Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
ANGGOTA Komisi XI DPR RI Sihar Sitorus menilai kriteria penerima Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang harus dipenuhi petani sawit, akan mengeksklusi (mengeluarkan) sebagian masyarakat untuk mendapatkan program tersebut.
Meskipun tujuannya baik, namun kriteria itu hanya berdampak bagi sebagian masyarakat yang memenuhi persyaratan.
"Terkait dengan PSR. Tentunya ada kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan dana PSR tersebut. Beberapa kriteria itu sendiri sebenarnya baik tujuannya, namun itu akan mengeksklusi sebagian masyarakat," katanya di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (18/11).
Sihar melanjutkan, komponen anggaran dalam program BPDPKS ini memiliki dua tujuan, yaitu untuk Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dan Bio Diesel.
Adapun kriteria atau persyaratan yang harus dipenuhi masyarakat untuk mendapatkan Program PSR, misalnya, surat keterangan di luar kawasan hutan, surat keterangan bukan di atas lahan gambut, surat keterangan tidak tumpang-tindih dengan HGU.
Baca juga: Perbaikan Tata Kelola Lamban, Petani Sawit Geruduk Kantor Wilmar dan KPPU
Namun demikian, menurut Sihar, kriteria itu tidak memberikan kesempatan bagi kelompok yang lainnya.
"Apabila (kriteria) itu dipenuhi, tentunya kan yang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan dana PSR itu kan berarti mereka yang di luar daripada tiga kriteria tersebut, dan otomatis hanya sebagian yang bisa menerima," imbuhnya.
Sementara, komponen anggaran kedua untuk Bio Diesel berkaitan dengan dana pungutan ekspor.
Menurut Sihar, hal itu berkorelasi dengan kebijakan-kebijakan untuk mendorong ekspor dengan melihat dan menyinergikan dengan kondisi di lapangan.
"Sehingga, (hal ini menimbulkan) ketidakpastian atau kerancuan. Karena bagaimana pun juga di lapangan ini banyak pihak yang terlibat," ujar Sihar.
"Misalnya ketika kita ingin ekspor tentu ada perjanjian antara eksportir dan importir. Kemudian perlu ada kapal pengangkutan, lalu perlu ada antrian di pelabuhan. Ini semuanya ada komponen-komponen biaya yang sudah fixed, yang sudah pasti ketika kontrak jual beli tersebut sudah ditandatangani kedua belah pihak," tambahnya.
Sehingga, menurut politikus PDI-Perjuangan ini, ketika ada kebijakan yang overlap-ing dengan kondisi di lapangan, maka akan menimbulkan ketidakpastian.
Sehingga dibutuhkan sinergitas di lapangan dengan kebijakan-kebijakan yang perlu dikomunikasikan lebih dekat, agar data yang digunakan valid, akurat dengan kondisi pasar, dan kerancuan pun bisa ditiadakan.
"Dengan demikian ekspor bisa kita dorong. (Tapi) bisa kita tahan tergantung kebutuhan akan CPO untuk minyak goreng. Ini juga akan berakibat pada harga tandan buah segar daripada masyarakat. Ini pula yang akan nanti membuat masyarakat mengambil keputusan bagi dirinya apakah akan mendaftar sebagai Peserta penerima PSR Peremajaan Sawit Rakyat atau tidak," katanya.
Dengan demikian, Sihar meminta agar BPDPKS dapat membuat suatu kebijakan yang bisa diprediksi dan diantisipasi.
Sehingga, ada perencanaan yang cukup panjang dan memberikan waktu bagi banyak pihak untuk menyesuaikan dengan adanya perubahan-perubahan, baik perubahan kebijakan, maupun perubahan di lapangan.
"Karena sawit ini juga rentan terhadap harga soybean (kedelai), terhadap harga minyak dunia. Jadi, banyak faktor yang bisa mempengaruhi perubahan-perubahan kebijakan di lapangan," tandasnya.
Di sisi lain, terkait sosialisasi dana PSR dari BPDPKS kepada Pemerintah Daerah, Sihar meyakini bahwa hal tersebut sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Hanya saja, menurutnya, domisili masyarakat tersebar tidak hanya di perkotaan, tapi juga di pelosok-pelosok desa. Sehingga, dirinya meminta sosialisasi di tingkat pelosok dapat dimaksimalkan.
"Tapi, (masyarakat yang) masih (tinggal di) tingkat desa ini masih banyak lagi. Bahkan mereka mungkin juga sulit dijangkau karena mereka juga sibuk bekerja di lapangan," kata Sihar.
"Jadi sosialisasi telah dilakukan, hanya saja perlu lebih sering mengumpulkan lebih banyak rakyat itu sendiri. Juga secara langsung (disampaikan) supaya dari mulut ke mulut dia (masyarakat) bisa bercerita ke temannya. Jadi, intinya mungkin perlu juga berbagai metode yang dipakai dalam menyosialisasikan Program dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) terkait dengan dana PSR," tutupnya. (RO/OL-09)
Kalangan pendidikan usulkan informasi tentang kelapa sawit dimasukkan dalam muata lokal sekolahÂ
Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) terus berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas petani kelapa sawit di seluruh Indonesia.
Pemerintah bakal memperluas peran BPDPKS. Ke depan, lembaga itu tidak hanya mengurusi dana sawit saja, tetapi juga produk perkebunan lain seperti kelapa, kakao, dan karet.
PERUSAHAAN Perkebunan Negara PTPN IV Regional II mengedepankan pendekatan persuasif dalam perbedaan pendapat yang terjadi dengan KUD Setia Abadi di Kabupaten Mandailing Natal,
IPB dan Untad kerja sama sosialisasikan tandan kosong sebagai pupuk organisasi sawit
KLHK dan Ombudsman menggelar entry meeting bersama Ombudsman RI dalam rangka melakukan Kajian Sistemik tentang Pencegahan Maladministrasi dalam Layanan Tata Kelola Industri Kelapa Sawit.
Menyikapi tingginya harga cabai rawit merah di tingkat konsumen, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional bersama Kementerian Pertanian menggelar aksi stabilitas pasokan harga pangan.
PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4 Limau Field berkomitmen mendukung inisiatif-inisiatif kreatif yang lahir dari warga yang juga para pelaku UMKM di sekitar perusahaan.
Diketahui, cuaca panas terjadi di Padang sejak dua pekan belakangan ini. Seluas 4.200 hektare lahan pertanian di Padang terancam kekeringan.
RAUT wajah rasa kekecewaan bercampur murung sulit disembunyikan oleh ribuan petani bawang merah di kawasan Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh.
Petani di daerah tersebut berharap ada perhatian dan solusi dari pemerintah untuk mengatasi kekurangan air untuk lahan persawahan agar panen tetap berkelanjutan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved