Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
DIREKTUR Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sinta Saptarina meminta masyarakat bijak dalam mengelola sampah selama pandemi covid-19. Ia mengatakan terdapat peningkatan penggunaan plastik kemasan hingga 30% dalam dua tahun terakhir atau selama pandemi covid-19 yang membuat volume sampah dari plastik di tempat pembuangan akhir (TPA) mengalami peningkatan.
Ia berharap masyarakat bisa mengelola plastik dari kemasan dan menggunakannya kembali guna mengurangi sampah yang akan dibuang ke TPA.
"Pengiriman barang itu harus dengan bungkus (plastik), sehingga memang kita perlu langkah selanjutnya. Jika itu masih bermanfaat mohon digunakan kembali, sehingga beban untuk lingkungan yang dibuang ke TPA itu sedikit," kata Sinta, dalam acara Nunggu Sunset Media Indonesia di Jakarta, Selasa (25/1).
Baca juga : Peduli dengan Lingkungan melalui Pengelolaan Sampah yang Bertanggung Jawab
Selain meminta masyarakat untuk bijak mengelola sampah, pihaknya juga telah mengimbau pemerintah daerah untuk memperbanyak bank sampah untuk masyarakat. Sehingga, masyarakat dapat membuang sampah di tempatnya dan tidak mencemari lingkungan.
Namun, ia mengatakan yang terpenting saat ini adalah bagaimana masyarakat dapat memahami dan bijak dalam mengelola sampah. Ia mengatakan masyarakat harus paham mana sampah yang bisa dipakai kembali.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk memilah kemasan sebelum berbelanja sesuatu. Jika barang yang dibeli dikemas dengan plastik, maka bisa diganti dengan kertas yang lebih ramah lingkungan. Ia mengatakan jika plastik harus digunakan, maka sebaiknya plastik digunakan kembali.
Baca juga : AQUA Berdayakan Para Pemulung Jadi Pelaku Industri Ekonomi Sirkular,
"Sebetulnya mekanisme yang baik ada upaya pengurangan dulu di rumah kita. Sampah di rumah yang bisa dimanfaatkan dapat digunakan terus menerus karena kita tahu sampah plastik umurnya panjang. Kita butuh plastik memang, tapi tidak harus dimusuhi. Kita pakai lagi dan didaur ulang kembali," katanya.
Sinta mengatakan imbauan untuk mengelola sampah harus terus didengungkan kepada masyarakat. Pasalnya, kata ia, mengelola sampah merupakan gaya hidup yang butuh waktu untuk diubah. Maka dari itu, ia meminta semua pihak dari swasta hingga masyarakat untuk sama-sama peduli dan bijak dalam mengelola sampah.
"Pendampingan masyarakat itu sampai bertahun-tahun, terutama di kawasan pesisir yang sulit sekali menempatkan sampah yang tepat dan sanitasi, sehingga perlu pendampingan terus menerus," katanya.
Baca juga : Buka Rangkaian HPSN 2024, KLHK Gelar Dialog dan Peluncuran Buku Panduan Bank Sampah
Lebih lanjut, Sinta juga menyeroti adanya limbah medis selama pandemi covid-19, seperti masker dan alat pelindung diri. Ia mengatakan masyarakat juga diharapkan dapat memisahkan sampah medis, seperti masker dan melakukan penanganan khusus, seperti disemprot desinfektan, digunting, dimasukkan ke kantong plastik yang tertutup.
Ia mengatakan pihaknya telah meminta pemda untuk membagikan kantong kuning ke setiap rumah guna mengumpulkan limbah medis. Ia mengatakan nantinya akan mengirimkan sampah tersebut ke pengelola limbah medis yang telah mendapatkan izin menggunakan insinerator. Insinerator merupakan alat yang digunakan untuk membakar limbah dalam bentuk padat dan dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pembakaran pada suhu tertentu.
Sementara itu, CEO Rekosistem Ernest Layman mengatakan pihaknya ingin berkontribusi dalam pengelolaan sampah dengan menghadirkan aplikasi pengangkutan dan pengolahan sampah. Ia mengatakan sejauh ini pihaknya mengelola sampah organik, anorganik dan residu. Nantinya, pihak yang ingin sampahnya diangkut bisa mengakses aplikasi Rekosistem. Setelah itu, Rekosistem menyambungkan dengan mitra kerja seperti perusahaan daur ulang dan peternak maggot.
Ia mengatakan sejauh ini pihaknya telah mengangkut dan mengelola 35 ton sampah per hari.
"Kita menghubungkan orang punya sampah, pakai platform kita, kemudian diangkut sama mitra angkut atau dikumpulkan di tempatnya, terus didistribusikan. Yang organik ke tempat maggot, anorganik ke daur ulang, residu kita bekerja sama dengan mitra yang bisa memanfaatkan untuk produksi semen atau menghasilkan karbon padat atau likuid karbon," katanya. (OL-6)
TEPI jalan Kota Depok, Jawa Barat (Jabar) tak terlepas dari persoalan sampah. Kondisi sampah ini terus jadi sorotan. Sebab warga masih saja membuang sampah sembarangan di tepi jalan.
Wirausaha kecil dan menengah terus didukung untuk mengembangkan bisnis mereka secara berkelanjutan yaitu dengan turut mengurangi kemiskinan dan polusi plastik di Indonesia.
Korea Utara baru saja meluncurkan sekitar 500 balon berisi kertas bekas dan plastik, termasuk beberapa yang jatuh di kompleks kantor kepresidenan Korea Selatan.
Komitmen dalam pengurangan sampah merupakan langkah penting dalam menangani permasalahan sampah, dan sinergi dalam pelaksanaannya sangat diperlukan.
Hal Itu diketahui setelah IWP melakukan studi yang didanai oleh Food and Agriculture Organization (FAO) atau organisasi khusus bentukan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di tahun 2021.
Sampah rumah tangga itu diletakkan di bahu jalan hingga menggunung. Bau busuk sampah langsung menyeruak di sekitar lokasi tersebut.
TPA Samosir dibangun di lahan seluas 10 Ha sudah mencapai 100 persen dengan pagu senilai Rp29 M lebih.
Pemerintah juga memberikan insentif berupa penghargaan publikasi untuk kinerja yang baik dalam pengelolaan sampah plastik.
WARGA Denpasar, Bali, mulai gencar menjalankan konsep Teba Modern untuk pengelolaan sampah organik. Teba Modern dikenalkan pada masyarakat Denpasar oleh komunitas Malu Dong,
Bank sampah menghadapi sejumlah tantangan. Antara lain, kurangnya kurangnya pembeli tetap bahan daur ulang serta keterbatasan kapasitas pengelolaan sampah dan keterampilan bisnis.
Kerja kolaboratif ini akan dilakukan antara Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang dengan Fakultas Ilmu Terapan Telkom University.
Dia melihat upaya warga mengelola sampah organik dan anorganik menjadi barang bermanfaat.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved