Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Vaksin Merah Putih dan Martabat Bangsa

Dominicus Husada Konsultan Infeksi Anak FK Unair/RSUD Dr Soetomo Surabaya, Peneliti Utama Uji Klinik Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga, Sekretaris Komda KIPI Jawa Timur
09/2/2022 05:00
Vaksin Merah Putih dan Martabat Bangsa
Ilustrasi MI(MI/Seno)

SEJAK awal pandemi covid-19 merebak, Indonesia sudah berancang-ancang untuk menjadi lebih maju dan mandiri di berbagai bidang, terutama sektor kesehatan. Salah satu yang diharapkan ialah ketersediaan vaksin yang seluruhnya diteliti, disiapkan, diproduksi, dan digunakan oleh dan untuk bangsa Indonesia. Memang, sepanjang sejarah bangsa kita belum pernah ada vaksin yang berposisi seperti itu. Kita lebih banyak menggunakan produk orang lain.

Sedikitnya ada 6 lembaga di Indonesia yang bergerak untuk menemukan vaksin covid-19 dengan berbagai platform yang berlainan. Dua yang relatif paling maju saat ini ialah Universitas Airlangga (Unair) Surabaya dan Lembaga Eijkman. Sebenarnya, Unair mempunyai 3 kandidat vaksin, tapi hanya 1 yang dilanjutkan ke tahap berikutnya. Memang dalam proses penemuan vaksin baru sangat penting mempunyai kerja sama dengan industri yang siap untuk memproduksi. Tidak ada lembaga penelitian dan/atau pendidikan yang akan sanggup melahirkan vaksin dalam skala produksi. Sebelum era covid, hanya tersedia satu institusi Indonesia yang sepenuhnya bergerak dalam bidang vaksin, yakni Bio Farma, yang sudah bereputasi internasional.

Kandidat vaksin Merah Putih Unair saat ini telah diizinkan menjalani tahap uji klinis berbasis vaksin inaktif. Penelitian awal dilakukan di laboratorium Unair yang selanjutnya diikuti fase uji hewan, baik hewan kecil (tikus) maupun hewan besar (kera/makaka). Tim Unair, yang dimotori Prof Fedik Rantam, menggandeng PT Biotis di Bogor untuk penelitian tersebut. Perusahaan ini meningkatkan kemampuan dan memenuhi syarat yang dikehendaki Badan POM untuk memproduksi vaksin. Sesuai kelaziman, tanpa partner industri maka uji klinis pada manusia menjadi tidak mungkin dilakukan.

Vaksin Unair dibuat dari virus yang diisolasi dari penderita di RSUD Dr Soetomo. Komponen utamanya ialah protein S yang diberi adjuvan aluminium. Sebagian besar vaksin covid-19 di dunia menggunakan komponen protein yang sejenis. Adapun aluminium adalah bahan tambahan yang sudah sangat sering digunakan dalam berbagai vaksin. Sesuai persyaratan Kemenkes RI, vaksin ini juga telah memenuhi kriteria halal serta memperoleh sertifikat dari Majelis Ulama Indonesia.

Setelah seluruh hasil tahap laboratorium maupun uji preklinis dievaluasi dan ternyata bagus, barulah tim Unair mempersiapkan uji klinis dengan melibatkan RSUD Dr Soetomo Surabaya. Uji klinis direncanakan berlangsung tiga fase secara semi-overlap. Di era normal fase terdahulu harus selesai sebelum berpindah ke fase berikutnya. Namun, di era pandemi banyak aturan dimodifikasi sesuai dengan kondisi darurat. Hal ini sudah diterapkan di seluruh dunia. Dengan metode tersebut lama uji menjadi sangat diperpendek, tapi dengan tidak mengorbankan aspek yang penting.

Uji klinik fase I akan melibatkan 90 calon partisipan. Mereka akan menjalani skrining terlebih dahulu sebelum dinyatakan layak mendapat vaksin. Uji tapis meliputi tanya jawab, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, rekam jantung, foto dada, dan swab tenggorok. Ada 3 kelompok yang dibentuk, yaitu yang menerima vaksin Unair dengan dosis 3 ug, 5 ug, dan mereka yang menerima vaksin CoronaVac sebagai kontrol. Secara keseluruhan, seluruh partisipan akan diikuti selama setahun. Nantinya fase II akan menggunakan skema serupa, tapi dengan jumlah partisipan yang 4 kali lebih besar. Fase I dan II akan dipusatkan di RSUD Dr Soetomo Surabaya.

Vaksin inaktif Unair akan disuntikkan dua kali dengan interval 4 minggu. Aspek yang diamati ialah keamanan dan kekebalan. Aspek keamanan pada fase I sangat luas, dan memang hal ini dilakukan untuk mengutamakan keselamatan sebaik mungkin. Pengumpulan data untuk mengevaluasi aspek keamanan, meliputi pula sederetan pemeriksaan laboratorium. Aspek kekebalan akan melihat unsur humoral dan seluler secara berkala.

 

 

Ketersediaan partisipan

Kesulitan utama dalam uji klinis vaksin Merah Putih tentu berhubungan dengan ketersediaan partisipan. Cakupan imunisasi covid-19 tahap pertama di negeri ini telah melewati 180 juta, dan masih akan terus bertambah. Ini jumlah yang besar dan signifikan. Jawa Timur dan sekitarnya adalah salah satu daerah dengan pencapaian cakupan tertinggi. Sekalipun demikian, sebagian besar peserta fase I mendaftar sebagai calon partisipan secara sukarela, yang bisa menunjukkan bahwa semangat kebersamaan sebagai bangsa masih kuat. Beberapa kandidat bahkan datang dari provinsi di luar Jawa Timur.

Sejarah menunjukkan bahwa hasil uji klinis sering tidak dapat diramalkan dengan mudah. Harapan saat ini sangat besar bahwa vaksin ini akan ampuh dan aman. Namun, hasil akhir tentunya akan diputuskan di akhir fase uji. Jika seluruh fase terlewati dengan baik, dan vaksin ini mampu dibuktikan keamanan dan khasiatnya, tentu sebagai bangsa kita akan merasa sangat bangga. Hanya sedikit bangsa di dunia yang mampu membuat dan memproduksi vaksin, yang antara lain membuktikan betapa sulitnya menghasilkan vaksin baru. Hingga masa awal pandemi, hanya ada 40-an vaksin di seluruh dunia yang mayoritas ditujukan bagi anak.

Selama pandemi, telah lahir sekitar 30 vaksin covid-19 yang sudah diakui oleh sedikitnya satu negara. Masih ada lagi lebih dari 100 calon vaksin baru yang sedang berada dalam berbagai tahap uji klinis. Di lain pihak, sekitar 10 vaksin telah ditinggalkan oleh tim peneliti atau industri karena masalah keamanan atau kegagalan membangkitkan kekebalan.

Keinginan untuk selalu mempertinggi standar bangsa kita dalam dunia kesehatan masih akan menghadapi perjalanan yang cukup jauh. Langkah maju yang saat ini dicapai di bidang vaksinasi oleh vaksin Unair ini harus diikuti dengan serangkaian hal serupa di sektor kesehatan lain. Kerja keras dan kerja sama sebagai sebuah bangsa dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu kunci utama.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya