Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
KURANG lebih empat bulan, dunia dan Indonesia telah terdampak pandemi covid-19. Bukan hanya di sektor kesehatan, melainkan juga sektor ekonomi. Secara makro ekonomi, dampak covid-19 terhadap perekonomian dunia sangat masif.
Di triwulan pertama 2020, pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia tumbuh negatif. Tiongkok -6,8%, Singapura -2.2%, dan Uni Eropa -2,7%. Beberapa tercatat positif, tapi menurun signifikan bila dibanding dengan kuartal sebelumnya. Seperti AS, turun dari 2,3% menjadi 0,3%, Korea Selatan dari 2,3% menjadi 1,3%, dan Vietnam dari 6,8% menjadi 3,8%.
Indonesia sendiri mengalami kontraksi yang cukup dalam, dari 4,9% di kuartal 4 2019 menjadi tumbuh hanya 2,9% di kuartal awal 2020. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini lebih rendah dari asumsi dasar ekonomi makro, yaitu sebesar 5,3%.
Proyeksi tersebut menunjukkan bahwa perekonomian tumbuh hanya sekitar 2,3% dan yang terburuk -0,4%. *Dari perspektif sektor riil perdagangan nasional, komposisi ekspor selama periode Januari-April 2020 masih didominasi produk nonmigas sebesar 94,6%. Penyumbang utama ekspor nonmigas ialah produk industri pengolahan, disusul pertambangan dan lainnya, dan terakhir pertanian.
Sementara itu, komoditas utama ekspor migas masih berasal dari pertambangan gas dan minyak mentah.
Kontributor utama ekspor nonmigas selama periode tersebut ialah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, logam mulia, kendaraan dan bagiannya, serta mesin dan peralatan mekanis.
Sementara itu, negara yang menjadi tujuan ekspor utama produk nonmigas Indonesia ialah Tiongkok. Berikutnya, secara berturut-turut ialah AS, Jepang, Singapura, dan India dengan kontribusi mencapai 50,6% dari total nilai ekspor nonmigas. Dapat terlihat bahwa situasi pandemi sejak awal tahun belum membawa perdagangan Indonesia pada penyebaran tujuan ekspor ke negara mitra dagang nontradisional.
Di sisi impor, selama April 2020, nilai impor tercatat US$12,54 miliar atau turun 6,1% jika dibandingkan di Maret 2020, turun sebesar 18,6% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Impor utama selama kuarter pertama tahun ini ialah produk nonmigas sebesar 88%.
Sementara itu, sisanya ialah produk migas yang didominasi hasil olahan minyak bumi untuk bahan bakar dan bahan baku industri.
Berdasarkan utilitas, sebagian besar impor digunakan untuk bahan baku penolong, barang modal, dan sebagian kecil untuk penggunaan akhir atau konsumsi langsung. Kontributor utama impor nonmigas selama periode tersebut, yaitu mesin dan perlengkapan elektrik, besi dan baja, plastik dan barang dari plastik, kendaraan dan bagiannya, serta sisa industri makanan yang merupakan barang input esensial dalam proses produksi barang dan jasa dalam negeri.
Jika dilihat dari sisi volume barang, total ekspor pada April 2020 turun cukup signifi kan sebesar 16,4% jika dibandingkan dengan di Maret 2020. Sebaliknya, volume impor mengalami kenaikan 4,6%. Secara harga rata-rata, produk ekspor selama April meningkat sebesar 3,6% jika dibandingkan dengan di bulan sebelumnya. Sementara itu, untuk produk impor, turun 10,3%.
Dari fenomena tersebut, bisa disimpulkan bahwa defi sit pada April 2020 tidak diakibatkan turunnya nilai tukar riil. Namun, lebih disebabkan volume ekspor yang turun signifikan jika dibandingkan dengan di bulan sebelumnya.
Optimisme dan strategi di masa pandemi
Meskipun Indonesia saat ini masih berada dalam fase ‘fog of war’ yang mana semua masih berada dalam ketidakpastian, data BPS menunjukkan secara kumulatif sepanjang Januari-April 2020 posisi neraca perdagangan Indonesia masih surplus senilai US$2,25 miliar.
Adapun catatan defisit sebesar US$0,35 miliar terjadi pada April 2020 berasal dari nilai ekspor yang hanya sebesar US$12,19 miliar. Sementara itu, impor mencapai US$12,54 miliar. Walaupun demikian, capaian periode ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan di periode yang sama tahun lalu yang mana defisit mencapai US$2,3 miliar.
Catatan baik tersebut menunjukkan masih adanya optimisme bahwa Indonesia memiliki cukup leverage untuk menghadapi wabah pandemi dalam waktu yang cukup panjang. Selain itu, juga adanya kenaikan ekspor sebesar 2,9% jika dibandingkan dengan kuartal pertama 2019 serta peningkatan ekspor berbagai produk seperti ekspor pakaian jadi yang meningkat 84,2%, kendaraan dan sparepart 36,2%, tekstil 15%, minyak sawit mentah 10,3% dan barang elektronik 2%.
Terlebih, berdasarkan publikasi dari lembaga riset Statista (25 Mei 2020), dampak covid- 19 terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia Pasifi k, Indonesia mengalami dampak terkecil, yaitu hanya sebesar -0,26% jika dibandingkan dengan Tiongkok -0,91%, Korea Selatan -0,50%, Malaysia -0,49%, Thailand -0,44%, dan Jepang -0,3%.
Menyikapi hal ini, strategi pemerintah sangat menentukan keberlangsungan dan ketahanan perekonomian ke depannya.
Dalam jangka pendek, pemerintah bisa melakukan identifikasi secara lebih mikro untuk sektor atau industri penyumbang ekspor Indonesia yang cukup besar terkena dampak secara ekonomi serta memiliki hubungan yang kuat dengan sektor lain, yaitu sektor yang memiliki forward linkage, dengan menjadi input bagi sektor lain.
Selain itu, juga memiliki backward linkage karena menjadi output bagi sektor lain serta memiliki demand yang cukup tinggi, tapi mengalami kesulitan bahan baku.
Secara paralel, identifikasi sektor yang memiliki akses pasokan, tetapi mengalami kesulitan memasarkan produknya juga penting untuk dilakukan.
Selain itu, bantuan pemasaran dan promosi ke pasar ekspor nontradisional dan new potential market oleh pemerintah juga masih perlu dilakukan. *Di pasar dalam negeri, kelancaran sarana dan prasarana logistik transportasi barang antardaerah juga harus terjamin dan transaksi perdagangan di pasar retail berjalan dengan menerapkan protokol covid-19 yang ketat.
Secara jangka menengah dengan memanfaatkan new normal, beberapa perusahaan multinasional dari negara Eropa, misalnya Jerman dan negara lainnya, seperti AS dan Jepang, saat ini melakukan review sumber rantai pasok global. Mereka melihat rantai pasok global sangat fragile terhadap disrupsi seperti pandemi. Karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut berencana merelokasi investasi dari Tiongkok ke negara yang lebih ramah investor serta cenderung netral dalam kondisi tingginya trade restriction dan tensi trade war.
Dengan begitu, akan terjadi perubahan investasi dan produksi pascapandemi sehingga muncul kemungkinan perusahaan memperpendek rantai pasok dengan melakukan sentralisasi produksi di sedikit negara saja.
Peluang paling besar ialah masuknya investasi ke Indonesia ada pada industri yang rantainya sederhana, memiliki pasar yang besar di Indonesia, dan dapat mengakomodasi SDM dan alam yang tersedia, misalnya industri peralatan elektronik serta industri makanan dan minuman olahan.
Tentunya Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan menjadi subtitusi pemasok bagi produsen yang tidak sepenuhnya bergantung kepada Tiongkok. Terlebih, dengan keunggulan komoditas yang secara kompetitif dan komparatif berdaya saing di pasar global.
Diharapkan, implementasi efektif strategi jangka pendek dan menengah itu dapat terus menjaga asa kinerja positif neraca perdagangan di sepanjang 2020 yang penuh tantangan dan ketidakpastian.
Indonesia harus dapat kembali membuktikan kepada dunia bahwa memiliki perekonomian yang resilient yang telah berulang kali berhasil mengatasi hambatan krisis ekonomi global yang melanda dunia.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
KEMENTERIAN Kesehatan menyebut tidak ada potensi mutasi virus covid-19 pada libur Natal dan Tahun Baru 2024 nanti. Saat ini, yang terbaru masih berasal dari varian omikron, yaitu JN.1.
Berdasarkan pedoman yang ada, covid-19 baru dianggap sebagai ancaman jika jumlah atlet yang tertular mencapai 5% dari total seluruh atlet dalam periode tujuh hari.
Sebanyak enam atlet dinyatakan positif Covid-19 dalam waktu kurang dari satu minggu penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024.
Lima dari enam atlet di Olimpiade Paris 2024 yang dinyatakan positif covid-19 merupakan atlet polo air Australia, dan satu merupakan atlet renang Inggris.
Kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian itu lantas berdampak krisis di berbagai negara.
Sejulah atlet yang berkompetisi di Olimpiade Paris 2024 terjangkit Covid-19. Terbaru, perenang Inggris Adam Peaty dinyatakan positif setelah lima atlet polo air Australia.
Menurut WHO, model kerja dari rumah dapat menciptakan kondisi berbahaya, yakni berdampak buruk bagi kesehatan karyawan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved