Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
EKONOM Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Ryan Kiryanto menilai keputusan BI menahan tingkat suku bunga acuan atau BI Rate merupakan sudah tepat dan sudah diperkirakan pasar.
Sebuah keputusan yang preemptive sekaligus antisipatif terutama untuk memperkuat stance BI yang pro-stability, guna mengendalikan ekspektasi inflasi ke depan dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah utamanya terhadap dolar AS.
"Secara umum memang situasi dan kondisinya belum mendukung untuk penurunan BI Rate," kata Ryan, Rabu (21/2).
Baca juga : BI Rate Kembali Ditahan di Angka 6%, Untuk Stabilisasi Nilai Tukar Rupiah
Situasi yang kurang mendukung lebih berasal dari global seperti, tensi geopolitik yang meningkat di Jalur Gaza dan Laut Merah, yang berpotensi mengganggu distribusi minyak dunia. Sehingga memicu harga minyak dunia naik dan bisa tembus 90 USD per barel dan bisa mendorong kenaikan inflasi global.
"Pada pada gilirannya akan membuat perbankan sentral negara-negara maju untuk cenderung menahan suku bunga acuan. Apalagi di pasar uang domestik terpantau pergerakan volatilitas rupiah terhadap dolar AS masih cukup tinggi," kata Ryan.
Dari domestik, mendekati bulan Ramadan, biasanya inflasi bulanan akan naik karena meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat, terutama dari kelompok bahan pangan/ sembako, transportasi dan telekomunikasi).
Baca juga : BI: Instrumen Penguatan Rupiah Terus Dioptimalkan
"Situasi politik dalam negeri yang agak menghangat akhir-akhir ini juga perlu dipertimbangkan dengan baik sehingga menahan BI Rate tetap 6% adalah tepat dan rasional," kata Ryan.
Pilihan prioritas kebijakan moneter BI untuk tetap pro-stability sudah on the track untuk jangka pendek ke depan ini, seraya BI tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial yang pro-growth.
"Sehingga stance kebijakan yang stability over growth terlihat nyata untuk dipedomani seluruh pelaku ekonomi, keuangan, bisnis dan investasi. Setidaknya sektor perbankan masih akan status quo dalam bersikap terkait penetapan suku bunga simpanan dan kredit," kata Ryan. (Z-10)
Sinyal pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat menjadi perhatian bagi Bank Indonesia.
NILAI tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (31/7) ditutup menguat saat pasar menunggu kebijakan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate.
BPJS Ketenagakerjaan mendapatkan penghargaan khusus dalam Best Insurance Awards 2024 yang diselenggarakan oleh Investortrust
Agunan adalah aset atau barang berharga yang dijadikan jaminan saat melakukan pinjaman uang melalui bank atau lembaga keuangan lainnya.
Penurunan suku bunga bisa mulai September dan Desember atau November.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengapresiasi langkah BI dalam mempertahankan suku bunga tersebut.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan alasan mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate pada level 6,25%.
EKONOM senior Ryan Kiryanto berpendapat sepanjang tidak ada penaikan suku bunga acuan atau BI rate akan memudahkan pengusaha mengakses kredit.
ANALIS kebijakan ekonomi Apindo Ajib Hamdani berpendapat dengan suku bunga acuan atau BI Rate yang kembali ditahan pada posisi 6,25% pada Juli 2024 dapat menjaga daya beli masyarakat.
Kurs rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu (17/7) ditutup menguat sejalan dengan keputusan BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25%.
EKONOM mendorong Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) 6,25% di bulan Juli ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved