kebotakan
Alopecia merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan kerontokan rambut.
Dokter spesialis imunologi RSCM Lili Legiawati menjelaskan penyakit yang biasa disebut alopecia areata itu menyebabkan kerontokan rambut yang disertai dengan jaringan parut.
Lili mengatakan secara histopatologi atau prosedur yang melibatkan pemeriksaan jaringan utuh melalui biopsi, penyakit ini muncul karena ada kelainan autoimun yang di dalamnya terdapat sel-sel radang yang menghancurkan folikel rambut.
Seperti halnya dengan penyakit autoimun lainnya, alopecia areata menganggap rambut adalah benda asing. Sehingga sel-sel radang yang dihasilkan oleh tubuh justru ditujukan untuk menghancurkan folikel rambut.
“Gara-gara penyakit ini, si folikel rambut itu oleh tubuh kita tidak dikenali sebagai bagian dari kita. Normalnya, tubuh kita mengenali mana yang jadi bagian dari kita, mana yang benda asing yang harus dihancurkan. Nah pada alopecia, rambut itu dikenalinya bukan bagian dari diri kita,” tutur Lili saat dihubungi Media Indonesia, Kamis (31/3).
Lili menjelaskan alopecia terdapat beberapa jenis, di antaranya alopecia areata localis (kerontokan hanya sebagian yang menyebabkan pitak), alopecia areata totalis (mengalami kerontokan menyeluruh seperti plontos), dan alopecia areata universalis (kerontokan rambut di seluruh badan, mulai dari rambut kepala, alis, bulu mata sampai rambut kemaluan).
Meski alopecia termasuk dalam penyakit autoimun, Lili mengatakan penyakit ini tidak mengancam nyawa. Alopecia merupakan penyakit autoimun yang hanya menyerang pertumbuhan rambut.
Meski begitu, Lili menyebut tidak sedikit ditemukan pasien dengan alopecia secara bersamaan juga menderita penyakit autoimun lainnya seperti tiroid, vitiligo, dan psoriasis.
“Kalau alopecianya sendiri adalah penyakit yang tidak mengancam nyawa. Pasien sehat-sehat saja, imunitas baik-baik saja. Tetapi sistem folikel di rambutnya itu yang bermasalah,” ujarnya.
Lili mengungkapkan penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa. Justru dalam beberapa kasus pasien yang ia tangani, penderita alopecia banyak ditemui pada anak-anak.
Meski tidak mengancam nyawa, penyakit ini, kata Lili, banyak dikeluhkan pasien karena mempengaruhi penampilan mereka. Banyak dari pasien penderita alopecia menjadi tidak percaya diri, dijauhkan dari kelompok sosialnya, bahkan kerap mendapat stigma.
“Ada satu kasus, anak, dia jadi nggak percaya diri. Karena temen-temennya melihat dia, kok serem. Kok dia nggak punya alis, nggak punya bulu mata. Jadi kayak orang aneh, gitu. Ada juga yang dapat stigma, wah ini jangan-jangan punya penyakit menular, jangan dideketin deh. Padahal ini penyakit kerontokan saja,” tutur Lili.
Umumnya, Lili mengatakan rambut rontok yang dialami penderita alopecia areata bisa tumbuh kembali dengan sendirinya tanpa perlu menjalani pengobatan tertentu.
“Kalau misalnya botaknya satu spot, bukan plontos seluruh kepala, itu bisa remisi spontan. Artinya bisa numbuh sendiri,” kata Lili.
Namun, untuk tipe yang luas, kerontokan yang dialami sudah sampai seluruh kepala bahkan seluruh rambut di tubuh, Lili mengungkapkan kemungkinan untuk tumbuh kembali akan sulit.
Dokter Imunologi itu juga menuturkan susunan genetik seseorang dapat memicu reaksi autoimun alopecia areata. Beberapa juga ditemukan penyakit ini dipuci karena faktor emosional.
“Sebagian pasien, kalau kita tanyakan dalam anamitis, 10-40% mempunyai Riwayat serupa di keluarganya. Tetapi ada faktor lain juga seperti emosional,” tandasnya. (OL-1)
Ada 1.009 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, di sepanjang Januari hingga akhir Juli 2024. Dari jumlah itu, angka kematian mencapai 31 orang.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular yang sering ditemukan di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia.
Memasuki musim pancaroba, daya tahan tubuh anak kerap menurun. Hal ini perlu diwaspadai karena pancaroba identik dengan penyakit demam berdarah.
Namun, kabar baiknya ialah ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjaga kesehatan otak dan mencegah demensia.
KEBIASAAN anak sekarang yang sering mengonsumsi makanan dan minuman manis hingga sebabkan penyakit ginjal menjadi perhatian serius pemerintah.
Salah satu upaya mengatasi kanker yaitu PET sebagai pemeriksaan noninvasif yang membantu menggambarkan fungsi metabolisme molekuler tubuh pasien secara tiga dimensi.
Alopecia menyebabkan kerontokan rambut sementara atau permanen. Kerontokan ini bisa mempengaruhi rambut yang ada di seluruh tubuh dan bisa menyebabkan penderitanya stres.
Kebanyakan orang kehilangan 50 hingga 100 helai rambut per hari sebagai bagian dari siklus alami.
Belum ada komentar publik sejauh ini dari Rock dan tidak ada jawaban langsung atas pertanyaan AFP kepada perwakilannya.
Alopecia areata merupakan jenis kebotakan spesifik yang disebabkan oleh gangguan autoimun yang membuat rambut sering rontok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved