Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
RAMADAN telah tiba dan umat Islam bersemangat menjalankan ibadah puasa wajib di bulan suci itu. Seperti ibadah-ibadah yang lain, puasa Ramadan memiliki hukum fikih yang perlu diketahui. Dengan demikian, puasa kita tidak menjadi sia-sia.
Hukum fikih puasa meliputi syarat wajib puasa, syarat sah puasa, rukun puasa, dan berbagai hal lain. Apa sajakah hukum fikih yang meliputi puasa? Berikut penjelasannya secara rinci.
1. Islam.
2. Baligh.
3. Berakal.
4. Sehat.
5. Bermukim (tidak musafir).
6. Suci (tidak haid dan nifas).
Baca juga : Bukan hanya Penetapan Idul Fitri, Banyak Beda Pendapat Ulama dalam Ibadah Puasa
1. Islam.
2. Berakal dan mumayyiz.
3. Suci (dari haid dan nifas).
4. Nyata masuknya bulan Ramadan.
1. Orang yang puasa.
2. Berniat.
3. Menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa.
1. Makan dan minum dengan sengaja.
2. Memasukkan dengan sengaja benda ke dalam rongga yang terbuka, seperti lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang kemaluan.
3. Muntah dengan sengaja.
4. Keluar haid dan nifas.
5. Gila.
6. Murtad.
7. Keluar mani dengan sengaja.
8. Bersetubuh di siang hari.
Baca juga : Memahami 6 Keutamaan Puasa Ramadan, Yuk Telaah Lebih Dalam!
1. Segera berbuka puasa.
2. Berbuka dengan kurma/juadah manis.
3. Baca doa buka puasa.
4. Melambatkan sahur.
5. Banyak membaca Al-Qur'an, zikir, selawat nabi, dan berbuat amal kebajikan.
6. Senantiasa bersedekah.
7. Jauhkan diri dari bercakap perkara yang sia-sia dan perbuatan yang tidak bermanfaat.
8. Mandi junub lebih awal sebelum masuk waktu subuh.
1. Suntik.
2. Berbekam.
3. Berkumur-kumur.
4. Memasukkan air ke rongga hidung secara berlebihan.
5. Mandi yang berlebihan.
6. Mengecap makanan di ujung lidah.
1. Berdusta.
2. Ghibah.
3. Ado domba.
4. Sumpah palsu.
5. Memandang seseorang dengan nafsu syahwat.
6. Mengeluarkan kata-kata keji atau cacian maki.
Baca juga : 10 Sunah dalam Puasa Menurut Syaikh Nawawi Al-Bantani
1. Orang sakit yang ada harapan untuk sembuh.
2. Orang yang musafir (bukan untuk maksiat).
3. Orang yang haid dan nifas.
4. Orang yang meninggalkan niat puasa.
5. Orang yang sengaja melakukan perkara-perkara yang membatalkan puasa.
6. Orang yang mabuk.
7. Orang yang sangat lapar dan dahaga.
1. Mereka yang tidak dapat meng-qada puasa sehingga masuk Ramadan kali kedua. Fidyahnya 1½ liter beras untuk setiap hari yang ditinggalkan di samping meng-qada' puasa bagi setahun yang tertinggal. Kalau tidak di-qada' juga sehingga melampaui 2 tahun, dikenakan 3 liter tetapi puasa tetap juga 1 hari (tiada tambahan).
2. Orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh.
Baca juga : Bacaan Niat Puasa Ramadan Sebulan Penuh dan setiap Malam
3. Orang yang terlalu tua dan tidak berdaya untuk berpuasa.
4. Orang yang ada qada' puasa tetapi meninggal dunia sebelum sempat berbuat demikian. Fidyahnya dikeluarkan oleh kerabat almarhum yang diambil dari harta pusakanya.
5. Perempuan yang mengandung atau menyusukan anaknya perlu meng-qada' puasa dan membayar fidyah 1½ liter beras bagi setiap hari yang ditinggalkan sekiranya dia meninggalkan puasa karena mengkhawatirkan anaknya. Namun, sekiranya dia khawatir terhadap diri sendiri, dia hanya wajib meng-qada' puasanya.
Baca juga : Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
Orang yang bersetubuh pada siang hari bulan Ramadan, suami-istri tersebut perlu meng-qada' puasa tersebut. Suami wajib membayar kifarat (denda).
1. Memerdekakan seorang budak.
2. Berpuasa 2 bulan berturut-turut tanpa terputus jika hal pertama tidak dapat dijalankan.
Baca juga : Niat Puasa Ramadan Sebulan Penuh dan setiap Malam
3. Memberi makan kepada 60 orang fakir miskin jika hal kedua tidak dapat dijalankan.
Jika persetubuhan itu dilakukan karena terlupa, tidak tahu tentang keharamannya, atau dipaksa berbuat hal itu, keduanya tidak dikenakan kifarat.
1. Puasa umum: sekadar menahan makan, minum, dan berjimak.
Baca juga : Tiga Doa Menggapai Ramadan agar Ibadah Diterima
2. Puasa khusus: memelihara mata, telinga, lidah, tangan, dan kaki daripada melakukan dosa selain menahan diri daripada perkara di atas.
3. Puasa khusus al-khusus: merangkum puasa di atas dan disempurnakan pula dengan puasa hati daripada semua keinginan zahir dan batin.
1. Orang yang hilang daya upaya seperti sakit yang apabila berpuasa akan menambahkan keuzuran.
2. Orang musafir.
3. Orang yang terlalu tua dan amat lemah.
4. Orang yang tersangat lapar dan dahaga.
5. Perempuan hamil/menyusukan anaknya yang apabila berpuasa boleh memudaratkan diri atau anak yang disusui itu.
Nah itulah sekelumit fikih seputar puasa Ramadan. Semoga bermanfaat. (Z-2)
Hasil dari partisipasi kegiatan selama bulan Ramadan sebesar Rp50 juta disumbangkan kepada YPAC (Yayasan Penyandang Anak Cacat) Jakarta.
Chief Marketing Officer Lion Parcel, Kenny Kwanto, mengungkapkan pihaknya berhasil mencatatkan pertumbuhan 40% tonase pengiriman pada periode Ramadan lalu.
Angka pertumbuhan 5% di tiga bulan kedua tahun ini diperkirakan bakal sulit tercapai.
BPS mengungkapkan inflasi pada April 2024 yang bertepatan dengan momen Lebaran menjadi yang terendah dalam kurun tiga tahun terakhir.
Tradisi Halal Bihalal menjadi waktu yang spesial bagi umat Muslim untuk berkumpul, bermaaf-maafan, dan mempererat hubungan setelah menjalani bulan Ramadan.
Konsumsi Avtur sempat melonjak selama puncak arus mudik Lebaran yang terjadi pada 5-7 April dan puncak arus balik Lebaran pada 15 April.
Imam An Nawawi menyebut puasa sembilan hari sebelum Hari Raya Iduladha termasuk amalan paling utama. Puasa tersebut termasuk puasa Tarwiyah 8 Zulhijah dan puasa Arafah pada 9 Zulhijah.
Ada salah satu masalah dalam menggabungkan puasa qadha Ramadan yang berstatus wajib dengan puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Berikut penjelasan para ulama.
Kita bisa melaksanakan puasa Syawal secara berturut-turut maupun terpisah. Namun, lebih dianjurkan untuk melakukannya secara berturut-turut.
Keutamaan puasa Syawal yaitu mendapatkan pahala yang berlipat ganda, yaitu seperti menjalankan puasa selama setahun.
Niat puasa harus dilakukan di malam hari, yaitu antara terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar. Jika niat dilaksanakan di luar waktu tersebut, hukumnya tidak sah.
Dalam syariat Islam, diperbolehkan para pekerja berat untuk tidak berpuasa Ramadan. Bagaimanakah duduk perkaranya?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved