Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
UNIVERSAL Robots, pemimpin global dalam robot kolaboratif (cobot), Selasa (9/11), memulai acara Collaborative APAC–Cobot Expo 2021.
Collaborative APAC–Cobot Expo 2021 adalah sebuah acara online di mana para tokoh otomasi di Asia Pasifik berkumpul untuk menjawab tantangan bisnis mengenai masalah tenaga kerja yang mulai menua, kekurangan tenaga kerja, cara mengubah aspirasi karier dengan otomatisasi kolaboratif.
Tidak seperti robot industri tradisional, cobot bersifat kolaboratif dan dirancang untuk bekerja bersama para karyawan, memberikan bisnis manfaat gabungan antara manusia dan robot.
Acara online akan menampilkan konsep dan pendekatan baru untuk otomatisasi yang melibatkan kolaborasi manusia-robot yang sempurna.
Tokoh cobot terkemuka, Kim Povlsen, Presiden Universal Robots dan James McKew, Direktur Regional Asia Pasifik turut hadir menyampaikan kata sambutan di acara diskusi panel yang berlangsung 9 November dari pukul pukul 13.00 hingga 13.30 WIB tersebut.
Dalam keynote pertamanya di Asia Pasifik sejak diangkat sebagai Presiden Universal Robots di tahun ini, Povlsen memberikan pemahaman yang mendalam mengenai “Refining Automation” dan memberdayakan tenaga kerja digital di masa depan.
Melewati badai pandemi Covid-19
“Ketika perusahaan bergerak menuju masa new normal, kami menyaksikan tantangan rantai pasokan dan kekurangan tenaga kerja yang disebabkan oleh angkatan kerja yang menua dan pilihan karir yang berbeda," kata Kim Povlsen, Presiden, Universal Robots.
"Orang-orang mulai mempertanyakan jenis pekerjaan apa yang harus dilakukan oleh manusia. Banyak pekerjaan di bidang manufaktur, perakitan, dan pemrosesan melibatkan pekerjaan yang membosankan, kotor, dan berbahaya," jelas.
"Otomatisasi kolaboratif membuat tren bagi orang untuk naik ke pekerjaan yang lebih menarik. Dengan implementasi robot kolaboratif, seseorang kini dapat menjadi operator cobot yang ahli," ujar Povlsen.
Seorang pekerja kini dapat menugaskan 'rekan kerja' mereka dengan tugas yang berulang, sementara pekerja itu sendiri dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengembangkan strategi inovatif dan menemukan solusi untuk tantangan bisnis dengan kreativitas dan keterampilan pemecahan masalah mereka.
"Perubahan ini mengarah pada kepuasan kerja yang lebih besar dan kemajuan karir. Di Universal Robots, kami berharap seseorang dapat bekerja dengan robot daripada diperlakukan seperti robot,” tutur Povlsen,
Dalam pidato pembukaannya di diskusi panel tersebut, James McKew, Direktur Regional Asia Pasifik, Universal Robots, berbagi kisah mengenai implementasi otomasi kolaboratif yang sukses di Asia Pasifik dan wawasannya tentang prospek regional.
“Berbicara dari perspektif kawasan Asia Pasifik, mengoperasikan sebuah pabrik telah menjadi suatu tantangan karena tenaga kerja yang menua, seperti apa yang telah disebutkan oleh Kim sebelumnya," ujar McKew.
"Gangguan pada rantai pasokan dan kekurangan bahan yang tiba-tiba yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, membuat produsen harus menghadapi transisi.," jelasnya.
Dengan semua manfaat yang dapat ditawarkan cobot seperti fleksibilitas dan tapaknya yang kecil, menurut Kim, pemilik bisnis dan produsen menyadari bahwa mereka dapat tetap menjadi kompetitif di pasar.
"Ini memungkinkan lebih banyak aktivitas dalam otomatisasi kolaboratif dan bahkan membawa kembali bisnis yang sebelumnya berada di luar negeri,” kata McKew.
Peluang besar di depan untuk otomatisasi kolaboratif
Otomasi lebih dari sekadar memiliki robot di seluruh industri untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
Saat ini, otomatisasi kolaboratif menawarkan peluang besar bagi bisnis yang siap untuk menerima tren yang berubah dan gelombang otomatisasi.
Mulai dari keuntungan finansial hingga penciptaan lapangan kerja baru, cobot akan mendapatkan tempat dalam industri robotika.
“Sebagai pelopor di pasar robot kolaboratif dengan lebih dari 50.000 kobot terjual, kami percaya bahwa cobot telah menjadi pendamping yang sempurna bagi operator manusia," ujar Povlsen.
"Dengan lebih dari 10 juta tugas yang saat ini dilakukan oleh manusia, kami memperkirakan pertumbuhan cobot akan meningkat secara eksponensial. Ada peluang besar untuk membantu bisnis menciptakan pekerjaan yang lebih berarti dan lebih mempercepat gelombang otomatisasi,” jelas Povlsen.
Menurut McKew, sungguh menggembirakan menyaksikan bagaimana negara-negara mencari solusi untuk melindungi karyawan mereka sambil mempertahankan kelangsungan bisnis.
Mengambil Singapura sebagai contoh, kini negara tersebut telah menyerukan untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing sehubungan dengan pandemi. Karena wabah telah menyebabkan guncangan besar di seluruh perekonomian, Singapura memahami perlunya beradaptasi dengan new normal ini.
"Hal Ini menciptakan peluang untuk integrasi robot kolaboratif. Ke depan, cobot akan menjadi alat yang gesit untuk aktivitas reshoring, yang selanjutnya mendorong aplikasi kolaboratif di pasar ASEAN,” tutup McKew.
Tentang Collaborative APAC – Cobot Expo 2021
'Cobot Expo 2021' adalah platform di mana produsen dapat mencari jawaban atas pertanyaan sulit tentang otomatisasi, untuk belajar dan bertukar ide dengan pakar industri.
Perwakilan berpengalaman dari Universal Robots, dan mitra industri lainnya seperti Alstrut India, Asyril, Atlas Copco, Aubotic Technology, Baumer, Ewellix, MiR, OnRobot, Robotiq, SCHUNK, SICK, SMC, Smooth Robotics, dan Zimmer Group, siap memberikan masukan ahli melalui obrolan langsung.
Tema acara ini adalah "Berkolaborasi", di mana para delegasi menemukan ahli cobot memikirkan masalah bisnis utama seperti bagaimana mendorong kesuksesan dan menghindari jebakan dalam proyek otomatisasi, serta cara untuk memastikan keselamatan dan produktivitas.
Sesuai dengan acara yang benar-benar Asia, acara ini disampaikan dalam Bahasa Inggris, Jepang, Thailand, dan Vietnam khusus untuk topik-topik tertentu.
Konferensi, pameran, dan obrolan langsung "Collaborative APAC – Cobot Expo 2021" berlangsung online dari 9 hingga 10 November 2021, dan sesi rekaman tersedia sesuai permintaan hingga 31 Desember 2021. Daftar untuk menghadiri acara di https://www.universal-robots.com/sg/collaborate-apac-cobot-expo-2021/. (RO/OL-09)
KOREA Selatan memiliki persoalan pada negara yang cukup serius yaitu mengenai jumlah populasi warganya. Jumlah penduduk Korsel mengalami penyusutan tajam akibat menurunnya angka kelahiran
Kemenperin mengungkapkan bahwa indeks kepercayaan industri (IKI) pada Juli 2024 berada di angka 52,4. Hal tersebut menandakan IKI pada Juli 2024 ini melambat sebesar 0,10 poin
BPP HIPMI Banom Womenpreneur menggelar konferensi pertamanya yang berfokus pada hilirisasi industri sebagai langkah menuju Indonesia Emas
JURU Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arief mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia tumbuh positif dengan pertumbuhan di triwulan I 2024 mencapai 5,11 persen
Situasi perekonomian dalam negeri masih terancam krisis perlu diperhatikan. Industri dalam negeri saat ini dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, seperti penutupan pabrik
INDONESIA memiliki potensi geotermal terbesar di dunia, diperkirakan mencapai 24 gigawatt (GW). Namun hanya sekitar 10% dari kapasitas yang saat ini dimanfaatkan.
Asuransi Raksa telah melakukan strategi yang sesuai dengan kemajuan teknologi.
Google Maps dan Waze, dua aplikasi navigasi populer, baru-baru ini mengumumkan sejumlah fitur baru.
Bagi pecinta fotografi mobile, memiliki smartphone dengan kualitas kamera setara iPhone 15 adalah impian. Namun, harga yang tinggi seringkali menjadi penghalang.
Festival LIKE pertama di 2023 lebih menekankan pada strategi FOLU Net Sink 2030 dan perhutanan sosial, maka tahun ini Festival LIKE 2 akan menekankan pada teknologi ramah iklim.
Rata-rata pengusaha travel disebutkan setuju dengan digitalisasi. Sebab, transaksi digital bisa lebih praktis digunakan, hingga mencegah terjadinya penipuan.
Realme kembali meluncurkan produk terbarunya, Realme 13, yang menawarkan sejumlah fitur canggih dengan harga terjangkau, yaitu sekitar Rp2 jutaan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved