Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SELAMA pandemi covid19, cakupan vaksinasi campak dan rubela (MR) secara nasional turun 13% jika dibandingkan periode sama di 2019.
Akibatnya, ribuan anak berisiko mengalami kenaikan angka kejadian, komplikasi berat, hingga kematian. Hal itu ditegaskan Ketua Yayasan Bersatu Sehatkan Indonesia, dr Meta Melvina, kemarin.
“Campak, gondongan, rubela, dan varisela, merupakan jenis penyakit yang bisa berdampak serius, tapi bisa dicegah dengan imunisasi lengkap sesuai jadwal,” katanya saat peluncuran Gerakan Lengkapi Vaksinasi Anak yang dilakukan secara virtual, kemarin.
Campak, gondongan, rubela, dan varisela merupakan penyakit yang disebabkan berbagai virus yang umumnya menyerang anak-anak di usia sekolah dasar dan dapat memicu penyakit lain yang berbahaya. Varisela, misalnya, memiliki kemungkinan penularan sebesar 90% pada individu yang rentan.
Penyakit tersebut dapat mengenai seluruh kelompok umur termasuk bayi yang baru lahir, dan hampir 90% pasien dengan varisela ialah anak usia di bawah 15 tahun. Campak bisa menyebabkan kondisi serius, seperti radang telinga, paru-paru basah, dan infeksi atau radang otak.
Adapun, rubela bisa menyebabkan cacat lahir bila terinfeksi selama masa kehamilan dan tidak ada obatnya. “Anak yang sudah diimunisasi akan memiliki kekebalan tubuh optimal dan terhindar dari berbagai penyakit berat ini,” sebutnya.
Bukan hanya Indonesia yang dibayangi penyakit campak. Berdasarkan data dari WHO, secara global, kasus campak pada 2019 meningkat tiga kali lebih tinggi dari 2018. Meta menegaskan pandemi bukan alasan tidak melakukan imunisasi karena kini banyak fasilitas kesehatan telah menerapkan prosedur keselamatan covid-19 saat imunisasi.
Bahkan, saat ini beberapa rumah sakit atau klinik juga sudah menyediakan layanan vaksinasi di rumah dan layanan vaksinasi drive-thru.
Hepatitis B
Dalam kesempatan terpisah, Kementerian Kesehatan meminta masyarakat untuk mewaspadai penyakit hepatitis B karena jumlah kasusnya paling banyak menimpa anak.
Sekitar 95% penularan hepatitis B ialah secara vertikal, yaitu dari ibu yang positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya.
“Untuk itu kami sangat menekankan kepada seluruh masyarakat agar melakukan deteksi dini hepatitis B,” kata Direktur Pencegahan dan Pengenalan Penyakit Menular Langsung, Ditjen P2P Kemenkes Wiendra Waworuntu dalam webinar memperingati Hari Hepatitis Sedunia 28 Juli, yang diadakan PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe), kemarin. (Ata/H-2)
Rabies berbeda dari banyak infeksi lain, sebab menurut WHO perkembangan penyakit klinis rabies dapat dicegah melalui imunisasi tepat waktu bahkan setelah terpapar agen penular.
SAAT ini tak sedikit masyarakat yang masih merasa ragu untuk membawa anaknya mendapatkan vaksin polio. Salah satunya karena masih maraknya mitos-mitos seputar vaksin polio untuk anak.
Anak berkebutuhan khusus harus terpenuhi kebutuhan dasarnya, termasuk imunisasi.Â
Saat ini, pelaksanaan imunisasi dosis pertama sedang berlangsung di seluruh wilayah Kalsel sejak 23 hingga 26 Juli 2024.
Mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio yang masih melanda beberapa wilayah di Indonesia, Kementerian Kesehatan menggelar Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahap kedua di 27 provinsi.
Imunisasi polio aman untuk diberikan kepada anak berkebutuhan khusus, termasuk yang mengalami gangguan perilaku seperti autisme.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved