Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEBIJAKAN Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengganti penyebutan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menjadi Organisasi Papua Merdeka (OPM) dinilai tak akan menyelesaikan masalah yang terjadi di Bumi Cenderawasih. Apalagi, yang disebut sebagai OPM bukan hanya faksi bersenjata saja.
Bagi peneliti isu Papua dari Jaringan Damai Papua, Adriana Elisabeth, mengganti penyebutan KKB Papua jadi OPM justru bakal menimbulkan kerancuan. Ia menjelaskan, KKB dan juga Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) hanyalah salah satu faksi dalam OPM.
Untuk faksi politiknya, OPM memiliki United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), sedangkan Komite Nasional Papua Barat (KNPB) menjadi faksi yang bergerak melakukan aksi demonstrasi tanpa kekerasan. Oleh karena itu, Adriana menegaskan OPM tak dapat direduksi menjadi KKB saja.
Baca juga : Penyebutan KKB Diubah Jadi OPM, Komnas HAM Harap Pemerintah Lakukan Pendekatan Terukur
"Bagaimana dengan faksi, kelompok politik, atau gerakan yang lain di bawah OPM. Kan beda penanganannya menurut saya," ujarnya kepada Media Indonesia, Kamis (11/4).
Salah satu konsekuensi dari politik penamaan tersebut, menurut Adriana adalah kemungkinan bahwa TNI bakal melakukan pendekatan militer juga kepada faksi politik dan diplomatis OPM, yakni ULMWP dan KNPB. Padahal, masalah di Papua yang melibatkan dua kelompok tersebut tidak dapat diselesaikan secara bersenjata.
Apalagi, sambungnya, tindakan TPNPB tidak selalu diamini oleh ULMWP maupun KNPB, begitu juga sebaliknya. Adriana berpendapat, kebijakan gonta-ganti penyebutan OPM terjadi karena tidak pernah ada kesepakatan di pemerintah maupun legislatif. Selain itu, sejarah politik menyangkut Papua sendiri menjadi faktor bermasalahnya politik penamaan tersebut.
Baca juga : Bantah Anggota Tewas, TPNPB Tuding Aparat Bunuh Warga Sipil di Ilaga
"Bagi pemerintah, sudah tidak ada persoalan dalam sejarah politik, itu sudah final. Bagi mereka, kelompok-kelompok yang tidak sepakat pada proses sejarah waktu itu, mereka kemudian melakukan gerakan-gerakan politik," jelas Adriana.
Adriana percaya, penyelesaian konflik di Papua tak dapat diselesaikan secara bersenjata saja, melainkan dialog. Bahkan, TPNPB sendiri pun memiliki faksi diplomasinya yang dapat diajak dialog. Namun, permasalahannya ada pada pemerintah yang tidak ingin berhadapan langsung dengan kelompok separatisme.
"Pemerintah merasa tidak perlu bicara dengan separatis. Ya enggak bisa kalau gitu," tandasnya.
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan, kebijakan mengganti penyebutan KKB menjadi OPM mengikuti penamaan yang dilakukan oleh TPNPB sendiri. Baginya, OPM sudah melakukan serangkaian teror dan pembunuhan terhadap jajaran TNI/Polri maupun masyarakat.
"Saya akan tindak tegas untuk apa yang dilakukan oleh OPM. Tidak ada negara dalam suatu negara," tandasnya. (Tri/Z-7)
Korban bernama ABDUL MUZAKIR, lahir di Lendang Nangka, 21 Juni 1992, beragama islam, beralamat di jalan paradiso distrik dekai, kabupaten yahukimo dan berkerja sebagai supir truk.
Penembakan tersebut terjadi di Jalan Seradala, Kilometer 2, Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.
Aparat gabungan TNI-Polri dan Satgas Operasi Damai Cartenz menembak mati Basoka Lawiya, anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Paniai Timur
KOMANDAN kelompok kriminal bersenjata (KKB Papua) wilayah Dokoge-Paniai atas nama Peni Pekei alias Petrus Pekei ditangkap.
TNI membeberkan tiga kerawanan yang mengancam pelaksanaan Pilkada 2024. Tiga kerawanan itu ialah kelompok kriminal bersenjata, eks kombatan Aceh, dan bencana alam.
Polri menegaskan tetap memakai penyebutan kelompok kriminal bersenjata (KKB) terhadap komplotan kriminal di Papua.
SEORANG anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua atas nama Alenus Tabuni alias Kobuter ditangkap Satgas Operasi Damai Cartenz-2024.
KEPALA Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menyebut pilot Susi Air Philip Mark Merhtens yang disandera OPM kelompok Egianus Kogoya hingga saat ini kondisinya sehat.
Upaya pembebasan sandera terus dilakukan termasuk dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan keluarga Egianus.
Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pemerintah tidak berdiam diri atau bersantai-santai dalam menangani kasus penyanderaan pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens.
Presiden Joko Widodo menggelar rapat secara tertutup terkait upaya pembebasan pilot Susi Air, Philips Mark Mehrtens. Rapat tersebut digelar disela-sela kunjungan kerjanya ke Papua.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved