Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEROKOK aktif lebih berisiko terinfeksi virus novel korona (Covid-19). Hal itu diungkapkan oleh Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Amin Soebandrio.
Amin menyatakan, tubuh seorang perokok lebih banyak mengandung reseptor virus korona, sehingga memudahkan virus tersebut bereaksi dan menimbulkan penyakit. "Merokok meningkatkan peradangan DCs dan meningkatkan respon peradangan tubuh, dan mungkin berkontribusi terhadap terjadinya badai sitokin dalam tubuh pasien yang sakit berat," kata Amin di Kantor Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Jakarta Pusat, Jumat (13/3).
Amin menjelaskan, setiap orang memiliki potensi terinfeksi virus. Namun begitu, sel dalam tubuh setiap orang juga memiliki kapasitas yang berbeda dalam menerima virus tersebut.
Adapun, dalam kasus Covid-19 sendiri, terdapat tiga sel yang menjadi reseptor virus tersebut, yakni sel ACE2, CD209, CLEC4M. "Kita lihat untuk perokok ACE2nya sangat signifikan menonjol, CD209-nya juga. Nah ini meningkat ekspresinya bagi orang-orang merokok. Pelabuhan virus tersebut semakin banyak. Sehingga berpontensi besar," tuturnya.
Sementara, pada tubuh orang yang tidak merokok, reseptor tersebut tidak menonjol sehingga virus akan sulit masuk.
Dalam kasus Covid-19, dikatakan Amin penderitanya kebanyakan berjenis kelamin laki-laki, perokok aktif, dan berusia lanjut. "Orang merokok itu rentan. Itu malah risikonya berlipat ganda. Tanpa Covid-19 saja sudah mengalami kerentanan di saluran napas. 80%-90% penderita kanker paru itu perokok Tapi itu efeknya jangka panjang. Covid-19 ini jangka pendek," tambah Ketua Pokja Masalah Rokok Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Feni Fitriani.
Untuk itu dirinya mengimbau kepada masyarakat untuk menjauhi rokok, dan segera berhenti merokok demi menjaga kualitas paru-paru. " Berhentilah merokok. Karena pada orang yang merokok reseptor untuk Covid-19 akan tersedia banyak, dosis banyak itulah yang memudahkan orang merokok lebih mudah sakit," tandasnya. (OL-12)
Penerbitan PP Kesehatan ini akan mengancam keberlangsungan hidup 9 juta pedagang di pasar rakyat yang menyebar di seluruh Indonesia
Jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang. Sebanyak 7,4 persen di antaranya merupakan perokok anak berusia 10-18 tahun.
Harga rokok yang terjangkau dan penjualan rokok batangan membuat rokok menjadi mudah diakses oleh anak-anak
Pemerintah perlu memperketat iklan rokok untuk mengurangi peningkatan produksi rokok setiap tahunnya. Iklan rokok saat ini masih masif terutama di media-media sosial.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) meminta negara-negara agar melarang rokok dan vape di sekolah demi melindungi generasi muda.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mengatur iklan rokok karena banyak anak muda tanpa disadari merokok karena terpapar iklan rokok
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved