Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PEMBENTUKAN ekosistem kendaraan listrik yang menjadi salah satu cita-cita hilirisasi sumber daya alam, khususnya nikel perlu diimbangi dengan pengawasan dan kemudahan akses permodalan.
Kedua faktor tersebut dapat mempercepat harapan Presiden Joko Widodo untuk merealisasikan program hilirisasi yang terus digalakkan dan akan meluas ke material bauksit dan tembaga.
“Roadmap hilirisasi yang dicanangkan pemerintah hingga sejauh ini sudah berjalan baik, tetapi kami pengusaha masih membutuhkan dukungan pemerintah terutama untuk akses permodalan,” ujar Derian Sakmiwata, Direktur Utama PT Ceria Nugraha Indotama.
Baca juga Dukung Hilirisasi Industri, PLN Gandeng Lima Mitra Strategis Sediakan Listrik 4000 MW
Derian mengungkapkan, pemerintah menyadari keberadaan perusahaan smelter nikel saat ini terlampau banyak, oleh karenanya dibutuhkan pengawasan pemerintah agar izin usaha yang telah diberikan tidak sia-sia.
“Bapak Presiden kemarin (31/3) sampaikan bahwa program hilirisasi ini direspon baik oleh pengusaha sehingga minatnya begitu tinggi, namun demikian hal ini perlu diawasi agar industri pengolahan nikel tetap kondusif dan persaingannya sehat," kata Derian.
Baca juga : Kinerja Menteri Bahlil On The Track Jalankan Program Hilirisasi
Berdasarkan data Kementrian ESDM sudah ada lebih dari 50 smelter yang berproduksi dan 27 smelter lain rencananya akan segera dibangun. Ceria merupakan salah satu smelter di Sulawesi Tenggara yang tengah membangun secara bertahap empat line smelter dengan target total produksi hingga 250 ribu ton fero nikel dengan kandungan nikel 22% di dalamnya.
Ceria manggunakan teknologi smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) dengan bentuk tungku persegi (rectangular) yang merupakan teknologi RKEF terkini dan dinilai lebih efisien.
“Dengan sumber daya 17,68 miliar ton dan cadangan 5,2 miliar ton nikel di tanah air, kami berharap potensi ini dapat termanfaatkan dengan baik. Pengawasan terhadap pemanfaatan bahan baku menjadi penting karena penambahan jumlah pemain smelter berimplikasi pada peningkatan kebutuhan bahan baku, jangan sampai hal ini menjadi boomerang seperti yang dikhawatirkan bapak Presiden Jokowi” tambah Derian.
Selain mengembangkan smelter RKEF yang menggunakan prinsip teknologi pirometalurgi, dalam proses produksinya, Ceria akan menggunakan teknologi hidrometalurgi (HPAL) untuk mengolah bijih nikel kadar rendah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan baku baterai listrik.
Aplikasi teknologi ini memiliki skala keekonomian yang lebih besar sehingga lebih mahal dibandingkan dengan investasi teknologi pirometalurgi, dengan demikian akan dibutuhkan modal besar untuk mempercepat realisasi pembangunannya. “
Ceria akan membangun pabrik HPAL dengan teknologi hidrometalurgi melaui 2 tahap pengembangan dengan total kapasitas produksi sebesar 290 ribu ton mixed hydroxide precipitate (MHP) dengan kandungan nikel 108 ribu ton di dalamnya dan 11 ribu ton cobalt, nikel dan cobalt termasuk material kritis untuk memproduksi baterai. Untuk menyelesaikan seluruh tahapan pembangunan smelter RKEF dan HPAL ini serta meningkatkan produksi dibutuhkan modal yang besar sehingga dukungan perbankan sangat berarti”, ujarnya.
Sebelumnya pada Jumat (31/3), Presiden Jokowi mengingatkan untuk membatasi pembangunan smelter di tanah air karena jumlahnya sudah terlalu banyak.
Presiden meminta agar hilirisasi yang dilakukan di industri pengolahan nikel tidak hanya sebatas pada pembuatan katoda, dan precursor, tetapi output-nya baterai hingga kendaraan listrik. Industri ini perlu dibangun agar multiplier effect dari program hilirisasi sesuai dengan harapan. (RO/Z-5)
Saat ini regulasi dari pemerintah masih lebih ke arah kendaraan listrik berbasis baterai dengan segala kemudahan yang diberikan.
Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon, melalui beragam cara. Salah satu opsi yang diyakini paling berpengaruh, yakni memperkuat ekosistem kendaraan listrik.
Suzuki sedang mengembangkan beragam solusi karbon netral yang unik untuk industri otomotif global.
Penandatanganan kerja sama adalah bagian dari rencana kerjasama untuk penyediaan stasiun pengisian kendaraan listrik di Indonesia.
Sektor otomotif yang terkait kendaraan listrik (EV) mendominasi penjualan sekitar 70 persen dari keseluruhan transaksi lahan pada semester pertama tahun 2024.
Infrastruktur yang memadai sangat krusial untuk kendaraan listrik karena mendukung adopsi dan operasionalnya secara efektif.
Musim kemarau yang panas tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada perangkat elektronik, terutama ponsel.
PARA ilmuwan mengembangkan metode inovatif untuk mendaur ulang baterai ion litium. Caranya, mereka menggunakan teknik pemisahan magnetik yang memurnikan bahan baterai.
Jika kamu mencari ponsel dengan harga terjangkau namun memiliki performa yang mumpuni, berikut rekomendasinya.
All-new Kona Electric hadir menggunakan baterai yang diproduksi di Indonesia oleh PT HLI Green Power yang diresmikan 3 Juli lalu.
Industri baterai akan diarahkan menuju transisi energi bersih
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved