Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEBANYAKAN orang beranggapan bahwa penyintas Covid-19 tidak bisa lagi terinfeksi virus korona, karena antibodi terhadap virus sudah terbentuk. Namun, anggapan ini ternyata kurang tepat. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai kemungkinan reinfeksi virus korona terhadap pasien yang sembuh dari virus korona.
Reinfeksi ini bisa terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi, baik dari luar maupun dalam tubuh. Apa saja faktornya? Dan apakah gejalanya lebih berat?
Penggiat Edukasi Kesehatan Covid-19, dr. Adaninggar RA mengatakan reinfeksi itu bisa terjadi baik pada penyintas maupun pada orang yang sudah divaksin, meskipun orang tersebut sudah memiliki antibodi.
"Sampai kapan risiko itu? ya sampai virus di sekitar kita, selama virus di sekitar kita masih banyak maka risiko kita terpapar juga masih ada," kata dokter yang akrab disapa Ning dalam program Nunggu Sunset, Kamis (1/4)
Menurutnya, kondisi yang membedakan yakni apabila seseorang sudah memiliki antibodi baik bagi penyintas maupun dari vaksinasi maka gejala yang akan ditimbulkan hanya ringan. "Ini ya harapan kita, tapi jangan lupa kita masih nggak tahu di varian-varian virus yang beredar ini seperti apa ya, kalau kita kebetulan terinfeksi dengan virus yang cukup berbeda dengan sebelumnya, maka antibodi tidak juga tidak akan bisa menetralisir 100%," sebutnya.
Dia tak memungkiri bahwa risiko reinfeksi masih bisa sakit. Bahkan sampai gejala berat apabila terpapar virus dalam jumlah banyak dan varian virus yang sangat berbeda.
"Ya jadi caranya untuk untuk mencegah ya tetap harus protokol kesehatan. Selain kita tetap menjaga kesehatan imun kita ya, pola hidup sehat ya, jangan bergadang, makan makanan bergizi, tidur istirahat, ngak boleh stres ditambah dengan protokol kesehatan ngak boleh lengah," paparnya.
dr Ning memastikan bahwa kunci untuk menghindari reinfeksi hanya dengan menjalankan protokol kesehatan dan menjaga pola hidup sehat. Sebab, selama pandemi belum terkendali maka paparan dari virus Covid-19 masih kemungkinan terjadi.
"Jadi jangan lupa kekebalan tubuh kita tidak hanya ditentukan oleh antibodi, ada yang namanya sel memori, jadi kalau sel memori itu sebetulnya meskipun nantinya sudah tidak terdeteksi atau kadarnya rendah, kalau kita memiliki sel memori seharusnya jika kita terinfeksi lagi dengan virus mirip, maka sel memori bisa memproduksi antibodi lagi," tegasnya.
Namun, sebut dr Ning Kemungkinan reinfeksi meningkat setelah 3 bulan. Dimana dalam laporan medis, sebelum 3 bulan peluang reinfeksi itu sangat rendah. Apalagi ada kemungkinan antibodi masih tinggi dan utuh.
"Setelah 90 hari risiko reinfeksi itu dikatakan meningkat, sementara kita tahu itu. Karena untuk antibodi pada orang-orang setelah sembuh juga sangat bervariasi dan ada yang bertahan sampai 9 bulan (antibodi) tetapi ada juga satu bulan hilang," lanjutnya.
Dalam sejumlah kasus, reinfeksi hanya menimbulkan kasus ringan. Namun, ada juga laporan yang berat tetapi kasusnya lebih sedikit.
"Jadi tidak usah terlalu khawatir, karena kebanyakan reinfeksi gejalanya ringan artinya masih ada sel memori yang bisa mengenali, meskipun tidak klop sekali tapi paling tidak gejalanya bisa lebih ringan," tuturnya.
Sementara itu, terkait reaktivasi Covid-19 merupakan virus yang lama dan sempat dorman atau tidur kemudian saat kondisi seseorang dalam imun lemah maka virusnya kembali bangun sehingga menimbulkan gejala lagi.
"Pada kasus Covid-19, belum ada bukti reaktivasi artinya setelah dia terinfeksi maka selesai, jadi kalau terinfeksi lagi maka kemungkinan besar dia terinfeksi lagi dari paparan baru artinya dari virus lain lagi, bukan dari virus yang sebelumnya tidur dan bangun lagi," pungkasnya. (OL-13)
Baca Juga: ASN Dilarang Bepergian Selama Libur Akhir Pekan
Sebuah studi menunjukan selama pandemi Covid-19 terjadi peningkatan rawat unap untuk remaja berusia 12 hingga 17 tahun karena gangguan makan.
Dari pemilihan Donald Trump hingga Pandemi global Covid-19, berikut adalah beberapa prediksi kartun The Simpson yang sudah lama tayang dan jadi ada di dunia nyata.
TINGGINYA nilai jatuh tempo utang di 2025 disebabkan dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk memenuhi kebutuhan yang menggelembung saat Indonesia dilanda pandemi covid-19
SAYA mengikuti Global Health Security Conference (Konferensi Ketahanan Kesehatan Global) di Sydney, Australia, 18 sampai 21 Juni 2024
Jika terjadi pandemi terjadi atau wabah besar di suatu negara maka pemerintah negara tersebut harus menyerahkan patogen yang menjadi penyebab pandemi ke WHO.
Di samping PABS hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pendanaan dan transfer teknologi.
Prof. Hinky juga menampik klaim keliru yang beredar di media sosial, yaitu anak yang tidak divaksinasi bebas dari infeksi telinga dan pengobatan antibiotik.
Dikuatirkan informasi sequence genomic pathogen dari indonesia dikapitalisasi oleh pengembang vaksin negara maju dan kita tidak dapat benefit yang setara.
Isu efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Ia mengatakan peringatan soal efek sampik dari roduk vaksin itu sudah diumumkan sejak 2021.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menanggapi kehebohan soal efek samping vaksin covid-19 AstraZeneca. Menurut Budi, efek samping vaksin tersebut telah diketahui sejak lama.
Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi memastikan sampai saat ini tidak ada kejadian sindrom trombosis dengan trombositopenia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved