Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KEHADIRAN sosok sepeda motor listrik Smoto TC memberikan daya tarik tersendiri berkat desainnya yang lebih bergaya cafe racer bernuansa retro modern, dibandingkan brand sepeda motor listrik lainnya yang umumnya bergaya skuter. Hal ini juga yang dirasakan saat Media Indonesia (MI) berkesempatan mencoba secara langsung.
Kehadiran Smoto TC di jalan raya terkadang mengagetkan, justru karena tanpa suara. Contohnya, saat MI mendahului sepeda motor lain. Mereka merasa tiba-tiba ada kendaraan melesat cepat tanpa mereka sendiri sadari awal keberadaannya. Ada juga yang sengaja mengejar untuk mencari kesempatan bertanya seputar kendaraan listrik yang MI tunggangi.
Smoto TC memiliki dimensi panjang 1.926 mm, lebar 710 mm dan tinggi 1.100 mm. Ketinggian jok cukup nyaman untuk pengendara dengan postur 167 cm yang ditandai dengan sempurnanya kedua kaki pengendara menjejak aspal. Bobotnya yang hanya 83 kg juga membuat Smoto TC mudah dikuasai, termasuk bagi kaum hawa.
Meskipun menganut model 'setang tinggi', pengendara perlu sedikit merunduk ke depan untuk meraihnya. Untungnya setang masih dapat diatur untuk mencari posisi yang ideal. Selain itu posisi pijakan kaki rider cenderung ke belakang khas cafe racer.
Seluruh sistem penerangannya menggunakan LED, termasuk lampu sein dan lampu rem. Sayangnya tombol lampu sein harus dikembalikan secara manual ke posisi off dengan cara lama. Namun lampu utamanya memiliki pancaran cahaya yang merata dengan cut off sempurna sehingga tidak menyilaukan lawan.
Smoto TC dilengkapi tiga mode berkendara, 1 sebagai mode ECO, 2 sebagai mode normal, dan 3 sebagai Mode Sport. Pada mode pertama, baterai 60 Volt 30Ah Smoto TC dapat memberikan jarak tempuh 100 km pada kondisi terisi penuh. Pada mode 2 jarak tempuhnya berkurang menjadi 80 km, dan 60 km pada mode 3 selaras dengan bertambahnya tenaga.
Smoto TC dilengkapi motor dari Bosch berkekuatan 3.000 watt atau setara 4 hp, sedangkan torsinya lumayan besar di angka 150 Nm. Racikan ini membuat Smoto TC cukup gesit untuk meliuk-liuk di kemacetan lalu lintas pada mode 3.
Walaupun bukan tandingan skutik bermesin bensin 110 cc ke atas, akselerasi Smoto TC cukup mengasyikan dan menciptakan sensasi tersendiri berkat kesenyapannya. Saat diajak melewati jalanan menanjak juga masih oke, dengan syarat, pengendara harus pandai menjaga momentum.
Melaju di jalan yang sepi, terasa seperti bukan mengendarai sepeda motor. Bahkan suara ban juga nyaris tak terdengar, lebih senyap dari sepeda. Justru yang terdengar adalah suara khas gesekan piringan rem cakram di kedua rodanya, terutama saat melakukan pengereman.
Kombinasi suspensi depan upside down dan monoshock di belakang, mampu menyajikan karakter redaman yang cukup baik, terlebih saat berbocengan. Sedangkan untuk riding solo, terasa travel suspensi belakang kurang panjang saat di jalan rusak, namun asyik pada kecepatan tinggi di jalan aspal.
Meskipun belum dilengkapi dengan sistem pengereman ABS, Smoto TC memiliki pengereman roda depan dan belakang yang terkait satu sama lain. Jadi jika hanya menekan tuas rem di kiri maupun di kanan, rem depan maupun belakang otomatis aktif. Performa pengeremannya juga memberikan rasa percaya diri.
Motor juga tidak bisa dijalankan kalau standar samping diturunkan. Sehingga tidak akan melompat saat grip akselerator tak sengaja dipelintir, walaupun sepeda motor dalam kondisi sudah dihidupkan.
Selain itu, terdapat sistem antipencurian. Saat menekan tombol lock pada remote, alarm akan berbunyi saat kendaraan diusik. Bahkan roda akan melawan arah gerakan saat motor didorong maju, maupun mundur.
Kendaraan yang dibekali ukuran ban depan belakang masing-masing 90/80 R17 dan 110/70 R17 ini, dipasarkan dengan banderol Rp68 juta on the road. (S-4)
Saat ini regulasi dari pemerintah masih lebih ke arah kendaraan listrik berbasis baterai dengan segala kemudahan yang diberikan.
Pemerintah Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon, melalui beragam cara. Salah satu opsi yang diyakini paling berpengaruh, yakni memperkuat ekosistem kendaraan listrik.
Suzuki sedang mengembangkan beragam solusi karbon netral yang unik untuk industri otomotif global.
Penandatanganan kerja sama adalah bagian dari rencana kerjasama untuk penyediaan stasiun pengisian kendaraan listrik di Indonesia.
Sektor otomotif yang terkait kendaraan listrik (EV) mendominasi penjualan sekitar 70 persen dari keseluruhan transaksi lahan pada semester pertama tahun 2024.
Infrastruktur yang memadai sangat krusial untuk kendaraan listrik karena mendukung adopsi dan operasionalnya secara efektif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved