Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Banjir Menguak Ganasnya Jejak Amuk Korona di Sungai Gangga

Adiyanto
29/6/2021 11:55
Banjir Menguak Ganasnya Jejak Amuk Korona di Sungai Gangga
Sejumlah mayat terkubur di tepi Sungai Gangga, India yang diduga korban covid-19(SANJAY KANOJIA / AFP)

Mayat-mayat itu sebagian tersembunyi di antara alang-alang rumput. Sebagian tubuh yang diselimuti kain safron mengapung di sungai suci Gangga, sebuah pengingat bagaimana gelombang virus korona yang ganas di India (kini disebut varian delta) membanjiri rumah sakit dan krematorium.

Keluarga di utara dan timur India ‘menyerahkan’ mayat orang yang mereka cintai ke sungai atau mengubur mereka di kuburan dangkal di tepinya, karena tidak mampu membayar biaya pembakaran saat puncak wabah pada April dan Mei lalu.

Namun, awal banjir muson musiman telah menyebabkan arus kuat meningkat melalui jalur air sepanjang 2.500 kilometer (1.550 mil) dan mengeluarkan beberapa mayat yang terkubur di tepiannya.

Para pejabat di Allahabad, salah satu kota paling suci umat Hindu, di mana jutaan orang datang melakukan upacara pemakaman, mengatakan hampir 150 mayat yang mengapung dalam tiga minggu terakhir telah dikremasi.

Tiang pancang pembakaran berbaris di tepi sungai, di samping tumpukan kayu menunggu mayat yang baru ditemukan.

Saat AFP mengunjungi daerah sekitarnya, ada puluhan mayat yang sebagian terendam di sungai.

Para pejabat memerkirakan ada 600 mayat dimakamkan di sepanjang Sungai Gangga selama serangan gelombang virus beberapa bulan lalu.

Tetapi penduduk setempat percaya itu adalah sebagian kecil dari jumlah sebenarnya. Mereka khawatir jumlahnya lebih banyak lagi dan kemungkinan bisa terangkat  dari tepian berpasir oleh air yang deras dalam beberapa minggu mendatang.

Sonu Chandel, seorang tukang perahu yang bekerja pada pihak krematorium, terkejut oleh pemandangan itu. Dia gelisah saat air naik menggenangi tepian sungai.

"Sungguh menyedihkan melihat mereka yang miskin mengubur orang yang mereka cintai dengan cara yang tidak bermartabat," kata Chandel kepada AFP.

Pusat-pusat keagamaan besar lainnya di India utara, seperti Varanasi di hilir, telah mengalami masalah serupa.

Penduduk setempat takut mayat-mayat itu, jika tidak dipindahkan, berisiko mencemari sungai yang menjadi sumber air bagi mereka. "Ini... dapat menyebabkan penyakit berbahaya," kata Dipin Kumar, yang tinggal di dekat Sungai Gangga di Allahabad."Pemerintah harus memikirkan ini dan hanya mereka yang bisa membuat rencana,” imbuhnya. (AFP/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya