Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Industri Manufaktur Nasional dalam Tren Positif

Satria Sakti Utama
02/4/2019 20:45
Industri Manufaktur Nasional dalam Tren Positif
Seorang mahasiwa mengikuti praktikum di Politeknik Manufaktur Astra, Jakarta pada 2018.(Antara Foto/Hafidz Mubarak A)

AKTIVITAS sektor manufaktur nasional dinilai menunjukkan perkembangan positif di kuartal pertama 2019. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya indeks manajer pembelian (PMI) yang berada di angka 51,2 pada Maret. Angka tersebut melonjak dari bulan sebelumnya yang berada di kisaran 50,1.

Pencapaian tersebut merupakan bentuk kestabilan iklim usaha di Indonesia. Indeks yang dirilis Nikkei ini juga menunjukkan peningkatan di seluruh variabel survei seperti produksi yang lebih cepat hingga ketenagakerjaan yang terus meluas.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi Lukman melihat industri manufaktur akan terus berkembang. Namun, PMI tidak akan melulu mengalami peningkatan karena bergantung juga dengan permintaan pasar.

"Industri akan tumbuh. Tapi PMI selalu fluktuasi. Saat ini menjelang Hari Raya Idul Fitri dan puasa sehingga PMI Naik. Nanti setelah lebaran akan turun sedikit dan naik lagi jelang akhir tahun," kata Adhi ketika dihubungi, Selasa (2/4).

Baca juga: Genjot Manufaktur dan Jasa agar Neraca Tetap Surplus

Sementara itu, ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai industri manufaktur harus menjaga kestabilan angka PMI. Caranya ialah melakukan efisiensi dan terus mengeksplorasi pasar baru.

"Ke depan yang perlu dijaga adalah kepercayaan konsumen khususnya kelas menengah atas shingga permintaan domestik tetap bagus. Ditengah naiknya bahan baku produksi disarankan perusahaan manufaktur melakukan efisiensi. Terakhir, mencari pasar-pasar baru untuk produk industri ditengah perang dagang," jelasnya.

Bhima menambahkan pasar yang saat ini dirasa potensial ialah Eropa timur, Afrika Utara dan Afrika Tengah, serta Asia Tengah.

Melihat kondisi industri manufaktur nasional membuat Kemeterian Perindustrian menargetkan pertumbuhan positif. Kementerian yang dipimpin Airlangga Hartanto ini menargetkan angka pertumbuhan mencapai 5,4% tahun ini.

Subsektor yang diperkirakan tumbuh seperti industri makanan dan minuman, industri permesinan, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, serta industri barang logam, komputer dan barang elektronika.

Adhi sendiri mengklaim Industri makanan dan minuman dapat tumbuh diatas target nasional tahun ini, yakni bekisar 8-9%. Jika tercapai, persetase tersebut akan meningkat dibandingkan tahun lalu yang berkisar 7,91% selama 2018.

"Kita akan bertumbuh 8-9%," jelasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya