Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
INDONESIA telah ditetapkan Green Climate Fund (GCF), sebuah lembaga pendanaan untuk melawan perubahan iklim yang dibentuk PBB, berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari kegiatan deforestasi dan degradasi hutan.
Lembaga itu pun menyetujui pengucuran dana senilai US$103,8 juta (sekitar Rp1,5 triliun dengan kurs Rp14.000 per dolas AS) sebagai pembayaran berbasis kinerja yang dikenal dengan skema results-based payment (RBP).
Dalam keterangannya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, di tengah pandemi covid-19 dan pemberitaan buruk yang kerap mewarnai sektor kehutanan, capaian itu menunjukkan respons yang mengesankan dari Indonesia terhadap ancaman perubahan iklim.
“Ini juga merupakan wujud peningkatan kepercayaan di dalam negeri dan komunitas internasional,” ungkap Siti, kemarin.
Ia menjelaskan, REDD+ merupakan pendekatan tata kelola hutan yang baik (good forest governance). Konteks terpenting dalam REDD+ ialah deforestasi.
Di Indonesia, deforestasi dipicu banyaknya kepentingan, termasuk perkebunan, pertanian, pertambangan, dan permukiman. Itu sebabnya, tanda ‘plus’ ditambahkan pada singkatan REDD karena pendekatan tata kelola hutan yang baik tidak melulu konservasi dan perlindungan area hutan, tetapi juga mempertimbangkan dan mengarusutamakan beragam aspek, termasuk aspek kemasyarakatan dan tentunya perekonomian.
“Selain itu, hal ini juga memperlihatkan konsistensi Indonesia dalam menjalankan komitmennya yang tercantum dalam Persetujuan Paris yang telah diratifikasi melalui UU No 16/2016,” jelas Siti.
Sementara itu, kata dia, skema RBP ialah pembayaran berbasis hasil kerja penurunan emisi GRK dalam kerangka REDD+. Data penurunan emisi harus terlebih dahulu diverifikasi lembaga independen yang ditunjuk United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
“Proses penilaiannya pun dilakukan secara transparan. Karena itu, pencapaian berupa pendanaan REDD+ RBP dari GCF ini bukan sekadar klaim tak berdasar, melainkan pengakuan dunia atas keberhasilan Indonesia mengurangi laju deforestasi secara konsisten dan menurunkan emisi GRK yang sudah diverifikasi sampai 2017,” lanjut dia.
Siti mengatakan, data penurunan emisi GRK yang telah terverifi kasi GCF itu merupakan kinerja pemerintah Indonesia pada periode 2014-2016. Sebelumnya, Indonesia juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah Norwegia dalam skema yang sama senilai US$56 juta. (Gan/E-2)
Langkah nyata ini juga sebagai bentuk dukungan BMKG untuk memberikan data yang lebih akurat dalam mewujudkan target Net Zero Emission tahun 2060.
INDUSTRI menjadi salah satu sektor yang berkontribusi signifikan terhadap emisi karbon di Indonesia. Berdasarkan data di Indonesia Energy Transition Outlook (IETO) 2024,
UI NZI akan menjadi pusat dari dua kluster riset UI, yakni Center for Excellence in Energy Transition dan Center for Excellence in Conservation and Green Economy.
Indonesia dan Norwegia memperkuat kerja sama dalam upaya konservasi dan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Lewat Program Iklim (ProKlim), Pama memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan ekonomi yang berbasis pada pelestarian lingkungan hidup.
Otomasi, sebagai inti dari teknologi operasional industri, dapat mengoptimalkan proses produksi dan menjadi kunci keberhasilan transformasi digital.
Menurut Kementan tidak ada cara lain menghindari krisisi pangan selain mengebut program pompanisasi dan oplah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyoroti bahaya fenomena cuaca panas ekstrem yang semakin meningkat di banyak negara.
Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB, mendesak negara-negara untuk bertindak menanggapi dampak panas ekstrem yang dipicu oleh perubahan iklim.
Suhu baru tertinggi yang tercatat sebesar 17,09 derajat Celcius, sedikit melampaui rekor sebelumnya sebesar 17,08 derajat Celcius yang terjadi pada 6 Juli 2023.
Untuk menghadapi tantangan ini, dibutuhkan generasi muda yang peduli pada lingkungan dan memiliki pengetahuan serta keahlian membangun masa depan berkelanjutan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved